“Many people fail in life, not for lack of ability or brains or even courage but simply because they have never organized their energies around a goal. – Banyak orang mengalami kegagalan, bukan karena tidak mempunyai kemampuan maupun kecerdasan atau bahkan keberanian, tetapi karena mereka tidak dapat mengorganisir energi mereka hanya untuk mewujudkan tujuan yang ingin mereka capai.”
Elbert Hubbard
Seorang profesor memasuki ruang kuliah sambil membawa ember transparan berukuran sedang, batu-batu besar, kerikil, pasir dan air. Kemudian profesor mata kuliah filosofi itu memasukkan batu-batu besar ke dalam ember, satu per satu hingga ember itu penuh oleh batu-batu berukuran besar. Semua mahasiswa heran dan memperhatikan dengan seksama.
Kemudian sang profesor mengajukan satu pertanyaan. “Apakah ember ini sudah tidak dapat diisi lagi?” tanya profesor memecah keheningan. Para mahasiswa serentak menjawab, “Ya. Masih bisa,” meskipun mereka melihat ember itu sudah penuh. Profesor itu tersenyum, lalu menuangkan kerikil ke dalam ember itu hingga tak tersisa satu kerikilpun di luar.
“Apakah kalian kira ember ini sudah tidak dapat diisi lagi?” tanya profesor. Para mahasiswa agak bingung. Mereka ragu-ragu. Suara mereka mulai terpecah. Sebagian mengatakan, “Tidak. Ember sudah penuh!” Sementara yang lain mengatakan, “Masih bisa.”
Jawaban mana yang benar akan terbukti setelah sang profesor menuangkan pasir. Ternyata seluruh pasir dapat masuk ke dalam ember itu, mengisi sela-sela batu besar dan kerikil. Profesor itu terus menuangkan pasir hingga ember itu terlihat penuh sesak oleh batu, kerikil dan pasir.
Para mahasiswa sudah dapat memastikan bahwa ember itu tidak akan dapat diisi lagi. Maka ketika profesor bertanya, “Apakah masih bisa diisi lagi?” Dengan kompak seluruh mahasiswa menjawab, “Tidak bisa.” Setelah mendengar jawaban para mahasiswanya, profesor itu menuangkan air ke dalam ember hingga tak tersisa. Terbukti sudah bahwa jawaban para mahasiswa tidak tepat, karena ternyata ember itu masih bisa diisi dengan air.
Nilai filosofis yang ingin disampaikan oleh profesor itu adalah manusia harus pandai menempatkan prioritas. Tempatkan impian-impian yang besar sebagai prioritas utama (yang diibaratkan sebagai batu-batu besar). Jangan sibuk mencari dan menempatkan hal-hal yang kecil (yang diibaratkan oleh kerikil, pasir dan air) terlebih dahulu, karena menyebabkan kita tidak bisa mendapatkan impian yang besar atau utama.
Kenyataan yang kita hadapi sehari-hari memang semua pekerjaan mengklaim sebagai prioritas penting dan meminta perhatian ekstra. Padahal dalam satu waktu kita dapat mengerjakan satu prioritas saja, tidak bisa semuanya. Menempatkan prioritas dengan tepat memang sangat sulit, meskipun setiap hari kita sudah sangat sibuk bekerja. Sehingga memerlukan kecermatan untuk dapat memanajemen prioritas yang sangat banyak.
Sebagaimana kita merasakan bahwa faktor-faktor yang sangat mempengaruhi kehidupan kita adalah faktor kesehatan, keluarga, keuangan, kemampuan, hubungan sosial, pekerjaan dan keimanan. Bila kita bingung untuk memulai mengerjakan prioritas yang mana, maka sebaiknya prioritaskan dulu kepada hal-hal yang berkenaan dengan faktor-faktor tersebut. Prioritaskan masing-masing faktor tersebut dalam kadar yang sama. Sebab bila kita mengabaikan salah satu diantaranya, maka jalan kita menuju kesuksesan mungkin sedikit terhambat.
Misalnya saja Anda memberikan kadar prioritas yang lebih besar terhadap pekerjaan, melebihi kadar prioritas terhadap kesehatan, keimanan, keluarga, hubungan sosial, dan lain sebagainya. Mungkin kehidupan keluarga, hubungan sosial, spiritual, dan kesehatan akan menjadi korbannya. Atau mungkin jika Anda kurang memprioritas diri pada kondisi keuangan, maka kondisi prospek usaha Anda juga akan mengalami degradasi.
Bila memang kita benar-benar harus memilih mana yang harus diprioritaskan, maka sebaiknya prioritaskan pada kondisi spiritual dan kesehatan diri sendiri terlebih dahulu. Bila kondisi kesehatan dan keimanan kita prima, barulah kita dapat mengerjakan prioritas yang lain. Karena dengan kondisi kesehatan dan keimanan yang memadai akan menunjang upaya kita dalam menangani prioritas-prioritas yang lain dengan lebih baik.
Langkah selanjutnya adalah menuliskan prioritas yang akan kita kerjakan setiap hari. Sebagaimana sebuah pepatah bijak menjelaskan, “An unfailing success plan: At each day’s end, write down the six most important things to do tomorrow; number them in order of importance, and then do them. – Perencanaan Pencapaian Kesuksesan: Setiap malam, tuliskan sedikitnya 6 hal penting untuk dikerjakan besok; urutkan berdasarkan seberapa penting mereka, dan laksanakan semua rencana itu.”
Berikutnya bersikaplah konsisten untuk menyelesaikan prioritas yang terpenting dan tetapkan batas waktu, meskipun mungkin akan terasa kurang menyenangkan. Bersikap konsisten dalam mengerjakan prioritas yang terpenting menjadikan kita semakin mengenal dunia dan tempat dimana kita berada dan mendapatkan pengalaman baru yang lebih menyenangkan. “Manusia yang paling pandai adalah yang benar-benar mengerti akan hidup dimana ia ditempatkan,” kata Hellen Keller. Sehingga bersikap konsisten merupakan sinergi yang mempercepat dan menghemat waktu dalam menyelesaikan prioritas-prioritas yang lain.
Langkah-langkah tersebut sebenarnya sangat sederhana, tetapi efektif digunakan untuk menyelesaikan prioritas-prioritas yang sangat banyak. Bila kita benar-benar dapat melaksanakan langkah-langkah tersebut, maka kita akan dapat menyelesaikan lusinan top prioritas tanpa kerja yang terlalu panjang, stres dengan jadwal yang padat, ataupun panik. Sebaliknya, Anda bahkan akan mempunyai banyak waktu untuk minum bir.
* Andrew Ho adalah penulis buku best seller, pengusaha, dan motivator.
0 komentar:
Posting Komentar