Pangeran Keraton Yogyakarta ikut mengantarkan jenazah Mbah Maridjan. Ia abdi dalem setia.
Kamis, 28 Oktober 2010, 11:03 WIB
Elin Yunita Kristanti Dalam perjalanan dari RS Sardjito ke kampus UII di kaki Merapi, ambulan yang mengangkut Mbah Maridjan dikawal sekitar 1.000 motor.
Masyarakat Jogja terlihat berdiri di sepanjang jalan, untuk melepas juru kunci Gunung Merapi yang populer itu.
Sekitar pukul 10.00 WIB, peti mati Mbah Maridjan tiba di Kampus Terpadu UII. Tak hanya disambut para civitas akademika, sang kuncen juga disambut para pangeran Keraton Yogyakarta.
Ada adik-adik Sultan Hamengkubuwono X -- GBPH Yudhaningrat, GBPH Cakraningrat, dan GBPH Adi Suryo.
"Nanti di pemakaman, kalau tidak Sultan, Gusti Kanjeng Ratu Hemas yang hadir," kata Yudhaningrat, Kamis 28 Oktober 2010.
Bagi keraton Jogja, Maridjan adalah abdi dalem yang setia. "Ia pribadi mulia dan bertanggung jawab. Ia rela mengabdi sebagai juru kunci hingga akhir hayat," tambah dia.
Mbah Maridjan wafat pada Selasa 26 Oktober 2010 petang -- saat awan panas Merapi 'wedhus gembel' menerjang Dusun Kinahrejo, Umbulharjo, Cangkringan, Yogyakarta.
'Amuk' Merapi menghancurkan segala sesuatu di Kinahrejo.
Pada Rabu pagi 27 Oktober 2010 pagi, pria yang mengabdi di Merapi sejak 1982 itu ditemukan tewas di rumahnya. Dalam posisi bersujud.
Laporan: Fajar Sodiq| Yogyakarta
• VIVAnews
Masukkan Data-Data Anda Di Bawah! Dapatkan Petuah Sukses Secara Berkala - Selamanya GRATIS! :-)
0 komentar:
Posting Komentar