1. Terompet terbesar,
2. Kolintang terbesar,
3. Ensamble kolintang terbesar dan
4. Bermain orkestra terbesar di instrumen bambu.
Semua di Tondano, ibukota Minahasa.
Di sekitar pedesaan megah stadion Maesa Tondano 1223 pemain kolintang, masing-masing dengan palu dan satu set kolintang, memulai perayaan dengan bermain dua lagu tradisional serempak berjudul "Aki Tembo-temboan" dan "Minahasa Kina Toanku" dan pengaturan yang pertama rekor dunia hari untuk ensamble kolintang terbesar.
Catatan :
Kolintang adalah suatu instrumen merdu yang terbuat dari potongan-potongan kayu, disusun seperti tuts piano dan diyakini berasal dari daerah Minahasa.
Dalam kesempatan dari Festival Seni dan Budaya Sulawesi Utara, kolintang terbesar berukuran 8 meter dan tinggi 2,5 meter telah disampaikan kepada media dan kepada penonton, bersama-sama dengan 32 meter terompet panjang terbesar di dunia dari diameter 5,20 meter .
Dalam Tondano 3011 orang tampil bersama berbagai instrumen seluruhnya terbuat dari bambu dan dengan simfoni menyentuh dan penghargaan rekor dunia baru untuk Indonesia.
Penerima Penghargaan : Benny Mamotoh dari Institut Seni dan budaya Sulawesi Utara
Diresmikan Tanggal : Sabtu, 31 Oktober 2009
Cekidot Pict nya :
Spoiler for Terompet:
Spoiler for Kolintang:
Spoiler for event:
Spoiler for Guinnes World Records:
Yang Mencatat dan memasukannya sebagai recor dunia :
Spoiler for Lucia Sinigagliesi:
Asal Usul Minahasa :
Quote:
Minahasa berasal dari kata MINAESA yang berarti persatuan, yang mana zaman dahulu Minahasa dikenal dengan nama MALESUNG.
Menurut penyelidikan dari Wilken dan Graafland bahwa pemukiman nenek moyang orang Minahasa dahulunya di sekitar pegununggan Wulur Mahatus, kemudian berkembang dan berpindah ke Mieutakan (daerah sekitar tompaso baru saat ini).
Orang minahasa yang dikenal dengan keturunan Toar Lumimuut pada waktu itu dibagi dalam 3 (tiga) golongan yaitu :
Makarua Siow : para pengatur Ibadah dan Adat
Makatelu Pitu : yang mengatur pemerintahan
Pasiowan Telu : Rakyat
Berdasarkan penyelidikan Dr. J.P.G. Riedel, sekitar tahun 670 di Minahasa telah terjadi suatu musyawarah di watu Pinawetengan yang dimaksud untuk menegakkan adat istiadat serta pembagian wilayah Minahasa. Pembagian wilayah minahasa tersebut dibagi dalam beberapa anak suku, yaitu:
Anak suku Tontewoh (Tonsea) : wilayahnya ke timur laut
Anak suku Tombulu : wilayahnya menuju utara
Anak suku Toulour : menuju timur (atep)
Anak suku Tompekawa : ke barat laut, menempati sebelah timur tombasian besar
Pada saat itu belum semua daratan minahasa ditempati, baru sampai di garisan Sungai Ranoyapo, Gunung Soputan, Gunung Kawatak, Sungai Rumbia. nanti setelah permulaan abad XV dengan semakin berkembangnya keturunan Toar Lumimuut, dan terjadinya perang dengan Bolaang Mongondow, maka penyebaran penduduk makin meluas keseluruh daerah minahasa. hal ini sejalan dengan perkembangan anak suku sepert anak suku Tonsea, Tombulu, Toulour, Tountemboan, Tonsawang, Ponosakan dan bantik.
Di Minahasa sejak dahulu tidak mengenal adanya pemerintahan yang diperintah oleh raja. Yang ada adalah:
Walian : Pemimpin agama / adat serta dukun
Tonaas : Orang keras, yang ahli dibidang pertanian, kewanuaan, mereka yang dipilih menjadi kepala walak
Teterusan : Panglima perang
Potuasan : Penasehat
Dengan lembaran Negara Nomor 64 Tahun 1919, minahasa di jadikan daerah otonom. Pada saat itu minahasa terbagi dalam 16 distrik : distrik tonsea, manado, bantik, maumbi, tondano, touliang, tomohon, sarongsong, tombariri, sonder, kawangkoan, rumoong, tombasian, pineleng, tonsawang, dan tompaso. Tahun 1925, 16 distrik tersebut dirubah menjadi 6 distrik yaitu distrik manado, tonsea, tomohon, kawangkoan, ratahan, dan amurang.
Sejalan dengan perkembangan otonomi maka tahun 1919, kota Manado yang berada di tanah Minahasa, diberikan pula otonom menjadi Wilayah Kota manado. Kemudian karena kemajuan yang semakin cepat, maka status kecamatan Bitung, berdasarkan Peraturan pemerintah nomor 4 Yahun 1975 Tanggal 10 April 1975 telah ditetapkan menjadi Kota Administratif Bitung, dan selanjutnya pada tahun 1982 ditetapkan menjadi Kota Bitung.
Dalam rangka untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna dalam rentang kendali penyelenggaraan tugas pemerintahan, pelaksanaan pembangunan serta pembinaan dan pelayanan masyarakat usulan pembentukan kabupaten Minahasa Selatan dan Kota Tomohon diproses bersama-sama dengan 25 calon Kabupaten/Kota diseluruh Indonesia, dan setelah melalui proses persetujuan DPR-RI, maka Kabupaten Minahasa Selatan dan Kota Tomohon ditetapkan menjadi Kabupaten dan Kota Otonom di Indonesia melalui UU Nomor 10 tahun 2003 tertanggal 25 Pebruari 2003. Pada tanggal 21 Nopember 2003 dengan UU Nomor 33 Tahun 2003 , Kabupaten Minahasa Utara ditetapkan menjadi daerah otonom yang baru.
Dengan adanya Pemekaran tersebut maka wilayah minahasa menjadi 3 (tiga) Kabupaten (Kabupaten Minahasa, Minahasa Selatan, Minahasa Utara) dan 3 (dua) Kota (Kota Manado, Bitung dan Tomohon)
Source : http://www.minahasa.go.id
sumber :http://www.kaskus.us/showthread.php?t=6548815
http://klikunic.com
0 komentar:
Posting Komentar