4.Bolinas Beach, California.
Jika anda phobia dengan Film Jaws, maka jangan coba -coba untukl berenang di pantai ini. Pantai ini adalah pantai indah namun di dalamnya terdapat puluhan bahkan ratusan Hiu yang siap memang sa anda kapan saja.
Jika seluruh umat manusia sepakat jadi vegetarian, Bumi mampu menampung 10 miliar orang
BLITAR - Nasib naas dialami Fajar Dwi Prayoga warga Desa Mojorejo, Kecamatan Wates, Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Maunya hanya bermain petak umpet, namun tidak disangka, nyawa bocah berusia 8 tahun tersebut justru terenggut.
Tugu bangunan setinggi 3 meter dengan bagian atas bertengger burung garuda terbuat dari semen itu ambruk. Material bangunan yang berada di tengah desa itu menimpa tubuh dan kepala Fajar.
“Saat ditemukan pertama kali korban diduga sudah dalam keadaan tidak bernyawa di antara puing-puing bangunan. Sejumlah saksi mata menyatakan terdapat luka serius pada bagian kepala,” ujar Kasubag Humas Polres Blitar Ajun Komisaris Polisi Wisnu Wardhana kepada wartawan, Kamis (20/10/2011).
Informasi yang dihimpun, sebelum musibah terjadi, korban bersama sejumlah teman-temanya tengah bermain petak umpet. Dalam aturan permainan tradisional itu, satu orang menjadi pihak yang kalah, dan harus menemukan teman-temanya yang bersembunyi. Pada saat hitungan sembunyi diteriakkan, semua menyebar.
Sebagian besar memilih menyembunyikan diri di belakang pekarangan rumah. Sementara korban sendiri memilih berdiri di balik bangunan tugu garuda. Dia tidak sadar jika bangunan yang berusia uzur itu sudah rapuh dan berbahaya. “Diduga saat disandari tubuh korban itulah bangunan itu langsung ambruk, “terang Wisnu.
Dentum bunyi material runtuh membuat permainan petak umpet sontak berhenti. Satu dua anak-anak mencoba mendekat. Mereka langsung berteriak histeris meminta tolong ketika mengetahui rekan mereka berada di balik puing-puing bangunan tersebut.
Karena tidak ada orang dewasa yang segera mengetahui musibah itu, nyawa korban pun tidak tertolong. Menurut Wisnu, meskipun peristiwa yang terjadi merupakan murni kecelakaan, pihaknya tetap akan meminta keterangan perangkat desa.
Sebab, sudah seharusnya pihak desa tidak membiarkan bangunan yang membahayakan jiwa itu tetap berdiri di sekitar permukiman penduduk. “Secara tidak langsung ini bisa juga disebut kelalaian meskipun sulit untuk dijerat hukum. Namun setidaknya menjadi perhatian kepada semua untuk lebih waspada,” pungkasnya.
Hari ini juga keluarga korban meyemayamkan jenazah korban di tempat pemakaman umum desa setempat.
http://news.okezone.com/read/2011/10/20/340/518227/bocah-8-tahun-tewas-tertimpa-tugu-garuda
GANGGUAN penglihatan pada anak akan menghambat proses belajar, penyerapan informasi, serta sosialisasinya. Optik Melawai memberikan kacamata gratis sebagai bentuk kepedulian sosial.
Masalah penglihatan pada anak, termasuk kelainan refraksi, diperparah dengan masih banyaknya ketidaktahuan atau kondisi ekonomi orangtua yang kurang memadai. Akibatnya, mereka mengabaikan kesehatan mata buah hati, yang dikhawatirkan memengaruhi kualitas generasi penerus bangsa.
Kelainan refraksi terjadi di seluruh dunia, tanpa memandang usia, jenis kelamin, dan etnik. Kelainan refraksi mudah didiagnosa, diukur, dan dikoreksi dengan kacamata atau alat bantu lainnya. Sebaliknya, jika tidak dikoreksi, kelainan refraksi dapat menjadi penyebab utama gangguan penglihatan dan bahkan kebutaan.
Menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO), angka kelainan refraksi di Indonesia sebesar 22,1 persen, di antaranya 10 persen adalah anak usia sekolah (5-19 thn). Selain itu, angka pemakaian kacamata koreksi sampai saat ni masih rendah, hanya 12,5 persen dari kebutuhan.
Berangkat dari fakta di atas, maka bertepatan dengan peringatan ulang tahun ke-30 dan Hari Penglihatan Sedunia (World Sight Day) pada 13 Oktober 2011, Optik Melawai mengadakan event “Donasi 1.000 Kaca Mata untuk Bangsa”. Donasi yang bekerja sama dengan Lions Club Indonesia Distrik 307A-1 ini diberikan kepada anak-anak usia sekolah dasar yang tersebar di 12 SD di Jakarta Pusat, Jakarta Barat, dan Jakarta Utara.
“Donasi 1.000 kaca mata ini merupakan bentuk wujud kepedulian sosial Optik Melawai terhadap masyarakat khususnya anak-anak sekolah yang merupakan generasi penerus bangsa. Dengan terbantunya masalah penglihatan, diharapkan mereka dapat mengikuti pelajaran dengan baik dan berprestasi di sekolah,” tutur Pricilla R.K. Bahana selaku Direktur Optik Melawai pada acara pemberian donasi di XXI Lounge Djakarta Theatre, Jakarta, belum lama ini.
Sebelum event diadakan, Optik Melawai mengajak masyarakat Indonesia berpartisipasi dengan menyumbangkan tulisan berupa quotes atau kutipan kata-kata yang berhubungan dengan mata dan pesan-pesan bermakna. Dijelaskan Pricilla, satu kutipan mewakili satu kacamata yang akan disumbangkan kepada anak-anak tersebut.
Program pengumpulan kutipan disebarluaskan melalui jejaring media social Twitter @optikmelawai sejak 1-15 Oktober 2011, didukung juga beberapa selebriti Tanah Air, seperti Sandra Dewi, Ben Joshua, Ayu Dewi, Petra Sihombing, Ben Kasyafani, Kenes Andari, Abert Halim, Marsya Manopo, dan lain-lain.
“Saya menyambut gembira kerja sama dengan Optik Melawai dalam event ‘Donasi 1.000 Kacamata untuk Bangsa’. Program ini sejalan dengan salah satu program utama Lions Clubs untuk meningkatkan kesehatan penglihatan demi mencerahkan masa depan anak bangsa,” sahut Arleen Djohan, Gubernur Lions Clubs Distrik 307A-1, pada kesempatan yang sama.
Turut hadir tokoh pemerhati anak Kak Seto. Ketua Dewan Pembina Komnas Perlindungan Anak ini mendukung program donasi kacamata. “Adalah hak anak untuk mengembangkan kemampuan atau talentanya secara maksimal, tapi pada kenyataannya hal ini tidak bisa berjalan dengan baik karena ada beberapa faktor, salah satunya gangguan penglihatan,” katanya.
“Karena itu saya sangat gembira dengan adanya program ‘Donasi 1.000 Kacamata untuk Bangsa’ ini yang diberikan kepada anak usia Sekolah Dasar ini. Diharapkan banyak anak akan terbantu dan akan menumbuhkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesehatan mata,” tutupnya.