The future is not inevitable, we can influence it, if we know what we want it to be.
Charles Handy,
The Age of Unreason
Apa salahnya dengan kemapanan? Mengapa harus didobrak? Apakah dengan mendobrak kemapanan Anda bisa sukses?
Memang tidak bisa dimungkiri bahwa banyak orang melihat kemapanan sebagai sesuatu yang bagus. Dalam masyarakat yang mapan tidak banyak kejahatan, tidak juga terjadi gejolak. Tidak banyak demonstrasi di jalan dan di depan pabrik. Tidak juga ada perdebatan sengit di DPR/MPR. Orang menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya. Perekonomian diproteksi oleh pemerintah. “Bapak bertani (bekerja), Ibu di rumah mengawasi anak dan menjahit/menenun kain, mereka soleh beribadah” Mereka bekerja sesuai dengan tugasnya. Masyarakat tidak menuntut banyak. Mereka cenderung menerima sesuai dengan kebutuhanya. Atau diatur supaya “bekerja sesuai dengan kemampuan dan menerima sesuai dengan kebutuhan.”
Alangkah indahnya gambaran masyarakat di atas. Betapa harmonisnya kehidupan beragama dan keluarga. Masyarakat tidak dipusingkan dengan perdebatan politik dan demonstrasi. Para pengusaha juga tidak usah khawatir akan persaingan dagang dari luar negeri. Bukankah ini semua sangat baik?
Tunggu dulu! Ini kan yang terjadi pada masa Orde Baru. Ini juga yang terjadi di Jepang sebelum didobrak oleh Restorasi Meji. Bahkan “bekerja sesuai dengan kemampuan dan menerima sesuai dengan kebutuhan” adalah impian Karl Marx dan Federick Angel yang hancur oleh Perestroika dan Glasnost-nya Gorbachev. “Bapak bertani (bekerja), Ibu di rumah mengawasi anak dan menjahit/menenun kain, mereka soleh beribadah.” terjadi pada masa Kegelapan/Afklarung pada abad pertengahan di Eropa yang kemudian dipatahkan oleh masa Renaisance.
Kemapanan cenderung membuat orang tertidur lelap. Inovasi berhenti. Di benak mayoritas orang akan tertanam: “Apalagi yang mau dicari, semua sudah cukup!” Kemapanan umumnya menguntungkan sekelompok orang baik dari segi ekonomi maupun kekuasaan secara politik. Sekelompok orang ini akan berusaha menatan struktur kemapanan dengan berbagai cara. Salah satunya adalah meyakinkan orang banyak bahwa kondisi “sekarang” adalah yang terbaik. Dengan kondisi inilah “masyarakat adil dan makmur” akan tercapai. Kondisi ini pula yang bisa menangkal semua bahaya laten dari dalam dan luar.
Seperti disunggung di atas, disamping pengaruh makro, kemapanan juga terjadi secara mikro di setiap individual. Mengapa orang terbuai pada kemapanan? Dan apakah Anda termasuk di antaranya?
Pertama, banyak orang yang tidak suka pada perubahan. Perubahan berarti penyesuain baru. Dengan perubahan orang harus belajar menyesuaikan diri pada situasi dan lingkungan baru. Mereka juga harus meninggalkan kebiasaan lama. Hal ini menimbulkan ketidak-nyamanan pada mereka.
Kedua, orang cenderung attach pada apa yang mereka miliki. Harta benda, kehidupan yang luxury, orang-orang yang dicintai atau binatang piaraan menjadi bagian dari orang tersebut. Mendobrak kemapanan kadangkala harus meninggalkan attachment seperti ini. Meninggalkan attachment ini berarti meninggalkan bagian dari diri mereka.
Ketiga, bagi orang tertentu mendobrak kemapanan berarti “pengorbanan sia-sia.” Gologan orang ini tidak melihat faedah pengorbanan yang akan dilakukan untuk keluar dari kemapanan. Mereka bukan termasuk orang yang disebut risk taker. “Jika saya mengorbankan jabatan Manager saya untuk jabatan yang lebih rendah di perusahaan lain, mana ada untungnya bagi saya.” Orang ini cenderung melihat segi negatif dari hal baru yang akan digapai.
Keempat, masa depan tidak menentu. Dengan meninggalkan kemapanan, sebagian orang melihat bahwa masa depan yang akan diraih tidak menentu. Orang ini akan berpikir, “Bagaimana saya bisa bersaing dengan sedemikian banyak orang yang sudah berpengalaman di bidang itu, sedangkan saya orang baru. Bagus kalau ada yang mau mendukung, kalau tidak, hancur nasibku jadinya.”
Kelima, tak punya nyali. Orang yang termasuk kategori ini bisa disebut sebagai orang yang mempunyai penyakit kronik. Orang ini punya kecenderungan untuk menghindari membicarakan perubahan. Bayangkan, membicarkannya saja tidak mau, apalagi melaksanakannya. Jika terjadi pembicaraan ini, tangannya akan keluar keringat dingin. Pertanyaan pertama yang keluar dari mulutnya adalah bagaimana kalau terjadi tidak sesuai dengan yang kita kehendaki? Kita akan kehilangan semuanya! Malu juga menjadi salah satu alasan baginya untuk bertindak.
Keenam, tidak ada jiwa adventure. Di Amerika, orang semacam ini disebut Couch Potato. Kegiatannya hanya pergi kerja, pulang, makan dan nonton TV sambil tiduran di sofa. Di benaknya tidak ada pikiran untuk mencoba hal yang baru. Ia juga punya kecenderungan untuk mempengaruhi atau bahkan melarang orang di sekelilingnya untuk berbuat sesuatu yang di luar kebiasaan. Dia tidak melihat ada excitement pada aktivitas selain menjadi couch potato.
Semua hal di atas, kalau dirangkum, orang yang terbuai pada kemapanan adalah orang yang tidak bisa menerima dan hidup dalam situasi krisis. Juga tidak punya pikiran atau kemauan untuk menjungkir balikkan situasi krisis menjadi kesempatan baginya untuk berbuat dan menunjukkan siapa dirinya.
Krisis umumnya terjadi setelah kemapanan yang panjang dipertahankan. Oleh orang yang jeli, krisis ini dijadikan kesempatan untuk merealisasikan visinya.
Kita tahu dan sejarah membuktikan bahwa, orang besar muncul dari situasi krisis. Mulai dari Mahatma Ghandi dengan pergerakan non-cooperation dan non-violence-nya di India supaya lepas dari tantanan kemapanan Inggris. Martin Luther King Jr. yang terkenal dengan pidato “I Have A Dream”-nya di AS berhasil mendobrak kemapanan diskriminasi masyarakat kulit putih. Yang patut disebut di sini adalah Soekarno-Hatta yang menggunakan situasi krisis Perang Dunia Kedua untuk memproklamasiakan kemerdekaan Indonesia dan diri mereka sebagai Presiden dan Wakil Presiden setelah ratusan tahun dijajah.
Bill Clinton, suatu saat pernah berkata, “I wish 911 happenned in my administration period.” Orang besar melihat krisis sebagai opportunity di mana dia bisa memaksimalkan knowledge, skill, dan semua panca indra yang dimiliki untuk mencapai tujuannya.
Dalam kehidupan dunia bisnis, kita melihat bagaimana krisis minyak, oleh Hiroshi Okuda, President Toyota digunakan sebagai kesempatan untuk memproduksi mobil hibrid pertama di dunia (Prius Hybrid). Dengan berani mengambil risiko dan determinasi, Okuda meng-goal-kan rencana Toyota yang hanya menjadi rencana selama 20 tahun.
Perusahaan komputer, Dell sempat mengalami krisis moral di antara manajernya, yang juga berarti menurunnya produktivitas. Kevin Rollins, CEO Dell, menemukan bahwa executive hiring system dari luar yang menjadi penyebabnya. Oleh Rollins, ini dijadikan kesempatan untuk menunjukkan kepiawaiannya dengan mengadaptasikan sistem training General Electric yang ternyata berhasil memperbaharui moral para manajernya dan meningkatkan produktivitas.
Jika tidak ada situasi krisis yang real dan behubungan deangan Anda, maka ciptakan krisis dalam diri Anda. Salah satu caranya adalah dengan melihat pencapaian Anda, ukur dengan keinginan atau goal yang telah Anda set. Jika Anda ketinggalan, maka Anda dalam situasi krisis. Pada saat krisis ini adalah kesempatan Anda untuk memancing naluri survival skill Anda untuk melompat keluar dan bertarung menjadikan diri Anda pemenang.
Mungkin ada dari Anda yang berkata, “Lha ngomong sih enak, buktikan dong bagaimana caranya. Contoh di atas adalah semua orang yang dikategorikan istimewa. Coba tunjukkan apakah orang biasa juga bisa.”
Memang ini bukan sulap dan juga bukan sihir yang hanya terjadi di film kartun. Berikut ini adalah 10 kiat yang penulis yakini dan jalani, hingga kini bisa survivedan hidup di kalangan masyarakat kelas menengah ke atas di AS: Pertama, lean on uncomfort situation. Biasakan diri Anda dengan hal-hal yang tak nyaman. Dengan kebiasaan ini, Anda akan terlatih untuk tidak lari dari kenyataan yang pahit atau situasi krisis. Tetapi akan bertindak atas kenyataan tersebut. Sebagai contoh dari lean on uncomfort situation, pekerjaan saya yang pertama setelah lulus dari Universitas Indonesia adalah menjadi salah satu marketer di perusahaan asuransi terkemuka di Jakarta. Dari sejak kecil saya mempunyai image yang jelek terhadap perusahaan asuransi. Akibatnya, saya tidak mempunyai pengetahuan asuransi yang komprehensif. Saya menyadari itu setelah melihat hampir semua transaksi beli jual barang mewah, seperti mobil dan rumah melibatkan perusahaan asuransi. Untuk tahu lebih jauh, walaupun saya tidak menyukainya, saya sengaja bekerja di perusahaan asuransi.
Contoh lainnya adalah bidang finance. Halnya serupa seperti di atas. Saya menjadi tidak senang dengan keuangan semenjak mengenal mata pelajaran tersebut di SMA. Setelah dewasa saya merasa timpang dalam hal ini. Saya putuskan ambil summer course di bidang yang tidak saya senangi, keuangan, di University California Berkley, AS dan bekerja di bank keempat terbesar di seluruh dunia di Bay Area San Francisco.
Kedua, menjadi risk taker. Sering kita dengar, “Elu hanya punya modal nekat aja.” Kalimat ini, kalau diinggriskan, bukan berarti empty barrel sounds lound. Kalimat ini bukan hanya sekedar ucapan belaka. Modal nekat memang sangat dibutuhkan dalam banyak hal. Contohnya, di ambil dari Machiavelli, sering kali bandit mempunyai isteri yang cantik jelita dan berasal dari keluarga berada dan terpelajar. Tapi isteri tersebut cintanya bukan main terhadap suiminya yang bandit. Hal ini terjadi karena bandit dengan hanya bermodal nekat bisa menaklukkan calon isterinya tersebut.
Bukan maksud penulis untuk ngajarin pembaca menjadi bandit. Kembali ke masalah risk taker. Sebagai seorang muda yang ambisius, saya kerja di Jakarta pada satu perusahaan di group terbesar di Indonesia, saya dipromosi tiga kali dan sebagai konsekuensinya mendapat kenaikan gaji tiga kali dalam satu tahun. Saya menjadi salah satu eksekutif termuda. Mendapat mobil dari perusahaan, biaya kesehatan di-cover 100% dan hanya dengan uang THR saya bisa bayar uang muka rumah di kawasan elite Lippo Karawaci, pada saat yang sama saya juga punya satu condo di Jakarta Utara. Siapa yang tidak suka dengan kehidupan seperti ini?
Tapi semua itu saya tinggalkan ketika ada kesempatan tinggal di AS. Saya sadar sepenuhnya bahwa saya harus memulai kehidupan dari nol. Memulai dari bekerja di bagian stock, sampai menjadi Customer Service and Information Manager di salah satu perusahaan Fortune 500.
Ketiga, bila takut, berpura-puralah berani, maka beranilah Anda. Di dunia ini tidak ada manusia yang tidak pernah taku. Bahkan almarhum Munir yang dikenal tak punya syaraf takut pasti pernah mengalami rasa takut. Takut adalah hal yang wajar dan inherent pada manusia. Tapi ini akan menjadi tidak wajar jika rasa takut dijadikan landasan Anda untuk mengambil keputusan dan tindakan. Anda harus mengendalikan rasa takut. Caranya berpura-puralah berani, maka Anda akan menjadi berani.
Pertama kali, waktu di SMA, saya harus berbicara di depan kurang lebih empat ratusan orang. Temen saya bertanya, “Nggak gugup, Ben?” Saya jawab, “Nggak, ini masalah biasa.” Pada hal, saat itu saya bukan hanya gugup, tapi juga takut setengah mati. Bagaimana kalau saya lupa apa yang harus diomongin? Bagaimana kalau materi pidato saya membosankan, dan bagaimana selanjutnya. Setelah menjawab pertanyaan teman saya, saya menjadi lebih berani. Terhadap diri saya, saya katakan, “Saya akan menatap mata kalian, kalian akan mendengarkan apa yang akan saya ucapkan dan mendapat manfaat dari materi pidato saya.”
Keempat, di dunia Barat sering disebut, “No goal, no result or someone else’s result.” Ini memang sangat klasik, tetapi tanpa goal maka Anda akan kehilangan tujuan dan tidak tahu apa yang Anda lakukan. Sebagai konsekuensinya, Anda juga tidak akan mendapatkan hasilnya. Dalam kondisi demikian Anda hanya akan menjali instrumen orang lain dan orang lainlah itulah yang mendapatakan hasilnya.
Goal saya yang umum adalah mengecap kehidupan yang lebih baik dari hari kemarin. Ini bukan berarti tidak ada step back. Langkah mundur pasti ada, tetapi ini dilakukan untuk membuka jalan yang lebih lebar dan jauh ke depan. Seperti di ungkapkan di atas, tujuan tinggal di AS adalah untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik, dari segi tempat tinggal, kerjaan, pendidikan, kesehatan dan sebagainya. Step back terjadi ketika saya harus bekerja mulai dari entry level, menyewa apartemen studio (tidak ada kamarnya) dan mengunakan transportasi umum. Saya selalu meyakini diri bahwa ini harus berubah sesuai dengan goal saya. Untuk itu maka disusunlah tujuan jangka pendek seperti memperdalam bahasa Inggris dan belajar technical skill untuk menunjang karir. Pada hari ini, saya bisa menikmati hasilnya.
Kelima, continuous improvement. Jika Anda pernah sekolah bisnis, maka slogan ini tidak asing bagi Anda. Yang saya maksudkan dengan perbaikan terus menerus di sini lebih memfokuskan pada diri sendiri. Hal yang paling umum dilakukan adalah melalui pendidikan. Di AS, setiap institusi pendidikan memiliki satu departemen yang disebut Continuing Education Department. Bagi departemen ini pendidikan tidak berhenti sampai pada level doktorat atau ketika orang memasuki usia senja, tetapi tetap berlanjut seumur hidup.
Ada satu hal yang saya merasa ketinggalan dan tidak perlu malu untuk berbagi dengan Anda. Ketika sekitar satu bulan yang lalu, saya hendak membeli komputer baru. Ternyata di toko komputer, saya tidak menemukan komputer yang ada fungsi floppy drive-nya (drive untuk disket). Ketika saya tanya, ternyata sudah out of date. Sekarang orang menggunakan USB dan CD-ROM.
Dari gambaran di atas terlihat bagaimana continuous improvement diterapkan di bidang komputer dan menunjukkan bahwa kita juga harus meng-upgrade diri kita dengan cara yang sama, jangan pernah berhenti untuk berkembang terus. Lakukanlah dengan berbagai cara.
Keenam, orang Amerika bilang determination, saya artikan dalam bahasa Jawa ngeyel. Semua orang sukses yang bukan karena KKN adalah hasil proses yang panjang dan membutuhkan determination. Tiger Wood dikenal sebagai salah satu pegolf termuda di dunia. Proses untuk sampai ke situ sudah dimulai pada masa kanak-kanak. Di mana pada umur 6 tahun dia sudah ditempa dengan mengikuti berbagai turnamen golf tingkat yunior.
Ketika saya sebagai Customer Service and Information Manager di salah satu perusahaan Fortune 500, ada satu applicant kelahiran Surabaya yang melamar kerja sebagai Customer Service Representative. Saya menginterview dia, tapi saat itu belum ada lowongan. Dia menelepon saya setiap minggu, selama lebih dari sebulan, menanyakan apakah ada lowongan. Akhirnya, saya terima dia sebagai part- timer. Dia tanya, “What should I do to be a full-timer.” “Productivity and sell financial product as many as possible,” jawab saya.
Dua bulan kemudian saya melihat laporan tingkat korporasi, “My new hire is the top of the list.” Sekarang saya yang balik bertanya ke dia: “What do you do to be in this position.” “I am a Javanese, saya ngeyel aja.” Sejak saat itu, tidak ada lagi yang bisa menghalangi dia untuk jadi full-timer.
Ketujuh, cari stepping stone. Mungkin Anda sudah mendengar kata ini puluhan kali. Walaupun demikian saya perlu menegaskan lagi bahwa seringkali sesuatu yang ingin kita capai itu letaknya jauh dari kita. Di sinilah stepping stone berfungsi. Untuk menjadi seorang jenderal orang harus melalui jajaran yang lebih rendah. Untuk menjadi peran utama di dunia perfilman, seorang aktris/aktor tidak segan memulai dari peran pembantu. Untuk mengenal orang lain, tidak perlu malu untuk minta orang lain memperkenalkan kita ke orang tersebut.
Untuk belajar perbankan secara singkat, padat, tanpa mengeluarkan biaya, tetapi sebalikanya, saya dibayar. Maka pilihan yang terbaik menurut saya adalah melamar kerja di bank yang terkenal dengan sistem trainingnya terbaik. Saya melamar, diterima, mengikuti training intensif selama tiga bulan tentang perbankan. Saya jadikan itu sebagai stepping stone untuk mendapatkan ilmu perbankan.
Kedelapan, measurement, write what you do, do what you write. Penting bagi Anda untuk menuangkan goal dan gagasan proses pencapaiannya dalam bentuk tertulis, karena setiap saat Anda bisa kembali ke catatan Anda dan menelusuri apa yang telah Anda lakukan. Sebalikanya apa yang Anda lakukan perlu Anda tulis juga. Dengan demikian, Anda bisa memfokuskan pekerjaan Anda sesuai dengan yang direncanakan dan bisa mengukur hasil.
Kebiasaan seperti ini saya mulai dari SMA. Dengan demikian, tujuan hidup menjadi jelas. Jangan pula ragu untuk merevisi apa yang telah Anda tulis, jika diperlukan. Bentuk tulisannya tergantung gaya Anda. Menurut hemat saya, paling tidak Anda perlu mencantumkan goal, cara pencapaian, hasil dan due.
Kesembilan, refleksi. Kegagalan seseorang sebagian besar karena orang tersebut lupa mengadakan refleksi. Anda perlu pause, merenungkan apa yang telah Anda perbuat, memikirkan konsekuensi dan menyusun langkah berikutnya.
Ketika memulai kehidupan di AS, dan bekerja dari lapisan terbawah, saya temui bahwa refleksi ternyata menjernihkan pikiran, mental dan dapat menimbulakan semangat baru untuk bertarung. Refleksi juga bisa berupa feedback bagi diri kita, yang akhirnya menjadi input bagi proses selanjutnya.
Kesepuluh, meninggalkan yang baik untuk meraih yang terbaik. Jika Anda menonton American Idol, salah satu judge-nya, Simon Cowell acapkali berkata, “I am not looking for good singer, but I am looking for great singer.” Ini sejalan dengan pepatah lama orang Amerika bahwa good is not good enough. Seseorang harus berani meninggalkan yang baik untuk meraih yang terbaik.
Setelah bekerja dengan pihak lain selama lebih dari enam tahun di AS, saya memberanikan diri melepaskan pekerjaan saya sebagai manajer dan mengembangkan usaha kami yang selama ini dikelola oleh isteri saya saja. Saya melepaskan apa yang selama ini saya anggap baik dan membangun divisi baru di perusahaan kami yang saya yakini adalah yang terbaik.
Saya percaya dengan berbekal ke-10 kiat di atas, Anda akan mampu mendobrak kemapaman di lingkungan dan di dalam diri Anda serta bisa mengunakan krisis untuk menunjukkan kualitas diri Anda. Dengan demikian Anda, keluarga, teman dan masyarakat sekitar merasakan sumbangsih Anda.
Anda telah sukses bila Anda sudah sepenuhnya berusaha, bila Anda telah melakukan sesuatu yang belum pernah terbayang bahwa Anda mampu melakukannya, bila Anda telah pergi ke tempat yang selama ini hanya menjadi angan-angan Anda, bila Anda sudah melihat apa yang sebelumnya hanya impian Anda belaka, bila Anda telah menjadi sesuatu yang sebelumnya Anda bilang itu impossible. Itulah sukses.[]
* Beni Bevly, MBA, CFT, adalah life caoch, cetified fitness trainer dan presiden Afton Institute, LLC. Ia juga adalah pendiri SkyWithoutLimit.com dan berdomisili di San Francico Bay Area.
0 komentar:
Posting Komentar