Sebuah tujuan keuangan keluarga dimulai dengan perencanaan dan dilaksanakan berdasarkan alokasi dari rencana yang telah Anda buat. Dalam perjalanan kehidupan berkeluarga pasti menghadapi kerikil-kerikil rintangan. Terkadang rintangan atau risiko tersebut sedemikian besar sehingga Anda tidak lagi dapat mengatasi problema keuangan yang harus Anda pikul. Akan banyak sekali dampak buruk terhadap kelangsungan kehidupan keluarga. Oleh karenanya kami sangat menganjurkan agar Anda merencanakan proteksi terhadap problema-problema dalam perjalanan kehidupan yang mungkin terjadi.
Realita: hidup tidak selalu gembira
Seperti halnya orang lain, kami adalah orang-orang yang memiliki pemikiran yang positif dan kami selalu berharap bahwa semua keadaan akan terus baik bagi kita semua. Akan tetapi, kenyataannya bahwa tidak semua hal sesuai dengan apa yang Anda harapkan. Realitanya, kehidupan mungkin memburuk. Orang-orang kehilangan pekerjaannya, pernikahan yang telah dibina bersama berantakan, bisnis atau usaha menjadi bangkrut dan mungkin saja tulang punggung keungan keluarga sakit atau malah meninggal dunia. Semua ini sering kali terjadi. Kenyataannya bahwa tidak setiap keluarga siap bila hal ini terjadi.
Tidak ada cara untuk menghindar dari itu semua. Semua hal ini mungkin terjadi dan ada kejadian yang pasti terjadi. Akan tetapi, tidak ada alasan bagi Anda untuk bingung dan rendah hati. Bila Anda mengetahui bahwa ada kejadian-kejadian yang sangat mungkin terjadi maka Anda sebagai keluarga dapat mempersipkannya. Dengan begitu Anda memiliki kekuatan secara keuangan bila hal ini terjadi. Memiliki “rencana B” akan memberikan rasa aman bagi Anda. Sebenarnya bukan hanya rasa aman, tapi keamanan itu sendiri. “Rencana B” ini adalah sebuah perencanaan proteksi. Perencanaan ini seperti halnya bangunan rumah Anda. Bila Anda memiliki rumah yang indah dan megah dan tidak ditopang dengan pondasi yang kokoh, maka mungkin saja rumah tersebut runtuh dan mencelakakan keluarga di dalamnya. Dalam hal ini, perencanaan ini harus dilihat dari perencanaan yang menyeluruh sehingga alokasi dana yang dibutuhkan akan sesuai dengan apa yang diinginkan.
Tujuan dari perencanaan proteksi sangatlah simpel, yaitu memberikan keamanan dan menjaga kelangsungan kehidupan keluarga Anda, pasangan dan anak-anak Anda bila terjadi suatu risiko yang tidak diharapkan terhadap tulang punggung keuangan keluarga. Risiko ini mungkin saja bisa merupakan risiko yang berat misalkan hilangnya arus masuk keuangan keluarga akibat pemutusan hubungan kerja maupun meninggalnya salah satu anggota keluarga. Atau suatu risiko kecil seperti misalnya rumah Anda bocor dan memerlukan perbaikan atau anak Anda sakit harus berobat kerumah sakit. Duduk permasalahannya adalah kejadian yang tidak diharapkan mungkin terjadi, walau Anda tidak dapat meramalkannya di depan tetapi Anda dapat mengantisipasinya dengan sebuah perencanaan proteksi yang benar dan menyeluruh.
Mungkin proteksi ini seperti halnya perlenggkapan keamanan dalam sebuah mobil. Bila Anda membeli mobil baru, maka biasanya akan diberikan perangkat keamanan standar, seperti sabuk pengaman, air bag dan lain-lain. Dengan adanya ini bukannya Anda mengharapkan akan terjadi risiko kecelakaan. Akan tetapi Anda hanya berprilaku bijak dengan mempersiapkan bila kecelakaan ini terjadi. Oleh karenya kami merasa bahwa perencanaan ini atau “rencana B” ini wajib dimiliki oleh setiap keluarga yang ingin mencapai tujuan keuangan masa depan dengan mempersiapkan “sabuk pengaman” atau ”air bag” bagi kelangsungan kehidupan keluarga.
Dalam hal ini, kami mengidentifikasi beberapa hal yang menurut hemat kami perlu dan dibutuhkan bagi setiap keluarga dalam menjalankan kehidupan berkeluarga. Tujuan dari perencanaan ini adalah agar jangan sampai kejadian tak terduga menjadi hambatan bagi keluarga untuk dapat terus menjalankan rencana jangka panjangnya.
Emergency fund menjadi awal
Dalam sebuah perencanaan keuangan menyeluruh berkenaan dengan keuangan keluarga, memiliki uang tunai dalam jumlah tertentu menjadi sangat diperlukan bila masalah timbul. Kami ingin agar Anda memikirkan sejenak “air bag” yang Anda dan keluarga butuhkan. Dengan “air bag” ini akan meringankan beban Anda bila kejadian yang tak terduga datang seperti pemutusan hubungan kerja atau kecelakaan.
Pertanyaan yang mungkin timbul adalah berapa nilai yang cukup untuk berjaga-jaga bila kejadian ini terjadi? Berapa jumlah nilai yang harus disimpan dalam bentuk tunai agar memberikan rasa aman bagi Anda dan keluarga?
Jawabannya mudah saja. Semua ini sangat bergantung dengan berapa besar pengeluaran Anda dan keluarga selama sebulan. Kata kuncinya adalah “pengeluaran” bukan penghasilan yang Anda peroleh setiap bulan. Dalam hal Anda berdualah, pasangan suami istri yang harus menentukan dan menghitung berapa besar pengeluaran Anda dan keluarga setiap bulannya.
Setelah Anda dapat menentukan besarnya pengelauran Anda dan keluarga setiap bulannya, kemudian berapa besar yang harus disisihkan dalam bentuk tunai untuk proteksi? Menurut hemat kami, paling tidak Anda memiliki minimum tiga (3) bulan dari pengeluaran yang Anda lakukan setiap bulannya. Misalkan Anda sudah menghitung rata-rata pengeluaran Anda dana keluarag setiap bulannya adalah Rp5 juta maka minimum Anda harus menyimpan dalam bentuk tunai sebanyak Rp15 juta.
Tiga (3) bulan adalah nilai minimum yang harus Anda sisihkan. Tapi mungkin saja Anda dan keluarga ingin menyisihkan 24 kali dari pengeluaran bulanan. Jelas sekali dalam hal ini terjadi perbedaan yang sangat besar. Hal ini mungkin saja Anda lakukan. Memutuskan jumlah yang sesuai dengan pola pikir Anda memerlukan pertimbangan yang matang. Pertimbangan ini bisa saja melihat beberapa hal seperti, misalkan Anda mendapat gaji rutin setiap bulannya, tapi bila terjadi pemutusan hubungan kerja berapa lama waktu yang Anda rasa butuhkan untuk mendapatkan pekerjaan kembali? Hal ini harus Anda bicarakan dengan pasangan Anda karena semua ini sangat bergantung dengan pola pikir individu didalam keluarga.
Mungkin Anda bertanya, di mana sebaiknya kita menyimpan dana darurat ini? Menurut hemat kami yang perlu Anda pertimbangkan adalah seberapa mudah atau cepat Anda dapat mencairkannya atau seberapa likuid dana tersebut. Karena kebutuhan ini terkadang sangat mendadak, jadi Anda sebaiknya menyimpannya dalam bentuk tabungan. Bila nilai yang Anda butuhkan cukup besar mungkin Anda dapat membaginya sebagaian dalam bentuk tabungan dan sebagian lagi dalam bentuk reksadana pasar uang. Pertimbangannya adalah karena bila jumlah yang Anda alokasikan jumlahnya cukup besar maka bila ditempatkan hanya di tabungan maka Anda hanya mendapatkan bunga yang minim dan Anda memberikan keuntungan kepada bank. Dengan menempatkan sebagian dana dalam bentuk reksadana pasar uang, maka bunga yang Anda bisa peroleh rata-rata lebih tinggi dan tingkat likuiditasnya juga cukup tinggi.
Jagalah orang-orang yang Anda cintai dengan asuransi jiwa
Sebagian besar masyarakat kita sangat anti bila berbicara mengenai asuransi. Banyak sebab mengapa hal ini bisa terjadi. Paling tidak kami menemukan 3 (tiga) alasan mendasar mengapa orang tidak/belum mau membeli asuransi. Pertama, ia belum melihat asuransi merupakan kebutuhan hidupnya, karena ia belum mempunyai uang yang cukup untuk itu. Kedua, keadaan ekstrim lainnya yaitu orang yang sudah banyak sekali memiliki uang/aset sehingga tidak memerlukan lagi membeli asuransi untuk menutupi risiko yang mungkin timbul. Dalam pandangannya, jumlah harta yang bejibun dan aset-aset produktif yang menghasilkan uang tanpa harus bekerja itu telah menjadi proteksi yang membuat asuransi tidak diperlukan lagi bagi dirinya. Ketiga, orang yang tidak begitu memahami apa manfaat yang mungkin diperoleh jika ia membeli asuransi.
Jika terjadi kematian pada seseorang, sementara orang tersebut adalah pencari nafkah utama di dalam keluarganya, maka akan hilanglah sebagian besar pendapatan, atau mungkin bahkan seluruh pendapatan yang diterima oleh keluarga. Yang kemudian terjadi dalam waktu dekat akan terbayang sebuah keluarga yang tidak mendapatkan atau berkurang pemasukan bulanannya secara significant.
Akibat yang segera dirasakan adalah tingkat kesejahteraan hidup dan standar gaya hidup mulai terganggu, apalagi jika kemudian datang berbagai tagihan hutang almarhum, tagihan kartu kredit, tagihan biaya pengobatan yang belum dibayar, biaya pemakaman, dan sebagainya. Jangankan mereka yang sama sekali tidak memiliki asuransi jiwa, keluarga yang sudah membeli asuransi jiwa pun masih mungkin terganggu secara finansial jika tiang penopang utama keluarganya meninggal dunia. Hal mungkin terjadi bila Anda tidak memperhitungkan berapa nilai pertanggungan yang sesuai dengan keadaan keuangan Anda? jadi hal penting yang perlu Anda perhatikan adalah cara menghitung berapa uang pertanggungan yang sebaiknya Anda ambil?
Menurut hemat kami ada faktor-faktor yang perlu Anda pertimbangkan dan diperhitungkan ketika seseorang (Anda) merencanakan untuk membeli asuransi? Berikut, empat hal yang dapat dipertimbangkan sebagai faktor yang perlu diperhitungkan dalam menentukan jumlah uang pertanggungan, Pertama, berapa jumlah hutang yang Anda miliki?; kedua, berapa banyak aset/harta yang Anda tinggalkan untuk keluarga?; ketiga, berapa lama aset tersebut dapat menghidupi mereka tanpa harus menurunkan standar gaya hidup mereka?; dan keempat, berapa banyak dana yang diperlukan untuk membiayai kehidupan anak-anak Anda sampai mereka menjadi dewasa dan mandiri, termasuk biaya pendidikan mereka?
Setelah Anda menghitung besarnya uang pertanggungan berdasarkan faktor-faktor di atas dan Anda kaget dengan nilai yang harus Anda ambil (premi yang harus dibayar). Besarnya jumlah nilai proteksi atau uang pertanggungan yang harus dipersiapkan tidak perlu sampai membuat Anda distress (tertekan dan cemas berlebihan), sepanjang Anda ingat bahwa pada dasarnya asuransi adalah sebuah perencanaan. Artinya, Anda dapat merencanakan untuk membeli asuransi jiwa dengan jumlah premi tertentu secara bertahap. Urutan prioritasnya kami usulkan sebagai berikut: pertama, belilah asuransi jiwa dengan jumlah uang pertanggungan (dan premi) yang bisa menutupi seluruh hutang-hutang Anda, agar sekurang-kurangnya anda tidak mewariskan hutang kepada generasi berikutnya;
Kedua, bila hutang-hutang sudah diamankan, maka belilah asuransi jiwa berikutnya untuk mengamankan kebutuhan hidup keluarga sehari-hari untuk rentang waktu tertentu, terhitung sejak Anda meninggal dunia; Dan ketiga, pada tahap berikutnya, yakni jika anda telah berhasil mengumpulkan sejumlah uang tambahan, belilah asuransi jiwa dengan nilai pertanggungan yang bisa memenuhi biaya-biaya membesarkan anak-anak Anda, termasuk biaya pendidikannya. Jadi, meski tentu tidak mudah mengaturnya, namun dengan perencanaan yang matang, hal di atas tetap dimungkinkan (kecuali Tuhan berkehendak lain, tentu).
Demikianlah beberapa pertimbangan yang Anda butuhkan dalam mengantisipasi risiko yang sering terjadi dalam menjalankan kehidupan keluarga. Semoga bermanfaat.[]
* M. Ichsan adalah seorang perencana keuangan dari PrimaPlanner
0 komentar:
Posting Komentar