Benarkah soulmate itu hanya satu atau justru tak terhitung banyaknya? Mengapa tak sedikit orang terobsesi mendapatkan soulmateatau cinta sejatinya? Bagaimana pula dengan orang yang bisa jatuh cinta kepada banyak orang? Mungkinkah soulmate kita berasal dari kehidupan lalu? Misteri apa yang ada di balik itu semua?
Itulah pertanyaan-pertanyaan yang coba dijawab oleh Nathalia Sunaidi, seorang hipnoterapis muda berbakat, yang awal Januari 2007 nanti akan meluncurkan buku berjudul Journey to My Past Lives (Bornrich, 2007). Dalam buku tersebut, Nathalia membeberkan hasil penelusurannya ke kehidupan lalunya melalui metode regresi kehidupan lalu berdasarkan hipnoterapi. Di Indonesia, tampaknya baru dialah yang berani membongkar misteri reinkarnasi dan menyusunnya ke dalam sebuah buku.
Tak kurang dari 12 cerita menarik yang berhasil digali oleh perempuan kelahiran Jakarta, 5 Januari 1981 itu. Misalnya, berdasarkan regresi kehidupan lalu, Nathalia berhasil melacak bahwa dirinya pernah hidup sebagai seorang biku di tahun 475, menjadi budak kulit hitam di Amerika, jadi nelayan biasa di Thailand, jadi prajurit angin bangsa indian, bahkan ia pernah menjadi pelayan kedai yang hampir saja dipaksa melacurkan diri.
Tak kalah menariknya, berdasar regresi itu pula Nathalia berhasil menelusuri sebab-musabab tantenya meninggal di usia muda akibat kanker otak. Ia pun berhasil menelusuri mengapa paman kekasihnya menderita penyakit HIV/AIDS. Dan tentu saja, Nathalia berhasil menyingkap misteri sosok soulmate yang sejati. Dari penelusurannya, ternyata kita semua memiliki seorang soulmate, bahkan kadang jumlahnya bisa lebih dari satu.
“Buku ini cenderung kontroversial,” komentar Andy F. Noya. “Namun, buku ini mampu menggoda pikiran kita untuk mencari jawaban atas pertanyaan: Siapakah aku ini?” lanjut Pemred Metro TV dan Host Kick Andy tersebut.
Nathalia banyak membuka tabir reinkarnasi dalam bukunya tersebut. Selain itu, ia juga membagikan banyak hikmah yang dia dapat dari proses penelusurannya. “Pokoknya, menelusuri kehidupan lalu itu bisa menjadi pengalaman spiritual yang menakjubkan. Banyak pelajaran berharga bisa diambil dari sana,” ujar Nathalia yang belajar hipnotis secara outodidak.
Nah, apa saja yang diungkap Nathalia dalam buku perdananya tersebut? Bagaimana pula ia menjelaskan soal soulmate yang begitu menarik bagi sebagian kalangan itu? Berikut petikan wawancara Edy Zaqeus dari Pembelajar.com dengan Nathalia Sunaidi pada 15 Desember 2006:
Apa latar belakang penulisan buku Journey to My Past Lives ini?
Pertama, bikin buku ini kan—setelah saya lihat kehidupan lalu saya—ternyata perbuatan buruk itu benar-benar ada akibatnya. Juga perbuatan baik itu sungguh-sungguh ada akibatnya. Sehingga saya tulis buku ini untuk share bahwa suatu perbuatan baik atau buruk itu sungguh-sungguh ada akibatnya. Apabila perbuatan buruk kita lakukan dalam hidup kita, itu akibatnya sangat mengerikan. Tapi, kalau kita melakukan suatu perbuatan baik, buahnya itu juga sangat luar biasa. Membahagiakan.
Bagaimana proses penulisan buku Anda ini? Penuh tantangan?
Em...hambatan dalam proses penulisannya di waktu. Karena saya harus meregresi diri saya lagi untuk mendapatkan sebuah cerita kehidupan lalu yang komplit. Setelah itu saya harus konek dengan superconscious mind saya untuk mencari tahu apa pelajaran dari kehidupan lalu itu.
Dilihat dari gaya bahasa dan struktur kalimat, tulisan Anda bagus. Padahal ini pengalaman menulis buku yang pertama ya. Belajar menulis di mana?
Saya nggak pernah belajar menulis secara khusus. Tapi sejak SD sudah suka bikin puisi. Terus SMP dan SMA suka menulis artikel-artikel untuk majalah Budhis, untuk lingkungan terbatas.
Waktu menulis buku ini, Anda mendapat dorongan dari mana saja?
Yang paling mendorong, atau sebenarnya sih agak memaksa ya si Gunawan (pacar Nathalia: red) ha ha ha... Supaya bisa merampungkan buku ini secepatnya.
Topik yang Anda tulis, reinkarnasi, agak kontroversial bagi sejumlah kalangan. Anda sudah memikirkan risiko atau potensi kontroversinya nanti?
Tujuan terpenting dari penulisan buku ini adalah supaya saya bisa membagi kepada orang-orang, bahwa sesuatu hal yang baik itu membuahkan hasil yang baik. Dan, sesuatu yang buruk itu benar-benar ada hasil yang sangat buruk. Tujuannya sharing saja. Supaya orang bisa membaca dan kalau mereka bisa mengetahui soal perbuatan baik dan buruk itu, saya sudah cukup puas.
Dalam bahasa yang sederhana, regresi kehidupan lalu itu apa?
Regresi kehidupan lalu itu artinya kita melihat kembali ke kehidupan lalu kita, mengenai masalah-masalah di kehidupan yang sekarang ini, yang kita tidak bisa cari akar permasalahannya di kehidupan sekarang. Jadi, kita mencari akar permasalahannya—yang pada beberapa kasus—ternyata akar masalah kehidupan sekarang itu dibawa dari kehidupan lalu kita.
Soal reinkarnasi, sebagian orang percaya sebagian lagi tidak. Reinkarnasi dalam pandangan Anda itu seperti apa?
Reinkarnasi—saya lebih suka menyebutnya tumimbal lahir—itu sebenarnya hanyalah sebuah proses pembelajaran. Kita lahir dan mati, lalu kita lahir dan mati lagi. Tapi, selama jeda antara lahir dan mati itu adalah proses pembelajaran kita, supaya batin kita lebih mencapai yang namanya kesempurnaan. Jadi hanya itu, proses pembelajaran saja.
Jadi, reinkarnasi atau tumimbal lahir itu tidak seseram yang diperkirakan banyak orang?
Justru sebenarnya kita itu tumimbal lahir setiap saat. Apabila kita telah menjadi seseorang yang lebih baik, berarti batin kita yang buruk itu telah mati. Dan, kita telah tumbuh menjadi orang yang baik. Jadi, kita itu tumimbal lahir setiap saat.
Apa benar Anda berhasil menemukan beragam karakter diri Anda dan pernah hidup di berbagai zaman? Seperti yang Anda tilis di buku tersebut?
Kalau kita diregresi, seperti saya pas meregresi diri saya itu, kita bisa melihat kehidupan lalu kita seperti sedang menonton tv atau film. Jadi, gambaran-gambaran yang muncul di pikiran kita itu seperti kalau kita benar-benar melihat keadaan sebenarnya. Persis seperti nonton tv.
Apakah gambaran yang didapat itu benar-benar pernah kita alami? Kan susah dibuktikan?
Sebenarnya bisa dibuktikan kalau orang yang diregresi atau masuk ke kekhidupan lalu itu bisa akurat dalam menentukan tahun kejadiannya, menentukan nama tempat, nama kota. Dan, juga disertai bukti-bukti sejarah yang ada, itu sebenarnya bisa dibuktikan. Karena dalam beberapa kasus yang ada itu bisa dibuktikan. Tapi, yang paling penting dari regresi kehidupan lalu adalah di pelajarannya. Apabila di pelajarannya dari kehidupan lalu itu bisa membawa pencerahan, atau membawa kebijaksanaan dalam kehidupan yang sekarang, maka berarti kehidupan lalu itu benar adanya. Karena, hanya kebijaksanaanlah yang nyata dalam regresi kehidupan lalu ini.
Dalam buku ini ada 12 kisah kehidupan lalu. Anda jadi biku, hampir jadi pelacur, jadi budak, jadi orang indian, dll. Nah, yang paling mengesankan kisah yang mana?
Setiap regresi kehidupan lalu yang saya lakukan itu membawa suatu pelajaran yang unik. Jadi, semuanya memiliki bobot yang hampir sama untuk penyadaran di kehidupan saya sekarang ini. Tapi kalau boleh saya ceritakan, yang paling menyembuhkan saya ya itu, cerita tentang selingkuh itu. Karena regresi itu benar-benar menyembuhkan saya.
Bbagaimana jelasnya?
Waktu itu kan saya jatuh cinta pada cowok lain, dan pada saat itu juga Gunawan juga jatuh cinta kepada cewek lain. Waktu itu, kami benar-benar tidak menginginkan hal itu. Saya sendiri saat itu merasa sangat sakit, karena mengetahui bahwa Gunawan itu bisa mencintai orang lain selain saya. Setelah melihat dengan regresi, ternyata itu semua efek dari kehidupan lalu. Dan, kalau kami diam tidak bereaksi, maka perasaan-perasaan itu akan hilang dengan sendirinya. Seperti uap yang menguap begitu saja. Dari regresi itu saya benar-benar merasa tersembuhkan...
Dan perselingkuhan pun tidak berlanjut...?
Tidak. Stop di situ.
Anda sebutkan di buku ini, regresi kehidupan lalu bisa digunakan untuk mengetahui siapa soulmate seseorang. Bagaimana ceritanya?
Sebenarnya, soulmate itu adalah orang-orang yang dekat dengan kita dalam beberapa kehidupan. Karena dalam setiap kehidupan itu, kita seperti membawa suatu grup orang yang biasanya itu lahir kembali bersama kita. Tapi, peran mereka itu kadang berubah. Kadang perannya itu sebagai ayah kita, bisa sebagai ibu kita, atau sebagai pacar kita, kakak adik, teman...
Itu semua soulmate?
Semua soulmate.
Bagaimana dengan penemuan soulmatedalam pengertian pasangan hidup yang tak tergantikan? Regresi kehidupan lalu bisa membantu?
Regresi kehidupan lalu bisa dipakai untuk melihat soulmatekita di kehidupan lalu. Bisa. Tapi, begitu banyak kehidupan lalu yang kita miliki. Berarti, begitu banyak soulmateyang pernah menjadi soulmatekita, yang mungkin di kehidupan kita sekarang ini mereka eksis. Ada di antara kita. Tapi, mungkin soulmateitu tidak hanya satu orang. Mungkin ada satu orang, mungkin beberapa, atau mungkin malah banyak orang. Nah, mereka itu punya kemungkinan yang sama besar untuk menjadi belahan jiwa kita, atau dalam konteks ini menjadi suami atau istri kita. Yang paling menentukan adalah kebijaksanaan kita. Jika kebijaksanaan kita setara dengan salah satu soulmateitu, maka kita akan tertarik kepada dia. Tapi dalam perjalanan, kalau tingkat kebijaksanaan kita berubah, maka mereka pun mungkin tidak akan menjadi soulmatekita lagi.
Jadi, soulmate pun—yang katakanlah dari kehidupan lalu bertemu kita di kehidupan sekarang—tetap harus ada konteks atau situasi yang menentukan apakah dia akan menjadi soulmatekita di kehidupan sekarang atau tidak...?
Memang, untuk menjadi soulmatekita, itu memerlukan suatu kondisi. Suatu kondisi yang bisa menjadikan soulmatekita yang sejati adalah sama tingkat kebijaksanaannya, sama tingkat kemurahan hatinya, sama-sama ingin belajar, dan beberapa hal lainnya. Apabila mereka telah mencapai suatu level yang sama, mereka akan menjadi soulmate. Apabila level mereka berbeda, maka secara perlahan-lahan pun akan mengalami gesekan-gesekan atau pertengkaran-pertengkaran yang akhirnya menyebabkan perpisahan. Karena adanya perbedaan kebijaksanaan itu sendiri.
Jadi, soulmatepun bisa terpisahkah?
Bisa. Tidak ada yang abadi...
Bagaimana dengan orang yang punya kecenderungan memiliki banyak kekasih?
Seperti yang saya bilang, begitu banyak kehidupan lalu kita, begitu banyak soulmatekita. Berarti, mungkin banyak di antara soulmatekita itu di kehidupan sekarang ini berada di sekitar kita. Apabila kita bertemu dengan salah satu soulmatekita, pasti akan merasakan getaran. Kalau kita sesama jenis dengan soulmateitu, kita akan merasakan getarannya seperti sudah kenal lama. Langsung akrab jadi teman. Tapi lawan jenis, pasti getarannya rasa suka, rasa cinta. Apabila kita tidak bisa mengendalikan diri, mungkin saja ada keinginan untuk mengoleksi semua soulmateitu. Tapi sampai kapan? Kuncinya adalah di pengendalian diri dan komitmen untuk setia.
Bagaimana dengan orang yang bermimpi atau terobsesi untuk menemukan soulmate-nya? Dalam artian, figur yang paling cocok bagi kehidupan dia. Katakanlah maunya sehidup semati, belahan jiwa sejati...? Siap menunggu lama untuk soulmatenya? Sia-siakah?
Memang banyak kasus seperti itu. Ada juga beberapa orang yang datang kepada saya, mereka terus-menerus mencari soulmate. Mereka mengharapkan ada seorang soulmateyang bisa sehidup semati. Mengapa banyak orang yang tidak bisa menemukan soulmate—atau saya bilang di sini cinta sejati—setelah ditelaah kehidupan lalu mereka, ternyata di kehidupan lalu mereka itu banyak menyakiti orang lain atau makhluk lain. Sehingga di kehidupan sekarang ini, entah kenapa rasanya mereka itu sulit sekali menemukan cinta sejati. Kalau pun ada orang yang mencintai mereka, entah mengapa di tengah jalan orang itu tidak bisa memberikan cinta yang tulus kepada mereka. Nah, orang yang sulit mencari jodoh, apabila dicek kehidupan lalunya, banyak di antara mereka itu yang suka menyakiti orang lain atau makhluk lain. Bahkan, mereka yang seperti itu, kadang perlahan-lahan mereka itu akan melepas jodohnya sendiri.
Jadinya nggak ketemu-ketemu dengan cinta sejatinya...?
Ya. Ya. Ada semacam dorongan, suatu hambatan, atau suatu penghalang untuk orang lain memberikan cinta sejatinya kepada dia.
Dalam buku ini Anda sebutkan, regresi kehidupan lalu dapat menyembuhkan secara fisik maupun nonfisik. Penjelasannya?
Kalau yang nonfisik, secara emosional itu bisa, karena saya merasakannya sendiri. Juga dikisahkan di sini, kehidupan lalu itu menjawab pertanyaan-pertanyaan saya, yang juga menyembuhkan saya secara emosional. Kalau dari sisi fisik, ada orang-orang yang apabila di kehidupan sekarang itu menderita cacat, dia bisa melihat apa yang dia lakukan di kehidupan lalunya sehingga dia cacat di kehidupan yang sekarang. Kalau sudah cacat fisik, mungkin tidak bisa tersembuhkan secara fisik. Tapi secara emosional, mereka akan merasa lebih ringan, lebih baik. Karena sudah mengetahui akar permasalahannya dan mereka tahu pelajarannya, apa yang bisa dilakukan dalam kehidupan yang sekarang. Tapi ada beberapa kasus, di buku-buku yang saya baca, terutama kasus-kasus di Amerika. Ada satu orang yang menderita kanker. Dan setelah melihat kehidupan lalunya, beberapa waktu kemudian kankernya itu sembuh.
Di buku ini juga Anda sebutkan, regresi kehidupan lalu bisa dilakukan semua orang. Bagamana caranya?
Setiap orang punya kemungkinan untuk melihat kehidupan lalunya, jika mereka mau. Dan jika mereka mempunyai pertanyaan yang bagus, yang mau dicari jawabannya di kehidupan lalu dia sendiri. Semua orang bisa apabila dia menjalankan tahap-tahapnya. Bila di percobaan pertama, kedua, kelima, kesepuluh mereka belum bisa, kuncinya adalah di latihan. Karena, kuncinya ada di relaksasi, di kondisi ketenangan. Kebanyakan orang yang tidak bisa masuk ke kehidupan lalu adalah orang-orang yang tingkat ketenangannya belum bisa mencapai tingkat ketenanngan. Karena, mungkin sendang banyak pikiran atau stres dalam kehidupan sehari-hari.
Pesan penting bagi orang yang ingin melihat kehidupan lalunya?
Semua orang bisa melihat kehidupan lalu. Tapi, kuncinya ada pada bagaimana kita mengolah hasil regresi. Bagaimana kita mengolah regresi kehidupan lalu itu untuk diambil pelajarannya, untuk membuat kehidupan yang sekarang ini menjadi lebih baik. Apabila kehidupan lalu yang kita lihat itu bisa membuat diri kita lebih baik di kehidupan sekarang, maka itu bagus. Tapi kalau kita tidak bisa mengambil pelajarannya dan membuat kita di kehidupan yang sekarang itu menjadi lebih buruk, maka kehidupan lalu itu akan membuat hidup kita lebih menderita.
Hikmah terbesar bagi Anda sendiri dari penulisan buku ini?
Hikmah terbesarnya adalah saya bisa membagikan pengalaman. Terutama, dengan regresi ini membuat saya bisa melihat dan merasakan kebijaksanaan-kebijaksanaan—yang mungkin tidak akan pernah saya lihat—bila saya tidak melihat kehidupan lalu saya. Dengan buku ini, semoga orang-orang bisa mengambil hikmah atau pelajaran dari buku ini, serta bisa membuat kehidupan mereka lebih bahagia.
Anda siap membantu mereka yang ingin melihat kehidupan lalunya?
Siap. Tapi, memang ada beberapa orang yang bila belum siap, mereka tetap tidak bisa melihat kehidupan lalunya.[ez]
0 komentar:
Posting Komentar