Nama KH Achmad Munib
menjadi pembicaraan akhir-akhir ini, kali ini mencoba membahas lebih
panjang lebar mengenai KH Achmad Munib yang melakukan dakwah
Anti Pancasila. Ajaran nyleneh KH Achmad Munib ini sebenarnya
telah dimulai sejak 20 tahun yang lalu. Penolakan ini disampaikan secara
terang-terangan baik saat mengisi pengajian di masjid miliknya, maupun
di tempat lain.
Penerapan hukum dengan Pancasila dinilai oleh KH Achmad Munib,
bertentangan dengan syariat Islam. Sehingga bila tidak menggunakan
syariat Islam dalam kehidupan sehari-hari, dia mengategorikan sebagai
orang kafir.
Bahkan, pada saat itu, Kiai Munib - panggilan
KH Achmad Munib - sempat mempunyai 150 santri. Namun para santri
akhirnya berhenti dengan sendirinya ketika Kiai Munib mulai menutup diri
dan tidak menerima tamu.
Tulisan anti Pancasila juga terdapat di pintu teras masuk rumah
yang kondisinya digembok rapat dan sudah berkarat. Tulisan arab dengan
warna biru jelas terlihat. "Anti Pancasila Kewajiban Kita Umat
Islam". Bahkan, kalimat serupa juga ada di tembok depan masjid
Nurul Falah yang dibangun kiyai anti Pancasila
tersebut. Jaraknya sekitar 50 meter dari rumahnya.
Setiap orang yang
masuk masjid tersebut tidak akan menduga jika tulisan arab yang ditulis
dengan huruf kaligrafi berwarna biru yang dikelilingi Ayat Kursi
terdapat kalimat "Anti Pancasila Kewajiban Kita Umat Islam".
Kalimat tersebut bukan nama sebuah masjid, sebab di atas sebelah utara
masjid bertuliskan, "Masjid Nurul Falah". Masjid tersebut digunakan
untuk umum.
Sikap MUI selama ini
Menurut MUI, ajaran KH
Achmad Munib tidak menyimpang. Ajaran anti Pancasila yang dilakukan KH
Achmad Munib sama dengan ajaran agama Islam pada umumnya. Praktek ibadah
dan perilaku setiap harinya tidak menyimpang dari Hadist dan Al-Qur'an.
Masjid Nurul Falah
Meski mengajarkan anti Pancasila, Ketua MUI Kecamatan Dasuk,
Sumenep, KH Syamsul Arifin menganggap ajaran agama yang disampaikan KH
Achmad Munib tidak ada yang aneh. "Hanya menyatakan Anti Pancasila dan
mempunyai keinginan mendirikan negara Islam," ujar Syamsul Arifin.
Ajaran anti Pancasila,
kata dia, tidak berdampak pada masyarakat sekitar. Bahkan, warga
sekitar menilai jika ajaran yang diberikan kiai Munib hal yang aneh
tidak perlu diikuti. "Warga tidak mengikuti pemahaman Anti Pancasila
itu, namun tidak berani merusak tulisan yang ada di masjid," ungkapnya.
Syamsul yang juga
seorang tokoh masyarakat ini menilai jika yang bersangkutan khilaf.
Artinya, apa yang disampaikan tidak harus diikuti oleh orang yang normal
pada umumnya, dan tidak ada pengikutnya soal anti Pancasila itu.
"Namanya orang khilaf mau diapakan? Ya biarkan saja. Lingkungannya juga
tidak berdampak," tegasnya.
Sementara, salah seorang anggota DPRD Sumenep, A Samsul Rizal,
mengatakan kiai yang mengaku anti Pancasila itu tergolong kiai Jadap,
atau salah seorang yang kehidupannya antara khilaf dan waliyullah. "Apa
yang disampaikan menjadi tanda-tanda dan sulit untuk dilogikakan. Namun,
soal anti Pancasila juga tidak ada pengaruh pada lingkungan," kata
Samsul saat ditemui di kantornya, Jalan Trunojoyo.
Masyarakat sekitar,
tambah dia, tidak mau untuk membicarakan kiai tersebut yang berkaitan
dengan Pancasila. Sebab diyakini akan terjadi konsekwensi tersendiri.
Konsekwensi itu terjadi secara ghaib. "Warga yang tidak suka dengan
ideologi anti Pancasila itu ya tidak mau membicarakan, mereka membiarkan
saja," pungkasnya.
Sikap Polisi
Aparat kepolisian
bukan tidak tahu keberadaan KH Achmad Munib, yang menyatakan anti
Pancasila. Namun karena ajaran itu tidak berdampak pada lingkungan
sekitar, maka polisi belum perlu mengamankan yang bersangkutan.
WakaPolres Sumenep,
Kompol Achmad Husin, menjelaskan, setiap warga negara harus punya
ediologi sesuai dengan yang berlaku di negara Indonesia. Jika ada yang
tidak mengakui perlu dipertanyakan.
Namun, keinginan untuk mendirikan negara Islam
dan menyatakan anti Pancasila merupakan hak individu. "Selama keinginan
itu tidak berdampak pada warga dan tidak ada pengikutnya, biarkan saja,"
kata Kompol Achmad Husin.
Menurut dia, bila yang bersangkutan berdakwah dan merekrut orang
lain, maka yang bersangkutan tetap salah dan perlu penyelidikan. "Sampai
saat ini Sumenep aman-aman saja," ujarnya.
Seperti diberitakan
sebelumnya, KH Achmad Munib yang tinggal di Desa Beluk Kenek, Kecamatan
Ambunten, Kabupaten Sumenep, Madura mempunyai ajaran yang sedikit
nyleneh. Dia selalu berdakwah anti Pancasila, karena berniat mendirikan
negara Islam.
http://klikunic.com
0 komentar:
Posting Komentar