Setelah sempat menghilang beberapa waktu, akhirnya Ketua Umum PSSI, Nurdin Halid memberikan tanggapan sehubungan dengan rencana Malaysia menaturalisasi dirinya. Dalam jumpa pers yang digelar di kantor PSSI, Senin pagi (17/01/2011), Nurdin mengaku sangat terharu pada niat baik Pemerintah Malaysia itu.
“Sejujurnya saya merasa terharu sekali. Untuk itu secara pribadi saya menghaturkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Pemerintah dan rakyat Malaysia atas keinginan mulia mereka,” tukas Nurdin di depan puluhan wartawan cetak dan elektronik. “Apalagi mereka sudah menjanjikan pekerjaan sebagai tukang bersih toilet atlet yang benar-benar cocok buat saya,” tambahnya.
Menurut informasi yang berhasil diperoleh ketokSport dari sumber terpercaya, selain jabatan tukang bersih toilet tersebut, Nurdin Halid konon juga akan diserahi tanggungjawab ‘gamang’ mengelola kas toilet atlet.
Namun kendati demikian, ia dengan berat hati menyampaikan permohonan maaf kepada Pemerintah dan rakyat Malaysia karena tidak bisa memenuhi keinginan tersebut. Menurutnya, ia tidak akan menanggalkan kewarganegaraan Indonesia-nya.
“Saya mencintai Indonesia lebih dari yang Saudara-saudara bayangkan. Meskipun gaji sebagai pembersih toilet yang dijanjikan kepada saya cukup besar, belum lagi ditambah tips dari para atlet Malaysia yang saya cucikan celana dalamnya, tapi Indonesia adalah tanah pundi saya,” lanjut Nurdin sambil meneteskan air mata buaya.
Kali ini dengan jujur ia juga mengaku bahwa jika menjadi warga negara Malaysia nantinya, ia akan kebingungan melakukan korupsi karena belum terbiasa menggelapkan mata uang Ringgit. Sebab selama ini ia hanya berpengalaman dengan uang Rupiah.
“Lagipula Saudara-saudara tahu, Malaysia itu menerapkan Syariat Islam. Resikonya jika korupsi saya sampai terbongkar, tangan saya bisa dipotong!” katanya mulai menangis sesenggukan.
Tanggapan Nurdin Halid ini tak urung segera menimbulkan pro dan kontra. Secara terpisah, sekjen PSSI sekaligus kaki tangan kepercayaannya, Nugraha Besoes menyatakan bahwa ia sungguh salut pada rasa nasionalisme begitu besar yang dimiliki dan ditunjukkan oleh sang ketua.
“Pak Nurdin benar-benar seorang nasionalis tulen. Kecintaannya pada bangsa dan tanah air yang demikian mendalam membuatnya tetap bergeming pada tawaran menggiurkan Malaysia itu,” ujar Nugraha dengan mata berkaca-kaca.
Sementara itu, pihak-pihak yang selama ini gigih memperjuangkan turunnya Nurdin Halid dari kursi Ketum PSSI hanya bisa meneriakkan kekecewaan dan rasa geram mereka. Tak lama setelah tanggapan Nurdin yang disiarkan secara langsung oleh sebuah televisi swasta itu, mereka pun menggelar unjuk rasa di depan kantor PSSI dan menganggap penolakan Nurdin atas keinginan Malaysia itu sebagai “Bencana Nasional”. Sayangnya, Nurdin saat itu sudah keburu ngacir, padahal para pendemo telah menyiapkan lima keranjang telor busuk.
Kekecewaan serupa juga disuarakan oleh Slamet Gundala (42), tukang bakso asal Sukoharjo yang biasa mangkal di dekat kantor PSSI. Menurut Slamet, penolakan Nurdin atas tawaran baik Malaysia itu benar-benar malapetaka buat dirinya.
“Pak Nurdin itu kalau makan bakso selalu ngutang. Sejak dia menjabat Ketua PSSI tahun 2003 sampai sekarang, hutangnya sudah sepuluh juta lebih. Saya ini kan cuma pedagang kecil, Mas? Uang segitu besar sekali jumlahnya buat saya,” tukasnya dengan nada prihatin.
Ketika ditanya mengapa hutang tersebut tidak ditagih, Slamet hanya menggeleng sedih. “Mana berani saya nagih, bisa-bisa saya diusir. Tidak boleh lagi berjualan di sini,” jawabnya lirih. (koto/red)
http://klikunic.com
“Sejujurnya saya merasa terharu sekali. Untuk itu secara pribadi saya menghaturkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Pemerintah dan rakyat Malaysia atas keinginan mulia mereka,” tukas Nurdin di depan puluhan wartawan cetak dan elektronik. “Apalagi mereka sudah menjanjikan pekerjaan sebagai tukang bersih toilet atlet yang benar-benar cocok buat saya,” tambahnya.
Menurut informasi yang berhasil diperoleh ketokSport dari sumber terpercaya, selain jabatan tukang bersih toilet tersebut, Nurdin Halid konon juga akan diserahi tanggungjawab ‘gamang’ mengelola kas toilet atlet.
Namun kendati demikian, ia dengan berat hati menyampaikan permohonan maaf kepada Pemerintah dan rakyat Malaysia karena tidak bisa memenuhi keinginan tersebut. Menurutnya, ia tidak akan menanggalkan kewarganegaraan Indonesia-nya.
“Saya mencintai Indonesia lebih dari yang Saudara-saudara bayangkan. Meskipun gaji sebagai pembersih toilet yang dijanjikan kepada saya cukup besar, belum lagi ditambah tips dari para atlet Malaysia yang saya cucikan celana dalamnya, tapi Indonesia adalah tanah pundi saya,” lanjut Nurdin sambil meneteskan air mata buaya.
Kali ini dengan jujur ia juga mengaku bahwa jika menjadi warga negara Malaysia nantinya, ia akan kebingungan melakukan korupsi karena belum terbiasa menggelapkan mata uang Ringgit. Sebab selama ini ia hanya berpengalaman dengan uang Rupiah.
“Lagipula Saudara-saudara tahu, Malaysia itu menerapkan Syariat Islam. Resikonya jika korupsi saya sampai terbongkar, tangan saya bisa dipotong!” katanya mulai menangis sesenggukan.
Tanggapan Nurdin Halid ini tak urung segera menimbulkan pro dan kontra. Secara terpisah, sekjen PSSI sekaligus kaki tangan kepercayaannya, Nugraha Besoes menyatakan bahwa ia sungguh salut pada rasa nasionalisme begitu besar yang dimiliki dan ditunjukkan oleh sang ketua.
“Pak Nurdin benar-benar seorang nasionalis tulen. Kecintaannya pada bangsa dan tanah air yang demikian mendalam membuatnya tetap bergeming pada tawaran menggiurkan Malaysia itu,” ujar Nugraha dengan mata berkaca-kaca.
Sementara itu, pihak-pihak yang selama ini gigih memperjuangkan turunnya Nurdin Halid dari kursi Ketum PSSI hanya bisa meneriakkan kekecewaan dan rasa geram mereka. Tak lama setelah tanggapan Nurdin yang disiarkan secara langsung oleh sebuah televisi swasta itu, mereka pun menggelar unjuk rasa di depan kantor PSSI dan menganggap penolakan Nurdin atas keinginan Malaysia itu sebagai “Bencana Nasional”. Sayangnya, Nurdin saat itu sudah keburu ngacir, padahal para pendemo telah menyiapkan lima keranjang telor busuk.
Kekecewaan serupa juga disuarakan oleh Slamet Gundala (42), tukang bakso asal Sukoharjo yang biasa mangkal di dekat kantor PSSI. Menurut Slamet, penolakan Nurdin atas tawaran baik Malaysia itu benar-benar malapetaka buat dirinya.
“Pak Nurdin itu kalau makan bakso selalu ngutang. Sejak dia menjabat Ketua PSSI tahun 2003 sampai sekarang, hutangnya sudah sepuluh juta lebih. Saya ini kan cuma pedagang kecil, Mas? Uang segitu besar sekali jumlahnya buat saya,” tukasnya dengan nada prihatin.
Ketika ditanya mengapa hutang tersebut tidak ditagih, Slamet hanya menggeleng sedih. “Mana berani saya nagih, bisa-bisa saya diusir. Tidak boleh lagi berjualan di sini,” jawabnya lirih. (koto/red)
0 komentar:
Posting Komentar