toko-delta.blogspot.com

menu

instanx

Selasa, 28 Oktober 2008

SIAP MENGAMBIL PELUANG

-Oleh: Ruddy Kusnadi

Ketika Indonesia menghadapi krisis ekonomi di tahun 1998, saya terkesan melihat sampul program Indonesia Forum pada saat itu. Pada bagian atas, di bawah logo berwarna merah putih, tercantum kalimat, “The waiting game is over”. Di bawahnya, dengan huruf yang lebih besar tertulis kalimat; “Now is the Time to Act”. Kemudian Bondan Winarno, ketua Indonesia Forum, dalam pengantarnya mengatakan bahwa saat ini kita harus bekerja dengan “sense of urgency”. Setiap detik harus dihitung dan setiap proses keruntuhan harus segera dihentikan. Kita tidak bisa lagi menunggu. Kita menentukan masa depan dan tujuan akhir yang kita inginkan. Kita tidak mungkin menggambar bintang apabila kita percaya bahwa langit akan runtuh. Kita harus segera bertindak, karena esok mungkin sudah terlambat. Dan Bondan benar, dalih bahwa kita tidak dapat membuat rencana karena ketidakpastian yang dihadapi, harus segera ditinggalkan. Meskipun situasi ekonomi dan sosial politik saat ini belum menentu, tugas dan pelayanan kita harus tetap berjalan.

Pada masa lalu, suatu organisasi akan berhasil apabila mereka mampu meramalkan masa depan yang diperkirakan akan terjadi. Atas dasar ramalan tersebut, organisasi akan dirancang dan dibangun. Berkaitan dengan itu, kita mengenal istilah-istilah merencanakan, mengoperasikan, mengendalikan, mengukur atau mengambil tindakan. Tetapi kini, semua itu seakan tidak berguna. Ketidakpastian membuat kita sulit meramalkan apa yang akan terjadi. Kalau begitu, bagaimana menghadapinya? Charles Handy, seorang filsuf bisnis dari Inggris, menyatakan bahwa kita harus belajar untuk hidup dalam kekacauan dan ketidakpastian. Kita harus mencoba tetap merasa nyaman dan tidak selalu mencari kepastian yang tidak akan ditemukan. Ia mengatakan bahwa satu-satunya yang dapat kita lakukan adalah mengikuti arus perubahan dan berusaha mengarahkannya, karena cara untuk membuat masa depan menjadi bermakna adalah dengan mengelolanya dan bukan bertindak reaktif terhadapnya.

Bagaimana kita dapat memahami perubahan yang terjadi dan mengarahkan yang relevan bagi kita? Mari belajar dari cerita tentang pelamar pekerjaan yang selalu waspada. Remy sudah lama ingin jadi markonis kapal laut dan kesempatan itu datang ketika ada lowongan untuk jabatan tersebut. Ketika menerima surat panggilan, ia segera pergi ke kantor perusahaan pelayaran yang memanggilnya. Ia disuruh menunggu di depan sebuah kamar tempat wawancara akan dilangsungkan. Ternyata Remy tidak sendirian. Di ruang tunggu, sudah banyak pelamar lain yang bergerombol dan asyik mengobrol di sela kebisingan suara radio, peluit kapal, dan hiruk-pikuk pelabuhan.

Remy agak cemas menyadari akan adanya persaingan dan pelamar lain telah datang lebih dulu. Ia mencoba menenangkan dirinya dan memerhatikan suasana yang ada. Tak lama setelah itu Remy masuk ruangan dan sepuluh menit kemudian ia keluar lagi dengan wajah berseri. Pelamar-pelamar lain menjadi bingung dan bertanya, “Apa yang terjadi?”

“Saya sudah diterima dan akan mulai berkerja bulan depan,” jawab Remy.

“Bagaimana mungkin?” tanya pelamar lainnya. Mereka mengaku tidak mendengar panggilan ataupun pengumuman petugas, selain suara radio dan peluit kapal yang sangat bising.

“Di situlah letak permasalahannya. Pada waktu peluit kapal dibunyikan berulang-ulang, saya memerhatikan dan menyadari bahwa peluit tadi menyiratkan nada morse, dan meminta agar pelamar yang mengerti makna nada tadi segera masuk ruangan wawancara,” jelas Remy.

Ternyata, di antara suara-suara bising dan tidak mengenakkan, Remy tetap waspada dan dapat memahami nada yang bermakna, yang akhirnya membawanya ke pekerjaan dan masa depan yang diidamkan.

Apa nada sandi yang bermakna bagi kita? Tom Peter dalam bukunya “Thriving on Chaos” mengutip pendapat Gubernur Maryland Don Shaefer, ketika ia masih menjadi mayor Baltimore, “Kalau mau menang, kita harus pergi ke tempat di mana suara letusan senjata terdengar.” Dalam bisnis, tempat ini adalah para pemercaya (stakeholders). Tanpa mengurangi makna yang lain, dua pemercaya yang penting adalah pelanggan dan karyawan. Untuk itu, menarik untuk mengkaji pendapat Skip Weitzen dalam membahas model pertumbuhan perusahaan abad XXI, yang menyatakan bahwa memahami kemauan pelanggan memerlukan riset yang mendasar. Menurutnya, pelanggan menghendaki realisasi moto, pelayanan prima, kualitas, filosofi, pendidikan dan pelatihan, integrasi fungsi dan gaya hidup, efisiensi, dan pelayanan masyarakat.. Pada pihak lain karyawan selaku sumber daya manusia adalah aset organisasi.

Menyadari semua itu, apa yang perlu kita perbuat? Mungkin kita telah memiliki moto kerja, tetapi apakah moto ini telah dihayati seluruh jajaran organisasi kita? Mungkin produk dan jasa kita tergolong berkualitas, tetapi apakah kualitas ini dapat ditingkatkan agar menjadi prima? Apakah telah meliputi kaidah lain di luar standar kualitas, seperti perilaku dan moralitas? Kita mungkin sudah memiliki visi dan misi, tetapi apakah ini telah dipahami bersama dan disosialisakan? Kita mungkin memiliki program pengembangan SDM, tetapi apakah program ini sesuai kebutuhan dan sudah dinikmati karyawan kita secara keseluruhan? Kita mungkin sudah memiliki model peran dan fungsi masing-masing unsur organisasi, tetapi apakah fungsi ini telah disesuaikan dengan perubahan gaya hidup masyarakat? Kita mungkin selalu menyusun program dan anggaran tahunan, tetapi apakah efisiensi sudah dicapai? Dan akhirnya, apakah kita sudah melayani masyarakat sesuai dengan pemahaman yang benar atas pemercaya kita?

Menjawab pertanyaan di atas akan memberikan nada sandi bagi kita untuk terus bekerja dalam kewaspadaan menghadapi ketidakpastian dan perubahan yang sedang terjadi. Selanjutnya, apabila kita menyadari masih banyak yang dapat disempurnakan, mari kita ingat bahwa masa menunggu sudah lewat, dan kita harus segera bertindak. Kita tidak dapat berjalan mundur ke masa depan dan masa depan akan lebih menggairahkan apabila kita dapat menentukan bentuknya. Marilah kita belajar dari kewaspadaan Remy dan memanfaatkan model-model analisis yang relevan bagi kita.[rk]

* Ruddy Kusnadi adalah dosen Universitas Indonesia dan alumnus workshop SPP ”Cara Gampang Menulis Buku Bestseller” Angkatan Ke-4.

ADA CINTA DI BALIK HURUF

Oleh: J.I. Michell Suharli

Salam Winner,

Mozes tidak pernah mengerti, mengapa ia begitu bersemangat kuliah Pengantar Akuntansi 1. Padahal, sesi ini adalah dosen keempat untuk mata kuliah yang sama. Padahal , pelajaran akuntansi adalah pelajaran terberat sejak Mozes di SLTA. Padahal, ia selalu tidak suka dengan pengajar akuntansi, kecuali dosen yang saat ini menguliahinya. Dosen ini tergolong unik, menyenangkan, dan membuat Mozes begitu penasaran tentang akuntansi dan akuntan. Ia ingat benar, betapa kurang ajarnya dosen ini, ketika menyindirnya di awal kuliah. Dosen ini bilang, “Lulusan kita memang terpercaya kualitasnya. Bagaimana tidak? Satu mata kuliah bisa tiga sampai lima kali ambil… Ilmu yang didapat lebih dari satu dosen dan lebih dari satu edisi buku.” Sejak itu, Mozes bertekad tidak pernah mau absen selama mengikuti kuliah dosen tersebut.

KEKECEWAAN MOZES
Akhir semester Mozes kecewa berat! Dosen yang mengubah hidupnya itu, yang membuat dirinya mengerti ilmu yang ia paling tidak bisa, yang paling menarik dalam mengajarnya, serta yang ia harapkan memberi angka bagus, ternyata hanya memberikan nilai C.

Bukan cuma Mozes yang kecewa. Banyak senior dan teman baik, yang ia tahu belajar keras karena dosen ini, hanya mendapat nilai D dan E. Baginya, dosen ini bukan sekadar mengajar materi, tapi mendidik untuk hidup yang lebih nyata, lebih baik, dan lebih penuh harapan. Sejak nilai “pelit” itu, Mozes memutuskan tidak pernah kenal lagi dengan dosen kesayangannya tadi.

KEKECEWAAN DOSEN
Ternyata sang dosen juga punya kekecewaan terhadap Mozes dan teman-temannya. Ia bergegas ke kelas agar tidak terlambat untuk menjelaskan materi membosankan yang ia ajar lebih dari lima tahun. Ia harus lepaskan peluang ketemu rekan bisnis, atasan, kolega, dan pihak lain yang mungkin membawanya ke karier lebih baik. Ia harus menunda bertemu dengan orang-orang kesayangannya di rumah demi bertemu anak orang lain, yang mungkin mengharapkan dirinya absen mengajar.

Dalam keadaan letih, ia tetap tampil penuh semangat agar mahasiswa tidak menguap mendengar ocehannya. Sering kali ia melucu, yang justru ditangkap “jayus” oleh mahasiswa. Ia menguraikan materi plus pengalamannya sesuai persiapan yang dilakukan di tengah kesibukannya. Suaranya tetap ia jaga jelas meski emosi di dalam hati bercampur aduk.

Namun, betapa kecewanya sang dosen ini. Meski selalu berbaik hati, setiap kuis ada saja mahasiswa yang menyontek. Sudah mempersiapkan materi semenarik mungkin dan berusaha tampil sebaik mungkin, tetap hasil ujian mahasiswa banyak yang jelek—termasuk Mozes. Ia kenal betul bagaimana apresiasi Mozes di kelasnya. Apa yang benar-benar mengecewakannya saat melihat Mozes ”tidak kenal lagi” dengan dirinya?

SEPULUH TAHUN KEMUDIAN
Mozes melihat jam dan menyetir mobil sekencang-kencangnya. Ia lupa marahan dengan klien karena menunda rapat sore itu. Ia cuma bisa janji datang lebih cepat kepada istri dan anak di rumah. Ia tidak berani berjanji pada kawan baiknya yang mengajak membicarakan peluang bisnis di kafe dekat kantornya. Sering ia merelakan dua anak muda yang tak dikenalnya duduk di mobilnya yang mewah karena aturan 3 in 1. Akhirnya, Mozes tiba di almamaternya 5 menit sebelum jadwal mengajar. Ia ber-hahahehe dengan orang tak dikenal yang ditemuinya sepanjang jalan ke kelas. Sampai di kelas, tampak wajah-wajah idealis dan lugu menyambutnya dengan bersinar-sinar. Tentu saja sebagian lagi bersungut-sungut. Tapi, ia tetap mengajar materi akuntansi yang dulu dibencinya sebagaimana yang dipersiapkan saat istirahat lunch tadi. Ia tetap membagikan pengalaman hidup dan kiat-kiat sukses kepada mahasiswa yang ”bersinar” dan ”bersungut”. Di depan kelas, sering kali ia mengkritik almamater dan kualitas mahasiswa saat ini. Untuk menghibur diri, sesekali ia membanggakan prestasi dan keluarganya. Begitu terus rutinitas Mozes dalam hidupnya yang sangat sukses.

Sampai suatu saat, Mozes memeriksa ujian mahasiswanya. Ia sedih, ada yang nyontek dan banyak yang jelek. Ia sedih harus memberi huruf D atau E kepada mahasiswa yang ”bersinar” maupun ”bersungut” menyambutnya. Namun, ia juga tidak kuat hati meluluskan anak yang memasukkan perkiraan accounts receivable dalam laporan laba/rugi. Mozes tahu benar bahwa huruf yang ditulisnya dapat memperkuat atau menjauhkannya dengan mahasiswa.

Mozes tetap menulis huruf untuk setiap nama mahasiswa dengan segenap hati. Baginya, huruf itu adalah wujud cinta yang terdalam. Huruf itu adalah kristalisasi cintanya sebagai pendidik, bukan sekadar pengajar. Cinta itu mengalir begitu deras, bahkan menembus ruang dan waktu. Mozes belajar hal itu dari hidupnya sendiri. Mozes belajar dari yang terbaik, yaitu sang dosen yang sepuluh tahun lalu ”tidak dikenalnya lagi”.

Sang dosen adalah seorang pendidik yang penuh cinta. Dosen yang punya visi meluluskan semua mahasiswanya. Dosen yang berkeinginan mahasiswanya mengerti dan kelak menjadi sukses. Dosen yang tidak rela membiarkan mahasiswa menunggu lebih dari 15 menit. Dosen yang membuat materi sulit menjadi mudah dipahami. Dosen yang rela memberi nilai ”A” ataupun ”E” sesuai prestasi mahasiswanya, meski tiada dikenal lagi. Mengapa? Karena, hati manusia adalah cinta. Cinta akan mampu menembus ruang dan waktu untuk mengenali cinta dari sesamanya. Hati mahasiswa akan mengenali cinta dosennya, apa pun hurufnya – bahkan ketika harus menunggu sepuluh tahun![jims]

* J. I. Michell Suharli adalah seorang writer, inspirator, dan eduitainner dari WINNER Institute Training & Education. Ia adalah penulis buku “Winning Strategy for Winning People” dan dapat dihubungi melalui email: jimsmichell@yahoo.com

KIAT PLAGIAT CERDIK

Oleh: Fani Kartikasari

Bagi kalangan marketer dan pebisnis, prinsip ATM (Amati, Tiru, Modifikasi) sudah menjadi makanan sehari-hari. Tapi tahukah Anda, bahwa prinsip tersebut juga menjadi rahasia sukses di banyak bidang lain, yang selama ini masih tersembunyi? Salah satu contohnya adalah di dunia perkuliahan!

Bagaimana caranya mendapat IPK (indeks prestasi kumulatif) nyaris sempurna? Bagaimana supaya bisa mendapat nilai A di semua mata kuliah? Apakah kita harus menjadi ahli di semua pelajaran?

Ternyata caranya mudah! Dengan menjadi ’plagiat cerdik’ lewat prinsip ATM!

Amati. Perhatikan sekeliling kita, teman-teman kuliah yang tampak menonjol dalam mata kuliah tersebut. Amati juga senior yang sudah lebih dulu lulus dengan nilai A dan perhatikan cerita sukses orang-orang yang sudah lulus lebih dulu dengan nilai sempurna. Mengapa mereka bisa sukses? Apa yang mereka lakukan? Bagaimana cara mereka melakukannya?

Tiru. Orang yang sudah sukses selalu punya kiat untuk keberhasilannya. Misalnya, si X dapat nilai A untuk presentasi mata kuliah Z. Mengapa? Oh, ternyata ia banyak memberi ilustrasi foto dalam presentasinya. Bagaimana caranya? Ilustrasi foto itu didapat lewat internet. Kita tinggal tiru saja langkah-langkah si X ini untuk mata kuliah Z!

Modifikasi. Eiiit... tunggu! Belum berhenti sampai di situ saja! Hingga tahap ’tiru’ ini, kita baru sampai pada level ’plagiat’. Kunci keunggulan kita untuk menjadi ’plagiat cerdik’, yaitu: MODIFIKASI sesuai kondisi kita, dan lakukan LEBIH dari yang kita tiru! Maksudnya, kalau si X menggunakan foto-foto dari internet untuk presentasinya, coba pikirkan apa yang bisa kita lakukan sebagai NILAI LEBIH? Salah satu idenya, bisa saja kita menambah dengan ilustrasi foto asli hasil observasi langsung. Pokoknya, kita harus selalu berpikir kreatif untuk melakukan LEBIH DARI YANG LAIN. Di sinilah letak keunggulan kita untuk sukses!

Dan yang paling penting, sst... jangan khawatir, ’kiat plagiat cerdik’ ini sah-sah saja kok untuk dilakukan![fk]

* Fani Kartikasari adalah penulis buku ”Ingin Cumlaude Harus Smart” (Elexmedia, 2008). Ia dapat dihubungi melalui website: www.FaniKartikasari.com. Sumber Inspirasi: Financial Revolution oleh Tung Desem Waringin

10 JURUS AMPUH MENJADI PEMIMPIN

Oleh: Khrisna Pabichara

“Orang pertama yang Anda pimpin adalah diri sendiri.”
~ Hasan Al-Banna

Hanya ada dua pilihan dalam hidup ini: memimpin atau dipimpin. Menjadi bawahan atau atasan. Jika Anda memilih untuk jadi pemimpin, berarti Anda ingin diikuti. Sebaliknya, ketika Anda secara sadar memilih menjadi bawahan, maka Anda secara otomatis akan menjadi pengikut. Jadi, bagaimana? Tentukan pilihan Anda sekarang juga. Karena, jika Anda enggan jadi pemimpin, orang lain yang akan maju. Jika Anda enggan ke depan, orang lain yang akan memimpin. Karena itu, segeralah jadi kepala. Jika tidak, Anda akan menjadi ekor seumur hidup.

Masalahnya,"Menjadi pemimpin itu tidak mudah," pikir sebagian orang. Atau, "Memimpin diri sendiri saja susah, apalagi memimpin orang lain?" keluh sebagian orang lainnya. Bagaimana dengan Anda? Apakah Anda juga berpikir demikian? Jika tidak, selamat! Anda layak untuk maju. Jika jawaban Anda ya, sebaiknya Anda bergegas untuk membenahi diri. Pilihan menjadi bawahan seumur hidup, bukanlah alternatif terbaik bagi Anda. Lantas, bagaimana menjadi pemimpin yang baik? Ayo, mari kita saling berbagi. Anda boleh mencoba 10 jurus ampuh menjadi pemimpin. Boleh jadi, Anda tidak cocok dengan jurus-jurus yang saya tawarkan. Coba saja! Toh, jika Anda gagal, setidaknya Anda sudah mencoba. Teddy Rosevelt pernah menyatakan, "Ia yang tidak membuat kekeliruan, tidak akan membuat kemajuan."

So, coba saja! Jangan takut salah. Jangan takut jadi pemimpin. Tidak perlu sibuk bertanya kiri-kanan, "Apakah saya punya bakat jadi pemimpin?" Ingat, tidak ada satu pun orang yang terlahir sebagai pemimpin. Nah, ini dia 10 jurus ampuh menjadi pemimpin.

1. Berani Belajar. Menjadi seorang pemimpin, berarti memilih secara sadar untuk terus belajar. John Wooden, seorang pelatih basket ternama, berpesan kepada kita, "Yang penting adalah apa yang Anda pelajari setelah mengetahui semuanya." Bagaimana jika seseorang telah meraih posisi puncak di perusahaannya, masihkah harus tetap belajar? Jawabannya singkat: ya. Boleh jadi, Anda masih perlu belajar tentang bagaimana meningkatkan pendapatan Anda, atau tentang bagaimana memimpin bawahan yang gemar menantang atasan. Jadi, meskipun Anda telah mencapai posisi yang diinginkan, sekalipun Anda telah mendapatkan kedudukan yang didambakan, Anda harus tetap belajar. Termasuk belajar dari bawahan Anda, atau belajar dari orang-orang yang Anda pimpin.

2. Belajar berinisiatif. Tanpa inisiatif, Anda tak akan berkembang. Tak akan ke mana-mana. Tak akan mencapai puncak. Boleh jadi Anda sudah mapan, sudah nyaman pada posisi yang Anda duduki saat ini. Tapi, jika Anda terus-terusan berpuas diri, Anda bisa digusur orang lain. Jadi, teruslah mengasah inisiatif Anda.

3. Belajar disiplin. Telisik diri Anda. Apakah Anda selalu datang ke kantor tepat waktu? Apakah Anda termasuk tipe orang yang menghargai waktu? Apakah Anda sering menepati janji? Ya, disiplin adalah kunci sukses menjadi pemimpin. Ingat, orang pertama yang Anda pimpin adalah diri sendiri. Jika Anda gagal memimpinnya, bagaimana mungkin Anda memimpin orang lain?

4. Belajar membangun kompetensi. Orang yang memiliki kompetensi yang tinggi, akan melangkah lebih jauh. Untuk menjadi seorang pemimpin, Anda harus memiliki jurus ini: Kompetensi. Jika Anda membangun, Anda akan mendapatkannya. Untuk memilikinya, Anda harus terus belajar, terus tumbuh, dan terus memperbaiki diri. Willa A. Fester mencerahkan kita dengan pesannya, "Kualitas tidaklah pernah merupakan suatu kebetulan. Kualitas merupakan hasil dari tekad yang bulat, upaya yang tulus, dan kerja keras."

5. Belajar berkomunikasi. Anda tidak mungkin mengungkapkan kebutuhan perusahaan, jika Anda tidak bisa mengomunikasikannya. Anda tidak mungkin menyuruh, jika Anda susah menyuarakannya. Anda tidak mungkin meminta, jika Anda tidak sanggup menyuarakannya. Demikianlah, Anda butuh komunikasi. Karena, Anda tidak bisa menjalankan perusahaan yang Anda pimpin, menggerakkan orang-orang yang Anda pimpin, jika Anda tidak terampil berkomunikasi.

6. Belajar membangun integritas. Saya yakin, Anda memiliki integritas diri sebagai karakter, kepribadian, dan gaya hidup Anda. Kejujuran, keteguhan hati, ketulusan, dan keramah-tamahan adalah integritas Anda. Karenanya, Anda pantas menjadi pemimpin. Anda layak menjadi panutan. Karena pemimpin yang baik adalah sekaligus bisa menjadi teladan.

7. Belajar membangun hubungan yang harmoni. Menjadi pemimpin tidak berarti menguasai. Malah, bisa jadi, berarti melayani. Menjadi pemimpin tidak selalu memaki-maki. Malah, kalau perlu, memberikan motivasi dan menyuntikkan semangat. Meminjam istilah Mawell, "Orang tidak peduli seberapa banyak yang Anda ketahui, hingga mereka tahu seberapa jauh Anda peduli." Atau, mungkin Anda perlu menyimak fatwa Ma'ruf Mushthofa Zurayq, "Kita sering dipisahkan oleh batasan, karena kita lebih rajin membangun dinding, bukan jembatan."

8. Belajar mendengarkan. Suatu ketika, Wodrow Wilson, mantan Presiden Amerika Serikat, menyatakan bahwa, "Telinga seorang pemimpin harus mampu menangkap suara orang banyak." Jika Anda berniat menjadi pemimpin yang baik, maka jadilah pendengar yang baik. Buka telinga Anda. Simak baik-baik. Jika Anda mendengarkan bisikan-bisikan karyawan Anda, maka Anda tidak akan mendengarkan teriakan-teriakan mereka.

9. Belajar bertanggung jawab. John C. Maxwell, pada satu kesempatan menuturkan, "Seorang pemimpin dapat melupakan apa pun, kecuali tanggung jawab akhir." Ya, seorang pemimpin adalah penanggung jawab. Ketika anak buahnya melakukan kesalahan, bahkan yang berakibat fatal, ia tidak akan menumpahkan semua kesalahan kepada karyawannya itu. Alih-alih mencari kambing hitam, pemimpin yang baik malah sibuk introspeksi: Mengapa karyawan saya melakukan banyak kesalahan? Pemimpin yang bijak adalah biasa merangkul. Bukan menyudutkan!

10. Belajar menyelesaikan masalah. Masalah bukan untuk dihindari, melainkan untuk diselesaikan. Ukuran sukses Anda ditentukan oleh seberapa hebat Anda menuntaskan persoalan yang menimpa. Takaran kehebatan Anda memimpin ditentukan oleh seberapa dahsyat Anda menyelesaikan masalah yang Anda hadapi.

Nah, jika Anda telah menguasai jurus-jurus di atas, tunggu apalagi? Saatnya Anda beraksi. Anda bisa. Do it now![kp]

THE FUTURE HAS ARRIVED

Oleh: Agus Setiawan

The future has arrived
the future has arrived today
the future's alive
the future is alive today….

Masa depan telah tiba
Masa depan telah tiba hari ini
Masa depan telah hidup
Masa depan sudah hidup hari ini….

Begitu bunyi lirik salah satu lagu soundtrack dari film Meet The Robinsons. Masa depan sudah tiba saat ini, sekarang.

Banyak orang yang merasa khawatir dengan masa depan. Mereka selalu berpikir: “Bagaimana masa depan saya nanti?”, “Apa yang akan terjadi nanti?”, dan berbagai kekhawatiran lainnya yang menyangkut masa depan. Seperti judul tulisan ini, sebenarnya masa depan sudah tiba sekarang ini. Masa depan telah hidup. Masa depan telah hidup hari ini.

Sekarang ini adalah masa depan dari masa lalu. Di masa lalu, sekarang (masa depan dari masa lalu) ini masih menjadi sesuatu yang kebanyakan orang khawatirkan. Tetapi sekarang ini (masa depan dari masa lalu) telah tiba. Bagaimana kehidupan Anda sekarang? Apakah yang Anda khawatirkan di masa lalu itu terjadi sekarang? Apakah sekarang Anda hidup dalam kekhawatiran seperti yang Anda khawatirkan dulu?

Lalu, apa hubungannya antara kekhawatiran akan masa depan dengan sukses?

Untuk sukses, kita perlu melakukan sesuatu saat ini, sesuatu yang bisa membawa kita ke masa depan yang kita masing-masing inginkan. Tidak ada yang perlu kita khawatirkan perihal masa depan. Jadi, kuncinya adalah bagaimana kita dapat mengerahkan sebagian besar energi kita untuk berada di masa sekarang dan di sini.

Waktu bisa kita bagi menjadi tiga bagian besar. Masa lalu, masa sekarang, dan masa depan. Jika Anda hidup di masa lalu, maka yang biasanya Anda bawa adalah kemarahan, kekecewaan, dan perasaan tidak adil. Jika energi Anda banyak Anda letakkan di masa depan, maka yang akan terjadi pada Anda adalah kekhawatiran. Jika Anda fokuskan energi pada saat sekarang dan di sini, maka Anda akan hidup berbahagia.

Kalau Anda perhatikan orang-orang di sekitar Anda, apakah mereka banyak hidup di masa sekarang atau masa lalu, atau masa depan?

Misalnya, seseorang memberikan energinya sebanyak 80 persendi masa lalu dan 10 persen di masa depan, sementara di masa sekarang hanya 10 persen. Maka, orang ini akan selalu mengungkit-ungkit apa yang terjadi di masa lalu. Jika kejadian di masa lalu itu negatif, maka semua kesalahan yang pernah terjadi itu akan dikeluarkan semua. Dan bukan hanya sekali, namun berkali-kali. Tapi bila yang terjadi adalah kejadian positif, maka dia akan selalu menceritakan kejadian masa lalu yang selalu memberikannya kebanggaan dan kesuksesan. Apakah ini selalu buruk? Tidak juga. Yang penting adalah berapa persen energi yang kita fokuskan di sana.

Jika seseorang memberikan energinya sebesar 80 persen ke masa depan, maka dia selalu memikirkan masa depannya. Jika negatif, maka yang akan muncul adalah rasa khawatir, rasa takut apa yang akan terjadi di masa depan, soal apakah dia siap menghadapinya, atau apakah dia memiliki uang yang cukup untuk masa depannya. Semua rasa khawatir dan takut bisa muncul. Kalau perasaan itu sedikit positif, maka ada kemungkinan orang ini akan melamun, mengkhayal tentang masa depannya yang indah, dan bagaimana dia menikmati masa depannya. Apakah ini tidak boleh? Tidak juga. Sekali lagi, tergantung berapa persen yang Anda tuangkan pada masing-masing masa ini.

Kita perlu memberikan sedikit energi ke masa lalu jika diperlukan. Untuk apa? Untuk belajar dari pengalaman. Apakah itu pengalaman positif atau negatif, semua bisa kita jadikan sebagai guru. Demikian juga di masa depan, kita perlu memberikan energi ke sana sebagai sebuah patokan ke mana kita akan tiba suatu saat nanti. Berapa persentase yang ideal? Menurut saya pribadi, minimal 80 persen harus kita tuangkan di masa sekarang dan di sini, kemudian masing-masing 10 persen untuk masa depan dan masa lalu.

Kunci dari sukses adalah berbahagia. Karena, kesuksesan yang kita cari ujung-ujungnya adalah kebahagiaan. Jadi, bagaimana membawa kesuksesan yang ingin kita raih di masa depan dengan lebih mudah? Hidup di saat ini dan di sini, dan putuskanlah untuk selalu berbahagia.

Kemudian apa yang harus kita lakukan? Apakah dengan hidup di masa kini saja kita bisa bahagia? Jelas tidak. Hanya dengan hidup di sini dan sekarang saja tidak akan membawa kita ke masa depan yang kita inginkan. Jadi bagaimana? Ya, seperti yang saya tulis di atas, kita perlu melakukan sesuatu. Sekarang simak lirik lanjutan dari lagu di atas.

It’s time to create
time to grow
if you're feeling right
the world yeah she's changing
don't it make you feel alive?
The future has arrived

Sekarang waktunya untuk menciptakan
Waktu untuk berkembang
Jika Anda merasakannya sekarang
Dunia ini, ya, dunia sedang berubah
tidakkah itu membuat Anda lebih hidup?
Masa depan sudah tiba

Dengan memutuskan untuk memberikan sebagian besar energi Anda di sini dan sekarang, Anda telah membuat kehidupan Anda berasa lebih hidup. Dan, dunia menjadi berubah, berubah menjadi sebuah tempat yang kita idamkan selama ini.

Terus? Terus Anda perlu menciptakan masa depan Anda sekarang. Inilah saatnya untuk menciptakan, saatnya untuk bertumbuh, bertumbuh menyambut masa depan yang kita inginkan.

Fokuskan sebagian energi Anda untuk belajar dari pengalaman masa lalu, sebagian energi untuk membuat impian, sebagian besar untuk masa sekarang dan di sini supaya menjadi dan melakukan yang terbaik, sehingga masa depan Anda menjadi kenyataan.[as]

* Agus Setiawan adalah manajer pemasaran Sinotif Education Center, seorang hipnoterapis, dan alumni workshop SPP Cara Gampang Menulis Buku Bestseller Angkatan ke-4. Ia dapat dihubungi di email: agus@sinotif.com

DISIPLIN DAN KOMITMEN

Oleh: Tan Bonaventura Andika Sumarjo

Setiap orang pasti pernah bertemu dengan kata disiplin. Baik dalam sosial, kantor, maupun di rumah. Kesan yang ditangkap saat mendengar ucapan kata disiplin adalah aturan maupun hukuman yang akan diterima. Terutama jika kita tidak melakukan pekerjaan atau tugas yang akan dijalani. Mengapa orang mempunyai pikiran seperti itu? Karena, paradigma yang salah mengenai arti disiplin telah mereka peroleh dari kecil. Untuk itu kita perlu meluruskan kembali arti disiplin.

Disiplin adalah tentang bagaimanan kita mengatur diri sendiri untuk tegas terhadap apa yang boleh atau apa yang tidak boleh dilakukan. Dan, apa konsekuensinya? Kita tidak bisa melakukan suatu tugas atau pekerjaaan dengan baik dalam kehidupan bisnis maupun profesional.

Kita bisa lihat orang-orang sukses, yang berhasil dari segi harta duniawi (aset), harta rohani, harta jiwani, dan khususnya harta hubungan. Mereka sangat tegas terhadap dead line atau tenggat waktu yang mereka tetapkan. Sehingga, ketegasan itu bisa membuat mereka berhasil sampai saat ini, baik sebagai pengusaha maupun profesional top. Mereka ini berani membayar harga untuk arti sebuah kata disiplin. Baik pengorbanan dalam waktu, tenaga, pikiran, biaya, serta perasaan untuk mencapai sesuatu yang mereka inginkan.

Sementara, komitmen adalah sesuatu yang mereka lakukan dan kerjakan. Jika ucapan sudah keluar dari mulut para pemimpin maupun orang-orang yang sukses, yang pasti adalah tindakan pasti yang akan mereka lakukan. Mereka tidak pernah mau tahu apakah hal ini dapat berjalan dengan baik atau tidak. Yang pasti, dijalankan saja lebih dahulu. Setelah suatu periode, mereka akan mencoba mengoreksi dan mengevaluasi apakah hal ini dapat berjalan sesuai kehendak mereka. Butuh ketegasan untuk mengatakan komitmen, bukan sekadar komat-kamit seperti jampi-jampi ahli sihir/dukun.

Disiplin dan komitmen sangat dibutuhkan oleh setiap orang yang ingin mengubah hidupnya menjadi lebih baik serta lebih punya tantangan. Ada kebahagian sendiri setelah apa yang mereka tetapkan dapat tercapai, dan itu berkat disiplin serta komitmen yang mereka canangkan.

Pertandingan di lapangan kehidupan apa pun akhirnya akan dimenangkan oleh orang-orang yang punya disiplin, komitmen tinggi, serta berani membayar harganya. Bagaimana dengan Anda? Apakah Anda sudah mengambil suatu tindakan untuk mulai belajar disiplin dalam segala hal yang kecil saja? Ada pepatah berbunyi, small is beautiful, sedikit-sedikit lama-lama akan menjadi bukit. Itulah pesan orangtua kita.[tbas]

* Tan Bonaventura Andika Sumarjo lahir di Teluk Betung. Saat ini menjabat Head Corporate Sungai Budi Group. Ia adalah alumni workshop SPP “Cara Gampang Menulis Buku Bestseller” Angkatan Ke-4. Ia dapat dihubungi di: bas_andika@yahoo.com.

MENDAHULUI TAKDIR

Oleh: Muhammad Alidin

Pernahkah Anda berkendaraan di malam hari? Walaupun perjalanan Anda di malam hari puluhan atau bahkan ratusan kilometer jauhnya, sadarkah Anda bahwa lampu kendaraan Anda paling jauh hanya mampu menerangi jalan sejauh 10 meter ke depan, setelah itu, gelap. Namun, begitu kendaraan anda bergerak maju, maka jangkauan lampu penerang kendaraan Anda pun maju menerangi jalan untuk 10 meter ke depan lagi, hingga akhirnya seluruh perjalanan yang puluhan atau ratusan kilometer itu dapat Anda selesaikan.

Analogi lampu kendaraan ini dapat kita pakai jika kita tengah mengejar suatu impian atau cita-cita. Walaupun kita telah mempunyai gambaran yang jelas tentang target atau “end” yang hendak kita capai, namun kita tidak mampu melihat dengan jelas dan pasti seluruh situasi maupun kondisi yang akan kita hadapi selama perjalanan mengejar impian tersebut. Namun, begitu kita mengambil suatu tindakan permulaan, maka situasi dan kondisi selanjutnya sedikit demi sedikit mulai terkuak. Dan, kita pun secara alamiah bertindak sesuai dengan kondisi aktual yang kita hadapi. Tindakan-tindakan berikutnya, selanjutnya membuka pula situasi dan kondisi yang harus kita hadapi secara lebih jelas, kita pun bertindak lagi, sehingga akhirnya seluruh perjalanan itu kita selesaikan.

Banyak di antara kita—dalam mengejar suatu impian—ingin memastikan semua hal yang akan dihadapi. Karena ini merupakan sesuatu yang tidak mungkin, akhirnya banyak yang tidak pernah memulai perjalanannya. Mereka begitu takut dengan kemungkinan-kemungkinan yang akan mereka hadapi. Padahal, kemungkinan-kemungkinan itu hanya bisa dipastikan kalau kita sudah berada di sana dan berhadapan langsung dengannya. Banyak ketakutan yang kita cemaskan ternyata tidak pernah terjadi. Namun, karena kita sudah memastikan dalam pikiran kita, bahwa apa yang kita takutkan itu akan terjadi, akhirnya kita menjadi korban ketakutan itu sendiri. Inilah yang dikatakan para bijak, bahwa apa yang seharusnya kita takutkan adalah rasa takut itu sendiri.

Apakah suatu impian atau cita-cita pasti akan tercapai? Tidak seorang pun bisa memastikannya. May be yes… May be no…. Namun, jika Anda tidak bertindak, maka Anda sendirilah yang telah memastikan bahwa impian Anda tidak akan tercapai. Dalam kondisi ini, Anda tanpa sadar sesungguhnya telah mendahului takdir. Padahal, takdir adalah ujung dari tindakan dan doa. Jadi, sebelum bertindak, berdoalah terlebih dahulu, kemudian bertindak dan berdoalah lagi. Setelah itu, baru Anda mengetahui apa takdir yang menunggu Anda.[ma]

* Muhammad Alidin bekerja di sebuah perusahaan tambang di Balikpapan, Kalimantan Timur. Ia menggemari buku-buku yang berkaitan dengan bidang pengembangan diri. Ia juga menulis beberapa artikel lepas yang dimuat di harian lokal. Mulai 2008, ia menuangkan tulisan di blog pribadi yang beralamat di www.muhammad-alidin.blogspot.com. Alidin dapat dihubungi melalui email: muh.alidin@yahoo.com

SELAMAT, ANDA TELAH GAGAL!

Oleh: Victor Asih

Suatu ketika, seorang mahasiswi pernah berkeluh kesah kepada saya mengenai berbagai kegagalan yang dialaminya saat menyelesaikan tugas kuliah yang saya berikan pada minggu sebelumnya. Dia merasa sangat sedih serta kecewa dengan kegagalannya itu dan merasa putus asa.

Saya menanggapi dengan tersenyum sambil menyodorkan tangan kanan untuk menjabat-tangannya sambil berkata, “Selamat, Anda sudah gagal !” Respon saya menanggapi keluhannya sungguh sangat di luar dugaan. Dia spontan terkejut dan hampir tak percaya.

“Lho, kok Bapak berkata seperti itu ...?” tanyanya dengan nada heran dan hampir menangis. Mungkin dia pikir saya mengejek kegagalannya.

Kemudian saya jelaskan kepada mahasiswi tersebut mengenai kegagalan. “Selama proses pencapaian impian, mungkin Anda harus mengalami berbagai kegagalan atau terhempas pada suatu kondisi yang sangat tidak menyenangkan. Yang perlu Anda kuasai untuk menghadapi kegagalan adalah bagaimana Anda mengelola kegagalan, yang kita sebut sebagai manajemen kegagalan atau failure management.” Kegagalan atau kesuksesan sebenarnya adalah kondisi yang sama, seperti koin mata uang yang sama, tetapi dilihat dari sisi yang berbeda. Sisi yang satu berisi angka dan sisi yang lain berisi gambar. Sebagai contoh, saat seorang pemuda ditolak cintanya oleh gadis pujaan hatinya. Pemuda itu boleh menganggap penolakan itu sebagai kegagalan cintanya. Kegagalan itu pasti membuat hatinya sangat sedih dan hancur.

Tetapi pemuda pemuda itu juga boleh menganggap penolakan itu sebagai keberhasilan, yaitu berhasil mengetahui bahwa gadis itu bukanlah jodoh yang tepat baginya. Sehingga, dia bisa mencari gadis lain yang lebih baik, yang telah disediakan Tuhan baginya. Pemikiran ini akan membuat hati pemuda tersebut tetap berbahagia, karena memiliki kesempatan untuk menemukan gadis yang lebih tepat untuk menjadi pasangan hidupnya. Gadis yang lebih baik daripada gadis yang telah menolak cintanya tersebut.

Dua pandangan yang berbeda untuk kondisi yang sama, yaitu ditolak cintanya. Pandangan yang pertama (pandangan negatif) menggunakan kegagalan sebagai “batu sandungan” yang membuatnya jatuh terjerembab sehingga menghancurkan hatinya sendiri. Sedangkan pandangan yang kedua (pandangan positif) menggunakan kegagalan sebagai “batu loncatan” untuk mencapai kesuksesan yang lebih tinggi.

Seperti bila kita mendaki puncak gunung demi puncak gunung. Setelah mencapai satu puncak gunung, kita akan dapat melihat gunung lain yang lebih tinggi. Untuk mencapai puncak gunung yang lebih tinggi tersebut, kita harus terlebih dahulu turun ke lereng gunung. Bahkan mungkin kita harus turun ke lembah dan jurang yang dalam, sebelum kita dapat mulai mendaki menuju puncak gunung yang lebih tinggi.

Mungkin suatu hari Anda terjebak dalam situasi yang paling buruk yang pernah terjadi dalam hidup Anda. Anda mungkin merasa sudah berada di “dasar jurang terdalam” dari kesengsaraan Anda. Kalau memang Anda telah berada di dasar jurang terdalam, kabar baiknya adalah tidak ada lagi tempat yang lebih dalam. Berikutnya hanya ada satu jalan, kalau tidak sama datarnya pasti menuju ke tempat yang lebih tinggi.

Berarti tidak akan ada lagi kondisi yang lebih menyengsarakan daripada yang Anda sedang alami saat ini. Esok hari pasti lebih baik. Jadi, berjuang dan bertahanlah. Berusaha terus untuk dapat keluar dari kondisi malang tersebut.

Dalam keadaan kalut, tertekan, kecewa, marah, sakit hati, stres, dan depresi, Anda akan mengalami banyak godaan untuk bersikap destruktif atau menghancurkan. Sebagai pelampiasan kekecewaan, mungkin saja Anda terdorong untuk menghancurkan diri Anda sendiri atau orang lain disekitar Anda. Tetapi Anda harus tetap mempertahankan pikiran yang positif. Memang ini adalah proses yang harus Anda alami untuk meningkat kepada puncak gunung kesuksesan yang lebih tinggi.

Jangan sampai Anda terbujuk bisikan setan, “Minumlah bayxxx chayank...”, seperti plesetan iklan salah satu obat nyamuk cair terkenal. Di media massa, sempat saya membaca beberapa kisah mengenai orang-orang yang sangat menderita menjelang ajal karena sesaat terbujuk bisikan setan ini. Menyesal pun tidak ada gunanya lagi, jika sudah terlanjur terjadi.

Anda juga jangan pernah mencoba belajar menjadi Superman, terjun bebas meloncat dari lantai atas gedung tinggi. Kalau Anda mau menjadi seperti Superman, biasakan dulu gaya busana sehari-hari Superman. Superman selalu pakai celana kolor (celana dalam) di luar, bukannya di dalam.

“Ya, iyalah…,” tukas seorang teman. “Kalau pakai celana kolor di dalam sih namanya Suparman, bukannya Superman.” Jangan pula sekali-kali mencoba bermain ayunan dengan tali yang menjerat leher Anda. Bermain ayunan dengan cara ini bisa dipastikan tidak akan dapat menghibur kesedihan Anda. Paling banter Anda akan menjadi tontonan warga, menjadi konsumsi berita di media massa, dan menakut-nakuti anak kecil.

Semua cara yang pernah dicoba beberapa orang itu tidak akan membuat Anda berhasil mengatasi kegagalan. Paling banter hanya berhasil menambah satu orang lagi pengikut setan, yaitu Anda! “Jangan bikin neraka tambah penuh,” kata teman saya, yang sering merasa khawatir akan masuk ke neraka kalau meninggal dunia nanti.

Sekacau apa pun keadaan Anda saat ini, tenangkan pikiran Anda dan bersyukurlah kepada Tuhan. Masih banyak orang yang bernasib jauh lebih malang dari pada Anda. Kalau Anda masih bisa bernapas dan masih bisa bergerak, sementara banyak orang di rumah sakit tergeletak tak berdaya. Bahkan untuk bernapas pun harus dibantu peralatan khusus. Anda masih memiliki banyak keberuntungan dan anugerah dari Tuhan yang mengasihi Anda.

Anda bisa mencari teman sejati untuk berbagi perasaan kecewa Anda. Kalau tidak bisa menemukan teman yang bisa diajak berbagi (curhat), Anda bisa mencari lembaga-lembaga konseling. Atau Anda meminta referensi teman untuk diperkenalkan pada orang-orang yang dapat membantu Anda.

Saya teringat pada sebuah lagu yang sering saya nyanyikan sewaktu masih kecil dulu. Liriknya adalah sebagai berikut:

“ Hati yang gembira...a...a.... adalah obat...
Seperti obat, hati yang senang...
Tapi semangat yang padam, keringkan tulang...
Hati yang gembira.... Tuhan senang...”

Di kala saya merasa sedih atau kecewa, saya sering menyanyikan lagu ini saat kecil dulu. Sambil bernyanyi, saya meresapi kata demi kata dalam lagu itu dengan keluguan. Hati saya menjadi terhibur, dan berangsur merasakan bahagia kembali ditengah berbagai penderitaan yang sedang saya alami waktu itu. Pada masa kecil, saya memang banyak mengalami kekecewaan, sakit hati, dan penderitaan. Tidak seperti yang dialami oleh anak-anak kecil sebaya saya pada umumnya.

Hati yang gembira adalah obat. Banyak testimoni orang sembuh dari berbagai penyakit karena hati yang selalu gembira. Dan banyak juga orang yang mengalami penyakit parah (kanker) karena kesedihan hatinya yang berlarut-larut. Jadi sumbernya adalah hati. Seperti lirik lagu salah seorang Kyai kondang di Tanah Air, “Jagalah hati, jangan kau nodai. Jagalah hati, lentera hidup ini....”

Bagaimana cara menjaga perasaan hati ? Perasaan hati dipengaruhi oleh pikiran. Pikiran negatif akan membuat perasaan menjadi tidak nyaman. Sebaliknya pikiran positif akan membuat perasaan nyaman dan bahagia. Jadi, jagalah pikiran Anda supaya tetap positif supaya perasaan hati Anda terjaga tetap tenang dan merasa bahagia.[va]

* Victor Asih dapat dihubungi di victorasih@yahoo.co.id atau bagi Anda yang ingin sekolah bisnis gratis, silakan klik www.usbschool.com.

[Pembelajar.Com::]

toko-delta.blogspot.com

Archives

Postingan Populer

linkwithin

Related Posts with Thumbnails

Total Tayangan Halaman

Diberdayakan oleh Blogger.