Salat mayit ini diselenggarakan tanpa jenazah Mbah Maridjan. Isak tangis terdengar pilu.
Kamis, 28 Oktober 2010, 09:08 WIB
Elin Yunita Kristanti Sang kuncen akan dimakamkan pagi ini, Kamis 28 Oktober 2010 pukul 10.00 di pemakaman keluarga di Srumen, Glagaharjo, Cangkringan -- juga di kaki Merapi.
Kini, kesibukan sedang terjadi di Rumah Sakit Sardjito Yogyakarta. Pagi tadi keluarga Mbah Maridjan untuk kali terakhir melihat jasadnya di ruang forensik.
Duka menyelimuti. Istri Mbah Maridjan, Ponirah nampak syok. Ketika keluar dari ruang forensik, ia harus dipapah dua orang.
Saat diwawancara, Ponirah hanya menjawab sambil sesenggukan, "sampun dipendet, kulo ikhlas..ikhlas..ikhlas." Artinya, "sudah diambil, saya ikhlas..ikhlas..ikhlas".
Menurut informasi dari sejumlah kerabat, Mbah Maridjan tergolong romantis. Ia tak mau dekat-dekat dengan perempuan, agar sang istri tidak cemburu.
Sementara, salat jenazah untuk Mbah Maridjan telah dilakukan pukul 08.00 tadi di masjid RS Sardjito
Salat mayit ini tanpa jenazah Mbah Maridjan, jasadnya tidak dibawa ke masjid dengan alasan, kondisi tidak memungkinkan.
Sekitar 90 orang bergabung menyalatkan simbah. Ada enam shaf jamaah, tiga baris laki-laki, dan tiga baris perempuan.
Sepanjang salat berlangsung, terdengar isak tangis. Sejumlah orang terlihat sesenggukan.
Mbah Maridjan wafat pada Selasa 26 Oktober 2010 petang -- saat awan panas Merapi 'wedhus gembel' menerjang Dusun Kinahrejo, Umbulharjo, Cangkringan, Yogyakarta.
'Amuk' Merapi menghancurkan segala yang ada di Kinahrejo.
Pada Rabu pagi 27 Oktober 2010 pagi, pria yang mengabdi di Merapi sejak 1982 itu ditemukan tewas di rumahnya. Dalam posisi bersujud.
(Laporan: Fajar Sodiq| Yogyakarta, umi)
• VIVAnews
Masukkan Data-Data Anda Di Bawah! Dapatkan Petuah Sukses Secara Berkala - Selamanya GRATIS! :-)
0 komentar:
Posting Komentar