Densus 88
Den-81 Gultor
Denjaka
Denbravo
Setelah ‘kewalahan’ melawan
terorisme dalam enam tahun terakhir, Detasemen Khusus 88 Antiteror
Polri akhirnya melibatkan Detasemen 81 Penanggulangan Teror (Den-81
Gultor) Komando Pasukan Khusus (Kopassus) TNI Angkatan Darat.
Dilibatkan juga pasukan elite TNI dari angkatan lainnya yakni Detasemen
Jalamangkara (Denjaka) Korps Marinir TNI AL, dan Detasemen Bravo
(Denbravo) Pasukan Khas TNI AU.
Demikian
dikemukakan Kapolri Jenderal Pol Bambang Hendarso Danuri dalam jumpa
pers di Mabes Polri, Jumat (24/9). “Kami akan melakukan striking force
dengan TNI, dari Denbravo, Denjaka, Den 81 Gultor,” kata Bambang
Hendarso Danuri.
Densus nantinya
akan membawahi atau menjadi pimpinan dalam operasi penanganan bersama
teroris itu. “Operasinya ujung tombak adalah Polri sebagai penegak
hukum, dan akan diemban oleh Densus,” ujar Kapolri.
Kadiv Humas Polri Irjen Pol Iskandar Hasan
menjelaskan, Komando operasi berada di Densus 88 Polri. “Komandonya
nanti tetap, karena ini penegakan hukum, artinya kegiatannya atas nama
hukum, berarti Polri, dalam hal ini Densus di (garda) depan. Kopassus
dan yang lainnya itu akan ikut bersama-sama bergabung jika mereka
diminta,” ungkap Iskandar Hasan .
Pelibatan
para pasukan elite ketiga angkatan TNI itu, menurut Kapolri dilakukan
karena teroris adalah musuh bersama negara. Nantinya, untuk mendukung
pembentukan kerjasama itu, Polri akan berkoordinasi dengan Badan
Nasional Penanggulangan Teror (BNPT). Kerja sama para pasukan khusus
dari TNI dan Polri itu akan dinamakan Satgas Striking Force.
“Satgas Striking Force itu nantinya akan
tersedia di semua daerah di seluruh Indonesia. Apabila Polri memerlukan
mereka untuk keperluan represif, kita bisa langsung mendapatkannya.
Bersama-sama kita akan melakukan penanggulangan terhadap kelompok
bersenjata,” jelasnya.
Terorisme
yang melancarkan bom mulai ‘merajalela’ di Indonesia sejak malam natal
2000, saat bom meneror kebaktian Malam Natal di sejumlah gereja di
beberapa kota. Rentetan bom kemudian menyusul seperti Bom Bali 1 12
Oktober 2002, bom Hotel JW Marriott I ( 2003), bom Bali II (1 Oktober
2005), bom Marriott dan Ritz-Calrton (17 Juli 2009), dan seterusnya
aksi terkini penyerangan Polsek Hamparan Perak di Deliserdang, Rabu
lalu.
Setelah serangkaian bom
tersebut, dibentuklah Densus 88, 26 Agustus 2004, setelah lahirnya
Perpu tentang Terorisme dan Undang-undang terorisme. Detasemen Khusus
88 adalah satuan khusus Kepolisian Negara Republik Indonesia untuk
penanggulangan teroris di Indonesia. Pasukan khusus berompi merah ini
dilatih khusus untuk menangani segala ancaman teror, termasuk teror
bom. Beberapa anggota juga merupakan anggota tim Gegana.
Detasemen 88 dirancang sebagai unit
antiteroris yang memiliki kemampuan mengatasi gangguan teroris mulai
dari ancaman bom hingga penyanderaan. Densus 88 di pusat (Mabes Polri)
berkekuatan diperkirakan 400 personel ini terdiri dari ahli
investigasi, ahli bahan peledak (penjinak bom), dan unit pemukul yang
di dalamnya terdapat ahli penembak jitu.
Di bagian lain, Kapolri mengatakan teroris telah mengubah
pola aksi mereka. Dari pola aksi teror dengan meledakkan bom menjadi
aksi perang gerilya di pusat kota.
Mereka pun siap merampok institusi keuangan, seperti Bank,
penukaran uang, dan tempat usaha seperti warnet dan showroom untuk
membiayai aksi mereka itu. Aksi perampokan yang terjadi di Bank CIMB
Niaga di Medan, Sumatera Utara adalah satu contohnya.
Bagi para teroris, merampok adalah suatu
hal yang halal. “Bagi mereka, merampok, fa’i, itu sah dan halal, karena
harta itu didapat dari orang kafir,” kata BHD, sapaan Bambang Hendarso
Danuri.
Uang dari hasil
perampokan itu, tutur Kapolri, selain untuk membiayai aksi-aksi operasi
mereka, juga akan digunakan untuk mendirikan dan menguatkan camp-camp
pelatihan militer mereka dan membeli senjata api untuk keperluan perang
gerilya kota dan merampok.
“Termasuk
pembelian senpi yang ada di Lampung itu didapat dari hasil perampokan.
Dan dalam waktu dekat ada satu lagi, kelompok yang memasok,
memperjualbelikan senjata, akan kita tangkap. Dari sana akan kita
ungkap jaringan kelompok tersebut,” tuturnya.
Siap Bantu Kepala Staf Angkatan Darat
Jenderal TNI George Toisutta menyatakan Satuan Penanggulangan Teror
Detasemen 81 Kopassus masih termasuk dalam kategori terbaik di tingkat
dunia.
“Dalam penanggulangan
aksi terorisme, kita juga masih mempunyai Detasemen Intai Tempur
Kostrad, namun kemampuannya masih terbatas dan berada di bawah
Detasemen 81,” kata George Toisutta seperti dikutip Antara.
George mengatakan, Detasemen 81 Kopassus
siap membantu Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror yang dimiliki
Polri jika diminta dalam menanggulangi aksi terorisme di Indonesia.
“Kendati demikian kami berharap tidak
pernah dimintai bantuan oleh Polri, karena hal itu menunjukkan bahwa
situasi aman terkendali,” ujarnya.
http://yangcocok.blogspot.com/2010/09/pasukan-super-indonesia-striking-force.htmlMasukkan Data-Data Anda Di Bawah! Dapatkan Petuah Sukses Secara Berkala - Selamanya GRATIS! :-)
0 komentar:
Posting Komentar