Alfred Riedl menyebut kalau kekalahan telak di Malaysia telah membuat kans Indonesia jadi juara menipis di laga kedua. Benarkah hasil buruk di Bukit Jalil karena keusilan tuan rumah? Atau ada sebab lain?
"Sebetulnya kita sudah kalah lebih dulu di Malaysia. 15 menit yang kacau di sana kita bayar mahal di sini," seru Alfred Riedl usai laga final kedua di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Rabu (29/12/2010) malam WIB.
Pernyataan pahit yang dilontarkan Riedl tersebut merujuk pada hasil 0-3 yang didapat Indonesia saat menjalani final pertama di Stadion Bukit Jalil, Minggu (29/12/2010) lalu. Saat itu gawang Markus jebol tiga kali masing-masing di menit 61, 68 dan 73.
Ada banyak dalih yang kemudian muncul dari pengurus PSSI terkait hasil laga tersebut. Ketua Umum Nurdin Halid dengan lantang menyebut kalau ada upaya tidak fair yang dilakukan pihak Malaysia untuk memetik kemenangan.
Aksi tembak laser jelas jadi yang paling mencolok karena seluruh publik Indonesia juga menyaksikannya dari layar kaca. Selain itu Nurdin juga menuduh kalau kubu Malaysia juga menggunakan serbuk gatal di lapangan tempat timnas menggelar latihan, yang membuat Markus gata-gatal dan terkena alergi.
Namun anehnya pernyataan Nurdin tersebut justru disanggah oleh asisten pelatih Wolfgang Pikal. "Tapi itu bukan itchy powder (serbuk gatal), tapi hanya fertilizer. Tapi kita tidak tahu itu disengaja atau tidak," sanggah Pikal beberapa hari lalu.
Lalu benarkah kekalahan 0-3, yang kemudian berpengaruh besar dalam kegagalan Indonesia menjadi juara, disebabkan oleh sikap usil Malaysia dalam laga di Bukit Jalil?
Itu mungkin saja. Tapi usai laga final pertama tersebut Riedl akhirnya membuka unek-unek yang mungkin selama ini dia simpan sendiri. Sebuah rasa tidak puas akan kondisi timnas terkait aktivitas-aktivitas di luar lapangan.
"Belakangan ini aktivitas dari federasi juga agak mengganggu kami. Kegiatan-kegiatan yang berlebihan dan tidak perlu," sindir pelatih asal Austria itu di Malaysia.
Tekanan yang datang dari media pun dinilai sudah berlebihan oleh Riedl. Pemain mulai dianggap selayaknya selebritas yang setiap gerak-geriknya jadi berita utama acara gosip. "Ya media terlalu banyak minta wawancara tim," sambung Riedl saat itu.
Entah kebetulan atau tidak, kekalahan 0-3 yang diderita timnas datang setelah Firman Utina dkk melakukan aktivitas-aktivitas yang tak ada hubungannya dengan sepakbola. Datang ke rumah Aburizal Bakrie sehari setelah kemenangan di semifinal kedua atas Filipina, dan menghadiri doa bersama hanya kurang dari 16 jam sebelum penerbangan ke Malaysia.
Seperti diungkapkan pengamat dan komentator sepakbola M. Kusnaeni dalam perbincangannya dengan detiksport beberapa waktu lalu, kalau timnas tampil tidak maksimal di final itu mungkin tak mutlak kesalahan Riedl. Karena dia juga tak bisa menjalanlan programnya dengan cara terbaik terkait acara-acara non teknis yang dilakukan timnas.
"Kalau (timnas) tak bisa tampil maksimal mau disalahkan siapa? Alfred bisa bilang kalau programnya tidak berjalan proporsional. Riedl nanti disalahkan," ungkap pria yang akrab disapa Bung Kus itu.
http://klikunic.com
0 komentar:
Posting Komentar