HINGGA tadi malam, arus warga yang berziarah ke makam Gus Dur di kompleks Pondok Pesantren Tebuireng terus berdatangan. Jumlahnya mencapai ribuan orang. Mereka berasal dari Pulau Jawa dan luar Jawa.
Itu terlihat dari pelat nomor kendaraan roda empat atau lebih yang parkir. Namun, ada sejumlah peziarah yang berulah. Mereka mengambil tanah serta bunga di pusara presiden keempat RI tersebut. Ada juga yang meletakkan benda-benda kecil ke dalam gundukan tanah. Fatimah, 75, asal Dusun Seblak, Desa Cukir, Kecamatan Diwek, Jombang, adalah salah satunya
Dia mengaku, tanah makam Gus Dur akan digunakan sebagai obat penyembuh penyakit linu yang dideritanya. ''Untuk obat sakit linu,'' ujar Mbah Fatimah.
Hal yang sama dilakukan Mukhlison, 44, asal Dawuhan, Lumajang. Tanah sejumput itu dia gunakan untuk mengobati sakit polio anaknya.
Hal itu dibenarkan Yenny Wahid. ''Ya, begitulah budaya di nahdliyin. Sulit melarangnya,'' ujar Yenny.
Bahkan, setelah proses pemakaman pada Kamis sore lalu (31/12), bunga serta gundukan tanah di pusara menipis. Gara-garanya diambil oleh ribuan peziarah. Setelah peristiwa tersebut, tanah di pusara ditambah. Selain itu, panitia berkali-kali menyampaikan larangan mengambil apa pun di makam Gus Dur melalui pengeras suara.
KH Salahuddin Wahid atau Gus Sholah, pengasuh Ponpes Tebuireng yang juga adik kandung Gus Dur, mengatakan bahwa pengelolaan makam Gus Dur tidak akan diserahkan kepada negara. Sebab, ada kekhawatiran jika dikelola negara, keluarga dan masyarakat akan sulit mengakses. ''Makam itu terbuka 24 jam untuk semua kalangan,'' ujarnya.
Gus Sholah menyebut, Gus Dur telah menjadi milik rakyat Indonesia. Makam mantan ketua umum PB NU itu berada di kompleks ma*kam berdimensi sekitar 10 m x 12 m. Di situ, antara lain, terdapat makam ayah serta kakeknya. Yakni, KH Abdul Wahid Hasyim dan Hadratus Syekh KH Hasyim Asyari. Makam tersebut berusia 50 tahun lebih. http://klikunic.com
0 komentar:
Posting Komentar