“Tidak ada kemuliaan yang dicapai dengan menjadi lebih baik dari orang lain. Kemuliaan sesungguhnya adalah menjadi lebih baik dari diri sebelumnya.”
Pepatah Tingkok Kuno
Sepak bola adalah jenis olah raga yang paling digemari di dunia. Komentar Kofi Annan, UN Secretary General, berikut ini ikut membenarnya kenyataan tersebut. Ia mengatakan, “Football bring nations together in away no others event could. As the only game in the world that is played in every country and by people of every race and religion. Football is one of few institutions that is as exceptional as the United Nations.”
“Sepak bola menciptakan satu sebuah kebersamaan yang tidak dapat diciptakan oleh kejadian lainnya. Sepak bola adalah satu-satunya permainan di dunia yang dimainkan di berbagai negara dan dilakukan oleh orang-orang dengan bermacam ras dan agama. Sepak bola adalah satu diantara sebagian kecil institusi di dunia yang mempersatukan, dan yang sama-sama istimewa seperti persatuan bangsa-bangsa (PBB).”
Lebih lanjut Kofi Annan menyatakan kompetisi sepak bola dunia yang sekarang sedang berlangsung di Jerman hingga 9 Juli mendatang itu diikuti oleh 205 kesebelasan di seluruh dunia. Jumlah tersebut lebih besar dibandingkan dengan jumlah negara-negara anggota PBB yang hanya terdiri dari 191 negara. Perbandingan tersebut membuktikan bahwa sepak bola jauh lebih menarik bagi penduduk di dunia. “Everybody on the planet will talk about the world cup. – Setiap orang di planet ini (dunia) akan selalu membicarakannya (sepak bola),” imbuhnya.
World Cup atau ajang kompetisi sepak bola dunia empat tahunan itu telah diselenggarakan sejak tahun 1930. Kompetisi sepak bola dunia, yang sempat absen pada tahun 1942 dan 1946 karena meletus Perang Dunia II, memang paling ditunggu oleh sebagian besar masyarakat di dunia. Tak heran jika kalangan pebisnis di dunia memanfaatkan momen spektakuler tersebut untuk mendapatkan keuntungan bisnis. Soccer-nomic adalah sebutan bagi dampak dari ajang kompetisi sepak bola dunia terhadap pertumbuhan ekonomi.
Mengutip pernyataan yang dikeluarkan oleh Ikatan Industri di Inggris (CBI), World Cup 2006 ini sudah semakin menggeliatkan ekonomi Inggris. Pusat Penyelidikan Ekonomi Inggris (CEBR) menyatakan bahwa World Cup 2006 sudah menciptakan penghasilan tambahan sebesar 1,25 miliar poundsterling atau (jika 1 poundsterling Rp15 ribu) sekitar 18,75 triliun rupiah. Adidas dan Nike pun tak mau ketinggalan untuk ikut mendapatkan keuntungan dari ajang kompetisi dunia tersebut. Bahkan dalam kesempatan emas tersebut mereka rela merogoh kocek masing-masing 0,2 miliar USD dan 0,1 miliar USD untuk mempromosikan produk-produk unggulan mereka.
Demam World Cup 2006 juga melanda seluruh pelosok negri ini, pada segala usia, ras, agama dan profesi. Tengok saja di Manado. Pada pertengahan Mei lalu saat mengunjungi kota tersebut untuk melaksanakan seminar PDS, saya melihat penampilan kota tersebut berbeda dari sebelumnya. Bermacam bendera negara-negara di dunia menghiasi hampir di semua pintu, pagar dan jendela toko atau rumah warga, seolah akan ada konferensi bangsa-bangsa.
Sementara bagi para pengusaha di Indonesia, momen tersebut juga tidak mereka sia-siakan. Terbukti ratusan hotel di Indonesia dari yang tak berbintang hingga berbintang, berbondong-bondong menawarkan acara ‘nonton World Cup bersama’ melalui layar televisi ukuran cukup besar untuk para pelanggan pecinta sepakbola. Beberapa restoran di Indonesia juga ikut meramaikan momen tersebut dengan menawarkan paket makanan spesial bertema World Cup 2006. Sementara kalangan industri keuangan bersedia memberikan potongan harga 15% kepada para pemegang kartu kredit khusus untuk produk World Cup, dan masih banyak contoh lainnya.
Belum lagi keuntungan dari segi motivasi. Kemenangan tim kesebelasan Korea mengalahkan tim kesebelasan Brazil pada World Cup 2002 yang diadakan di Korea dan Jepang menjadi kebanggaan dan semangat bangsa Asia khususnya Korea sendiri. Ketika berkunjung ke stadium sepakbola di Korea, saya menyaksikan foto para pemain tim kesebelasan yang mengharumkan nama bangsa Korea itu dipajang dalam ukuran badan mereka masing-masing. Penghargaan seperti itu layak mereka terima karena prestasi mereka setidaknya menjadi sumber motivasi berharga bahwa setiap orang berpotensi untuk menjadi ‘juara’.
Pada setiap momen World Cup, pecinta sepak bola di dunia seakan benar-benar dimanjakan, baik dari segi tontonan yang berkualitas internasional, produk maupun jasa dari dunia usaha, bahkan motivasi hidup dan berprestasi. Tetapi apakah para pecinta sepak bola itu juga memetik keuntungan? Jangan-jangan mereka justru menjadi korban atau hanya menjadi obyek keuntungan demam piala dunia?
Tak dapat kita pungkiri bahwa momen spektakuler seperti World Cup Soccer 2006 yang dimulai sejak tanggal 9 Juni sangat mempengaruhi para pecintanya. Tak sedikit orang yang justru terkena dampak buruk karena mengalihkan waktu istirahat hanya untuk nonton permainan sepak bola. Merekapun harus menanggung kantuk yang luar biasa saat harus bekerja lagi di pagi hari. Akibatnya, kualitas kerja mereka berkurang.
Lebih parah lagi jika mereka kurang istirahat karena tak pernah berhenti mengikuti jalannya pertandingan di malam hari. Mereka lalu mengalami gangguan kesehatan karena terlalu capek, misalnya sakit lever, jantung, flu, dan lain sebagainya. Mungkin World Cup Soccer justru mendatangkan bencana, jika merekapun terpaksa harus mengeluarkan biaya besar untuk berobat, padahal hasil pekerjaan menurun.
Demam piala dunia yang tidak terkontrol selain dapat merusak kondisi fisik, ternyata juga merusak kondisi mental. Tanpa sengaja saya membaca sebuah berita di sebuah media elektronik di Indonesia yang berjudul Musim Piala Dunia, Musim Judi. Kenyataan seperti itu sunguh memilukan. Tetapi mereka malah beralasan bahwa mereka lebih bersemangat nonton pertandingan sepakbola tersebut sambil berjudi.
Di balik keuntungan yang luar biasa dari ajang pertandingan sepak bola dunia itu, ternyata banyak orang yang harus menderita kerugian dari segi fisik maupun materi. Kerugian yang mereka derita dikarenakan mereka tidak dapat mengontrol kesenangan mereka sendiri. Tanpa bermaksud menghalangi kesenangan kita nonton pertandingan sepak bola dunia itu, saya hanya berharap kita dan khususnya para ‘bola mania’ supaya lebih pintar. Apakah ruginya berpikir dan bersikap lebih pintar untuk memanfaatkan setiap kesempatan sebagai peluang emas untuk hidup lebih baik dan sukses, seperti para pengusaha yang meraup keuntungan cukup besar dari berbagai kesempatan termasuk pertandingan sepak bola dunia itu? Pastikan kita selalu mendapatkan yang terbaik, dengan berbuat yang terbaik pula. Be smart!
* Andrew Ho ....
0 komentar:
Posting Komentar