Pengemis
menjadi profesi pilihan bagi warga di salah satu desa di Kecamatan
Tlanakan, Pamekasan. Pasalnya, hampir sebagian besar warga di desa ini
dikenal sebagai pemalas. Sementara, kebutuhan hidup terus menghimpit
mereka. Menurut pantauan Radar Madura, beberapa tempat seperti di depan
toko - toko di Pamekasan, dijumpai pengemis yang menjulurkan tangan
meminta belas kasihan dari orang yang berlalu lalang.
Dosen Fakultas Hukum Unira, Win Yuli Wardani, mengaku memiliki hasil riset seputar pengemis di Desa Branta, Kecamatan Tlanakan. Berdasar riset, Desa Branta memiliki penduduk sebanyak 2.210 jiwa. 60 persen (1.326 jiwa) diantaranya hidup di bawah garis kemiskinan. Sepuluh persen dari penduduk miskin di Branta (133 orang) berprofesi sebagai pengemis. Itu terjadi karena dihimpit kefakiran dan pantas diduga malas bekerja.
Dia menjelaskan, pengemis asal Branta mangkal di tempat yang didatangi banyak orang. Diantaranya, lokasi wisata Api Tak Kunjung Padam, pertokoan dan apotek. "Tetapi, tidak semua apotek memberikan izin pengemis mangkal di tempat tersebut," ujarnya dalam seminar pengemis di Pamekasan, Jumat (25/12)
Plt Sekkab Hadi Soewarso menegaskan, pemerintah masih akan memetakan pengemis di Pamekasan. Sebab, pemkab sulit melangkah jika tidak mengetahui secara pasti penyebab mereka mengemis. Dia tidak menampik penyebab mereka menjadi pengemis karena kemiskinan. "Tetapi bisa juga (mereka mengemis) karena SDM lemah," pungkasnya.
http://klikunic.com
Dosen Fakultas Hukum Unira, Win Yuli Wardani, mengaku memiliki hasil riset seputar pengemis di Desa Branta, Kecamatan Tlanakan. Berdasar riset, Desa Branta memiliki penduduk sebanyak 2.210 jiwa. 60 persen (1.326 jiwa) diantaranya hidup di bawah garis kemiskinan. Sepuluh persen dari penduduk miskin di Branta (133 orang) berprofesi sebagai pengemis. Itu terjadi karena dihimpit kefakiran dan pantas diduga malas bekerja.
Dia menjelaskan, pengemis asal Branta mangkal di tempat yang didatangi banyak orang. Diantaranya, lokasi wisata Api Tak Kunjung Padam, pertokoan dan apotek. "Tetapi, tidak semua apotek memberikan izin pengemis mangkal di tempat tersebut," ujarnya dalam seminar pengemis di Pamekasan, Jumat (25/12)
Plt Sekkab Hadi Soewarso menegaskan, pemerintah masih akan memetakan pengemis di Pamekasan. Sebab, pemkab sulit melangkah jika tidak mengetahui secara pasti penyebab mereka mengemis. Dia tidak menampik penyebab mereka menjadi pengemis karena kemiskinan. "Tetapi bisa juga (mereka mengemis) karena SDM lemah," pungkasnya.
0 komentar:
Posting Komentar