Memasuki bulan ke 3 di tahun 2005 ini, tentu kita semua berharap akan mempunyai peluang kesuksesan yang lebih besar. Tetapi seperti yang kita ketahui bersama, sejak di penghujung tahun 2004 kita semua diuji dengan datangnya musibah bencana alam yang bertubi-tubi. Tak jarang diantara kita justru merasa kehilangan harapan dan semangat disaat semua itu sangat dibutuhkan.
Sedih karena cobaan hidup itu manusiawi. Tetapi kita tidak perlu berlama-lama larut dalam duka dan kesedihan. Sebab kekuatan manusia dalam menanggapi cobaan hidup berupa bencana, sakit, tantangan kehidupan yang sulit, kehilangan dan lain sebagainya, sangat dibutuhkan untuk merengkuh era kesuksesan yang baru.
Hidup ini identik dengan perubahan, berganti-ganti dari masa ke masa. Yang terpenting adalah bagaimana mereaksi perubahan tersebut untuk mendapatkan hasil yang positif. Secara garis besar reaksi manusia terhadap fenomena kehidupannya dapat dikelompokkan kedalam 4 macam, yaitu; flee it (melarikan diri darinya), fight it (melawannya), forget it (melupakannya), dan face it (menghadapinya).
Mereaksi persoalan yang ada dengan cara melarikan diri darinya sangatlah tidak realistis. Sebab manusia terlahir dengan segala resiko entah besar atau kecil. Sedangkan reaksi kedua yaitu melawan persoalan yang muncul, itu sangat mustahil, karena tidak ada seorangpun mampu menolak bentuk ujian apapun dari Tuhan Yang Maha Esa. Lalu mereaksi cobaan dengan melupakan kejadian yang ada, maka sebaiknya hal ini tidak dilakukan. Sebab kejadian apapun di dunia ini sangat baik dijadikan bahan refleksi dan koreksi diri untuk bertindak lebih arif dan konstruktif di masa berikutnya.
Sangat dianjurkan untuk menghadapi kenyataan dengan lapang dada atau tidak berprasangka negatif, namun sebaliknya menyerap pelajaran positif dari kejadian tersebut. Supaya kita dapat memetik hikmah dari semua kejadian dan hidup lebih baik, marilah kita mencoba mengkaji serta menerapkan langkah-langkah yang diuraikan oleh John Whitmore dalam bukunya yang berjudul Coaching for Performance.
John Whitmore mengawali teorinya dengan menyatakan bahwa langkah pertama untuk mencapai kehidupan yang lebih berarti adalah menyiapkan target atau sasaran. Ia menyarankan demikian, sebab sebuah target merupakan sumber kekuatan untuk bekerja lebih terfokus sehingga dapat melampaui tantangan yang ada. Menurutnya, target dapat menggerakkan seseorang berbuat sesuatu yang tidak pernah mampu ia lakukan sebelumnya.
Untuk menciptakan target, sebenarnya kita dapat memanfaatkan satu hal yang paling menakjubkan dari dalam diri kita sendiri, yaitu keinginan yang tidak terbatas. Bila kita mendengarkan suara hati yang paling dalam, pasti kita semua menginginkan situasi yang berkembang jauh lebih baik untuk diri sendiri dan keluarga, keuangan, emosional, fisik dan tentu saja kondisi spiritual. Sesudah itu catatlah semua impian. Berdasarkan catatan tersebut barulah kita dapat memprioritaskan target manakah yang paling penting dan memungkinkan.
Sesudah menentukan prioritas target, maka lakukanlah pekerjaan dengan penuh komitmen. Komitmen yang tinggi atau antusiasme menjadikan proses pekerjaan yang sesulit apapun menjadi terasa menyenangkan dan menarik. Antusiasme juga merupakan energi yang menggerakkan diri kita bertindak lebih kreatif. Menjaga antusiasme kerja menjadi sangat penting untuk mendorong kemajuan.
Seorang filosof politik yang bernama Niccoló Machiavelli mengatakan, “Where the willingness is great, the difficulties cannot be great. – Dimana ada kemauan atau antusiasme yang kuat, maka tidak akan ada kesulitan yang berarti.” Lihat saja perubahan di negri sakura, Jepang. Di tahun 1945, negri tersebut luluh lantak oleh serangan bom atom Amerika Serikat. Tetapi dengan semangat yang tinggi, bangsa Jepang segera bangkit dan membangun negrinya kembali. Seperti yang kita ketahui bersama, negri yang dulu porak poranda kini telah menjadi negara kaya dan maju.
Jangan biarkan potensi yang kita miliki ikut musnah ditelan kehidupan sulit yang sedang kita hadapi saat ini. Buktikan bahwa kita dapat melakukan apapun yang ingin kita lakukan, mendapatkan apapun yang kita inginkan, ataupun menjadi segala yang kita impikan. Saya yakin bila kita meniru semangat bangsa Jepang dan benar-benar konsisten melakukan sesuatu seperti yang diuraikan oleh John Whitmore, maka kita akan mampu menciptakan era keemasan di tahun 2005.*
0 komentar:
Posting Komentar