Alkisah, Seorang pria juara lompat gawang yang memperolah banyak medali pada saat masih di Universitas. Sangat jarang ada yang bisa mengalahkannya. Dia menjadi lambang keanggunan, kegesitan, dan cara mengatur kaki secara cepat. Dia mempunyai banyak teman yang mengaguminya karena kecakapan atletisnya, dan seorang bos telah memberinya sebuah pekerjaan sebagai seorang salesman pada perusahaan asuransinya. Tahun-tahun berlalu. Ia menikah dan sekarang mempunyai anak laki-laki berusia 5 tahun. Namun ia, entah mengapa, tidak pernah mengalami kemajuan dalam bidangnya sebagai seorang salesman. Ia menyenangkan, mudah berteman, tetapi hanya dapat menjual sejumlah kecil asuransi selama setahun. Tampaknya ia tidak mempunyai keberanian, pertahanan, atau hasrat yang lebih besar untuk meraih “kesempurnaan” seperti yang pernah ia capai saat lomba lompat gawang. Ketakutan bahwa ia tidak akan menjadi salesman yang sempurna menguasai dirinya, mengubah citra dirinya. Ia menjadi mudah frustasi ketika ditolak oleh pelanggannya. Ia lupa bahwa ia telah mengatasi kesalahan-kesalahan dalam gawang rintangan dengan berlatih di ketekunan saat dia di Universitas.
Suatu hari pada saat reuni kelas di Universitas, ia bertemu dengan teman sekelasnya dulu. Mereka menghabiskan banyak waktu bersama di halaman. Beberapa mahasiswa sedang berlatih melompati gawang-gawang rintangan. Teman-temannya membujuk dia untuk memperlihatkan sisa kehebatannya dulu. Ia minum satu dua teguk air dari gelasnya, membawa sepaang sepatu karet dan buru-buru melompati gawang-gawang rintangan sambil mengingat betapa hebatnya ia dulu. Ia tergelincir dan kakinya keseleo. Selama 1 bulan ia digips dan hal tersebut membuatnya berpikir, dan berintrospeksi diri.
Ia mengingat-ingat kembali bahwa ia dulu menjadi juara karena latihan yang terus menerus, dengan mengatasi kegagalan-kegagalan. Sekarang ia sadar dirinya telah tua untuk lomba lompat gawang. Namun ia ingat ketika masih mahasiswa ia memiliki percaya diri dan tahu betul kemampuannya. Ia juga ingat keberanian, harga diri, penerimaan dirinya. Ia ingat bahwa ia punya “panduan batin” (sense of direction) yang jelas ketika melompati gawang-gawang rintanan menuju cita-cita. Tiba-tiba ia sadar bahwa tidak ada alasan di bumi ini yang membuatnya tak bisa lagi menjadi seorang juara salesman. Mengapa ia tidak melompati rintangan-rintangan dalam pekerjaannya, mengapa ia tidak dapat berbuat lebih baik ? Ia tahu bahwa ketakutan dan rasa kurang percaya diri mengalahkannya dari menjadi seorang juara.
Ketika ia sudah lebih baik, ia mendekati penjualan asuransi dengan pengertian yang sama, kegigihan yang sama sebagaimana ia pernah terapkan ketika lompat gawang rintangan. Ia mencari akal bagaimana mendekati pelanggan dan mengatasi hambatan-hambatan yang mungkin. Dalam waktu kurang dari 1 tahun ia menjadi salesman top-flight, menambah jumlah pendapatannya dan ia juga hidup sangat bahagia.
Pesan :
Kita juga dapat melompati rintangan-rintangan ketegangan dan stress dengan mencegah kegagalan-kegagalan masa lalu yang menghambat kita. Kita harus mendekati cita-cita kita sekarang dengan kepercayaan, dengan keyakinan pada diri sendiri, sehingga kita dapat bangkit mengatasi kegagalan-kegagalan, ketahuilah kita dapat mengatasi problem hidup. Terutama saat-saat seperti sekarang dimaan kita mengalami krisis global, terjadi banyak pengurangan karyawan, likuidasi dan merger perusahaan, yang akan banyak berdampak pada perekonomian kita. Tetaplah optimis dan percayalah bahwa : “Di setiap krisis pasti ada peluang yang lebih besar”
Semoga bermanfaat, dan Salam Hebat Luar Biasa !
rudyhdlim@yahoo.com
Founder of Winner’s Club
Rudy Lim
Business Man, Penulis, Inspirator Muda
Founder of Youngs Enterprise
www.rudylim.com
Print Artikel
0 komentar:
Posting Komentar