Dr.Sameera Moussa. Alamogordo, Amerika Serikat, selasa 16 Juli 1945. Waktu menunjuk tepat jam 0.530. Dipagi hari yang indah itu sebuah sejarah diukir di pangkalan udara Alamogordo.Percobaan pelerdakan bom nuklir, dibawah pinpinan J.Robert Oppenheimer, berhasil dengan gemilang. Sorak sorai pun bergemuruh “menyambut” hasil penelitian yang diulakukan di sebuah laboratorium di Los Alamos tersebut.Namun kurang dari sembilan bulan kemudian, tepatnya pad atanggal 6 dn 7 Agustus 1945, hasil perecobaan itu telah merenggut korban pertamanya.Ratusan ribu anak manusia mati dan luka,dan dua kota di Jepang, Hiroshima dan Nagasaki menjadi rata dengan tanah.
Ternyata “korban” dari Manhattan Project tidak berhenti disini. Dalam rentang waktu empat dasawarsa , dari 1952 sampai 1989, enam doktor Muslim ahli nuklir dibunuh secara misterius. Inilah kisah kematian Dr.SAmirah musa, Dr.Samir Naguib, Dr.Nabil al-Qalini, Dr. Yahya el-Meshad,Dr.Ahmad Nabil dan Dr.Said Sayyid Badir yang penuh misteri.
Sameera Moussa dilahirkan di Gharbia Governorat. Mesir pada tahun 1917. Ibunya meninggal akibat penyakit kanker. Sepeninggal ibunya, ayahnya memutuskan membawa putrinya Sameera pindah ke Kairo. Di kota ini, ayahnya membuka usaha penginapan berupa hotel kecil di wilayah El-Hussein . Atas desakan ayahnya, Sameera menempuh pendidikan sekolah dasar Kaser El-Shok salah satu sekolah tertua di Kairo. Setelah dia menyelesaikan pendidikan dasar ia bergabung dengan Banat El-Ashraf, sebuah sekolah yang dibangun dan dikelola oleh Nabawya Moussa, aktivis politik yang terkenal.
Pada tahun 1939, Sameera Moussa memperoleh gelar B.Sc. bidang radiologi dengan derajat First Class Honours setelah meneliti efek radiasi X-ray pada berbagai material .Karena kepandaiannya, Dr Moustafa Mousharafa, dekan fakultas mengangkatnya menjadi Asisten Profesor.Ia merupakan muslimah pertama yang menduduki posisi tersebut di universitas Kairo dan menjadi muslimah yang pertama pula yang menyabet gelar Ph.D. dalam bidang radiasi atom.
Sameera Moussa menerima beasiswa dari Fullbright Atomic Program untuk berkenalan dengan fasilitas penelitian nuklir modern di Universitas California.Ia diberi izin untuk mengunjungi fasilitas atom rahasia AS. Kunjungan ke faslitas nuklir tersebut menyulut perdebatan keras di kalangan akademik Amerika Serikat .Sameera adalah orang “asing” pertama yang memiliki akses ke fasilitas rahasia tersebut.
Dia menolak beberapa tawaran untuk tinggal di Amerika Serikat dan akan diberikan Amerika kewarganegaraan. Ia mengatakan “Mesir, tanah air sayangku, sedang menunggu saya “.
San Fransisco ,California ,Jum’at 16 Agustus 1952.Pagi itu Dr. Sameera Mousa, wanita ahli nuklir jebolan Universitas Kairo Mesir yang sedang melakukan riset di Pusat Reaktor Nuklir San Fransisco menerima undangan yang diantar oleh seorang kurir.Tanpa perasaan curiga sedikitpun, muslimah pertama yang ahli di bidang fisika nuklir ini berangkat ke kantornya naik mobil yang dikendarai si kurir tersebut.Ketika mobil yang dinaiki doctor ini melewati jalan yang menanjak dan ketika meluncur turun, sikurir tiba-tiba membuka pintu mobil dan meloncat keluar.Sementara mobil yang dikendarai Dr. Sameera Moussa meluncur kencang tidak terkendali dan menabrak sebuah trailer yang tiba-tiba muncul di depan.Tanpa ampun mobil Dr.Sameera Moussa melesat kedalam jurang sedalam 54 meter dan doktor nuklir pertama muslimah itu tewas seketika.
Spekulasi berkembang, pembunuhan Dr.Sameera Moussa diskenario dinas inteljen Israel .Operasi inteljen khas mossad meghabisi ilmuwan-ilmuwan muslin yang dianggap membahayakan Israel.
Dr.Sameer Naguib (Diburu Trailer)
Kematian Dr. Samirah Musa yang diwarnai misteri membuat pemerintah Mesir berhati-hati mengiirm putera-putera terbaiknya belajar ke Amerika Serikat. Pada Wktu itu belum banyak anak-anak muda berbakat yang menggeluti bidang yang berkaitan dengan fisika nuklir.Pada awal tahun enam puluhan Universitas Kairo kembali mengajukan putera terbaiknya, Dr.Sameer Nagubi ,untuk melanjutkan studi mengenai nuklir di Amerika Serikat.
Sameer Naguib menyabet gelar doktor d bidang yang digelutinya dan menunjukkan kemampuan ilmiah yang menonjol .Bukan luar biasa ketika Universitas Detroit membutuhkan associate professor di bidang fisika, dialah yang terpilih di antara dua ratus pelamar dari berbagai bangsa. Segera pula penelitian yang ia lakukan mengundang perhatian banyak pihak.Ia lalu mendapat banyak tawaran ,dengan imbalan materi yang tinggi untuk mengembangkan hasil-hasil penelitian.
Berbagai tawaran menarik tidak membuat Dr. Sameer Naguib tergiur.Sebulan setelah Mesir kalah da;am Perang Juni 1967,ia memesan tiket pesawat menuju Kairo pada tanggal 13 Agustus 1967.Merasakan getirnya kekalahan yang diderita negerinya dan bangsanya dalam prang tersebut,ia merasa terpanggil untuk segera pulang ke Mesir.Begitu ia menyatakan maksudnya untuk”pulang kampung”,berbagai pihak di Amerika serikat dan beberapa negara barat “merayu” Dr.Sameer Naguib untuk tidak pulang.Namun ia telah mengambil sikap bulat,ia akan tetap “pulang kampung”untuk mendarmabaktikan diri pada negeri dan bangsanya.
Sabtu 13 Agustus 1967,Dr. Sameer Naguib bersiap-siap menuju andara Detroit.
Segera setelah semuanya beres, iapun mengemudikan mobilnya menuju bandara dengan perasaan gembira. Tidak lama lagi ia akan bertemu kembali dengan tanah kelahiaran dan keluarganya yang lama ia tinggalkan.Ketika mobil Dr.Sameer Naguib memasuki high-way ,tiba-tiba sebuah trailer memburu mobil yang sedang dikendarainya. Semula Dr.Sameer mengira trailer tersebut tidak mengejarnya. Namun trailer itu semakin kencang jalannya, Dr.Sameer pun menggerakkan mobilnya ke pinggir. Triler itu tetap memburunya dan mempercepat jalannya. Dr.Sameer Naguib berusaha keras menghindar.Tetapi ia terlambat. Tidak lama kemudian trailer itu benar-benar menabrak dan mencabik-cabik mobil doktor muda tersebut beserta isianya Dr.Sameer naguib pun tewas seketika.Kembali dunia Islam kehilangan seoarang ahli nuklirnya dan Universitas Kairo sekali lagi mengibarkan bendera hitam setengah tiang.
sumber :http://haxims.blogspot.com/2011/04/misteri-pembunuhan-enam-ahli-nuklir.html"
0 komentar:
Posting Komentar