Ada sejumlah agenda yang akan disampaikan AS dalam rencana kunjungan Obama ke Indonesia.
Jum'at, 29 Oktober 2010, 11:54 WIB
Renne R.A Kawilarang Demikian pejabat Dewan Keamanan Nasional di Gedung Putih, Ben Rhodes, saat mengumumkan jadwal kunjungan Obama, Kamis 28 Oktober 2010. "Sebagaimana anda tahu, kami ingin ke Indonesia pada tahun ini. Sayangnya, sudah dua kali jadwal kunjungan itu terhalang oleh situasi, sehingga Presiden kini sangat senang untuk berkesempatan pergi ke Indonesia," kata Rhodes dalam keterangan pers yang dimuat di laman Gedung Putih.
Pada bulan Maret, Obama membatalkan kedatangannya karena sedang mengusahakan pelolosan undang-undang kesehatan yang digagasnya. Pembatalan kedua terjadi tiga bulan kemudian saat Obama menghadapi masalah kebocoran sumur minyak milik perusahaan Inggris, BP, di Teluk Meksiko.
Namun, saat berpidato di hadapan para anggota Sidang Tahunan Majelis Umum Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) di New York, 23 September 2010, Obama sudah bertekad untuk ke Indonesia akhir tahun ini.
Menurut Rhodes, kunjungan ke Indonesia tidak saja membawa dampak emosional bagi Obama, di mana dia pernah menghabiskan masa kecilnya di Jakarta selama 1967-1971. Indonesia, menurut Rhodes, menjadi mitra penting bagi AS di tingkat bilateral, regional dan multilateral.
Indonesia, bagi Rhodes, adalah negeri demokratis yang tengah bangkit sejak dekade terakhir dan merupakan negara berpenduduk Muslim terbanyak di dunia. "Maka, kami melihat Indonesia sebagai persimpangan dari banyak kepentingan kunci Amerika dan kami melihatnya sebagai suatu kemitraan yang sangat penting bagi masa depan kepentingan Amerika di Asia dan Dunia," kata Rhodes.
Maka, saat bertemu dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Obama akan meresmikan Perjanjian Kemitraan Komprehensif AS dan Indonesia di berbagai bidang. "Perjanjian ini merupakan upaya untuk mempererat hubungan di bidang keamanan, politik, ekonomi, dan antarwarga. Kami juga akan umumkan rencana untuk meningkatkan bantuan pendidikan di Indonesia," kata Jeff Bader, pejabat Gedung Putih.
AS juga akan menjalin kerjasama dengan Indonesia dalam membantuk program perubahan iklim selama lima tahun. Dalam isu ini Indonesia dianggap sebagai pemimpin dari negara-negara berkembang. "Presiden Yudhyono mengambil posisi yang sangat agresif dalam pengurangan emisi [gas rumah kaca]," kata Bader.
Maka, selain dengan India, AS juga ingin membentuk kemitraan dengan Indonesia dalam pengembangan energi bersih. Kemitraan itu berupa investasi patungan atas proyek-proyek yang terkait dengan energi bersih dan perubahan iklim.
Bader juga mengungkapkan bahwa AS juga akan berkonsultasi secara dekat dengan Indonesia atas isu-isu lain, salah satunya isu nuklir Iran, di mana Indonesia punya pengaruh baik dengan negara yang bersengketa dengan AS itu. AS juga menganggap penting Indonesia dalam isu Laut China Selatan, anti terorisme dan Myanmar.(np)
• VIVAnews
Masukkan Data-Data Anda Di Bawah! Dapatkan Petuah Sukses Secara Berkala - Selamanya GRATIS! :-)
0 komentar:
Posting Komentar