Salam Winner!
Cicero menuliskan bahwa tak ada benteng yang demikian kuat sehingga uang tak dapat memasukinya. Kehidupan sosial, politik, religius, dan pendidikan menjadi lembab menyerap uang. Lahirlah ungkapan “Uang memang tidak menentukan segalanya, namun tanpa uang segalanya menjadi tidak menentu”. Di hadapan uang, semua orang menjadi sama. Seandainya saja cinta seperti itu !
MIND-SET UANG
Berdasarkan pola pikir tentang uang, manusia terbagi menjadi tiga kelompok. Kelompok pertama memandang uang sebagai sumber segala yang tidak baik. Disini uang dilihat sebagai sumber kejahatan yaitu: perampokan, penculikan dan pembunuhan. Uang mampu menganugerahi orang selembar ijazah. Uang menjadi sebab putusnya tali persaudaraan. Singkatnya, mereka memandang uang punya kuasa kejahatan yang membungkam suara hati.
Kelompok kedua memandang uang sebagai penopang hidup. Kelompok ini berpikir bahwa kita tidak mungkin membuat segala hal menjadi baik tanpa uang. Mereka memandang positif mengenai sosok “Robinhood”. Kelompok ini mengatakan bahwa tidak mungkin menolong orang yang kelaparan dengan tangisan. Kita diajak untuk mencintai dan bijaksana kepada UANG. Semakin orang mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya dan bijaksana menggunakannya maka semakin bahagia dan berbudi.
Kelompok ketiga memandang uang mempunyai sifat netral. Pribadi lepas pribadi yang membuat orang bertindak positif maupun negatif karena uang. Uang bisa memisahkan tetapi juga menyatukan, uang bisa jadi akar kejahatan tetapi juga akar kebaikan. Bagi kelompok ini tidak ada yang salah dari uang, seperti air, api dan angin. Uang juga yang akan menyejahterakan tetapi juga menyengsarakan banyak orang. Kebijaksanaan manusialah yang menentukan apakah uang jadi malaikat, atau jadi iblis.
BELIEVE UANG
Iblis tampak dalam keserakahan Si Kaya Sesat dengan cara korupsi, kelaliman, kolusi dan nepotisme. Praktek bisnis kejam, dunia hitam dan judi menjadi keseharian orang jenis ini. Iblispun bertepuk tangan ketika Si Kaya Sesat menipu Si Miskin, suami-istri bercerai karena krisis uang, kakak-adik tak tegur sapa karena rebutan warisan, mahasiswa lulus setelah menyogok dosen dan seterusnya.
Hardiman (2003) mengungkapkan ‘semua manusia sama dihadapan uang’, bisa sama benarnya dengan ‘semua manusia sama dihadapan Tuhan’. Uang begitu di-Tuhankan sehingga begitu di-cinta dan di-kejar. Satu cara menggapai Tuhan adalah meraup uang dengan cara apapun. Drama seperti itu mem-program believe kita bahwa uang adalah akar segala kejahatan.
Iblis juga tampak dalam cerita-cerita seru Si Miskin Jahat. Orang ini menyambung hidup dengan uang yang diperoleh dari kejahatannya. Iblis bersorak sorai ketika ada yang terbunuh demi uang, perampok tertembak, kapak merah beraksi sampai pengangguran yang dibayar untuk melakukan kekerasan dalam unjuk rasa. Seharusnya kisah Si Miskin Jahat dapat mem-program ulang believe kita bahwa tidak punya uang adalah akar segala kejahatan.
PEMENANG tidak pernah membiarkan iblis bersorak. PEMENANG selalu mampu mengalahkan iblis dengan memilih believe yang tepat. Dalam hal uang, PEMENANG selalu menolak menjadi Si Kaya Sesat ataupun Si Miskin Jahat. PEMENANG adalah orang-orang dalam kelompok Si Kaya Budiman. PEMENANG selalu punya harapan kepada uang yang dimilikinya, untuk mampu mengalahkan kemiskinan orang lain. Harapan agar believe orang banyak tentang uang berubah menjadi lebih positif.
Satu hal yang harus diingat tentang berharap adalah pesan manis dari Khalil Gibran: “Jangan pernah berharap apapun dari hutan, bukan karena hutan tidak punya harapan, melainkan karena hutan adalah pusat pengharapan itu sendiri “
Dan diri kitalah hutan itu melalui believe yang positif tentang uang![jims]
J. I. Michell Suharli Writer . Inspirator . eduitainNER WINNER institute - training & education - Inspirator “Winning Mindset @ Work” Penulis buku “Winning Strategy for Winning People” Email: jimsmichell@yahoo.com
0 komentar:
Posting Komentar