Mbah Maridjan dimakamkan di pemakaman keluarga. Hanya 5 kilometer dari kampungnya.
Kamis, 28 Oktober 2010, 07:58 WIB
Elin Yunita Kristanti
BERITA TERKAIT
Selasa 26 Oktober 2010 petang, awan panas Merapi 'wedhus gembel' menerjang Dusun Kinahrejo, Umbulharjo, Cangkringan, Yogyakarta. Juga ke rumah Mbah Maridjan.
Rabu pagi 27 Oktober 2010 pagi, kuncen Merapi itu ditemukan tewas di rumahnya. Dalam posisi bersujud.
Belasan orang juga ditemukan meninggal di sekitar rumah Mbah Maridjan, termasuk sahabat kami, editor VIVAnews,com, Yuniawan Wahyu Nugroho.
"Mbah Maridjan dimakamkan hari ini pukul 10.00 WIB, dari RS Sardjito berangkat pukul 09.00 WIB," kata kerabat Mbah Maridjan, Agus Winaryo, Kamis 27 Oktober 2010.
Saat ini pihak keluarga sudah berdatangan ke Sardjito. Ada istri Mbah Maridjan dan sejumlah anaknya: Asih, Panut, Widodo, dan Lastri.
Diungkapkan Agus, salat jenazah akan dilakukan di masjid RS Sardjito. "Masyarakat yang ingin menyalatkan dipersilakan sebelum jam 09.00 WIB," kata dia.
Mbah Maridjan, kata dia, dimakamkan di Srumen, Glagaharjo, Cangkringan.
Sementara jenazah korban lainnya akan dimakamkan secara massal di Sidorejo, Umbulharjo, Cangkringan.
"Simbah dimakamkan di makam keluarga, karena mbahnya ada di sana. Dari makam Sidorejo hanya dibatasi Sungai Gendol," tambah dia.
Makam Mbah Maridjan dekat dengan kampungnya Kinahrejo -- kampung asri yang berubah jadi padang tandus pasca diterjang awan dan abu Merapi.
"Kira-kira hanya 5 kilometer dari kampungnya," tambah Agus.
Makam pria bernama asli Mas Penewu Suraksohargo ada di kaki Merapi -- gunung yang ia jaga dan pelihara sampai ajal menjemput.
(Laporan: Fajar Sodiq| Yogyakarta, umi)
• VIVAnews
Masukkan Data-Data Anda Di Bawah! Dapatkan Petuah Sukses Secara Berkala - Selamanya GRATIS! :-)
0 komentar:
Posting Komentar