toko-delta.blogspot.com

menu

instanx

Senin, 20 Oktober 2008

REAKTIF IDENTIK DENGAN KEMISKINAN? -

Oleh: Riyanto B. Suwito

Kata tersebut sering digunakan untuk menyebut tindakan yang hanya didasarkan pada stimulus dari luar (eksternal), tindakan yang membabi buta, gelap mata dan lain-lain. Stimulus ini disebut aksi – untuk selanjutnya kita akan bereaksi. Begitulah proses yang terjadi dalam sebuah hubungan saling memengaruhi atau resiprokal. Adakah hal tersebut terkait dengan kemiskinan? Jawabannya bisa jadi sangat beragam.

Kita sering mendengar dari para pakar dan analis ekonomi maupun politik, istilah kebijakan pemerintah yang bersifat reaktif dan jangka pendek. Menariknya istilah ini sering kali dipergunakan untuk menyebut kebijakan pemerintahan negara berkembang atau miskin.

Di sisi lain kita juga mendengar tentang sikap reaktif orang “miskin”, saya beri tanda kutip karena ada beberapa sudut pandang dalam menyebut kata tersebut. Bagi pakar psikologi dan ilmu jiwa menyebut miskin bisa berkaitan dengan persoalan mental dan bukan semata-mata kondisi fisik dan materi. Sedangkan bagi kalangan lainnya menyebut miskin akan identik dengan kondisi prasejahtera – meskipun ada banyak versi dan indikator yang belum seragam – secara fisik dan materi.

Mereka - orang yang disebut miskin ini - sering kali bertindak otomatis begitu ada stimulus dari luar – kalau bahasa mereka disebut keterpaksaan. Kalau ditanya siapa yang memaksa? Jawabannya bisa macam-macam, tapi yang paling umum dituduh sebagai biangnya adalah “keadaan”. Misalnya mereka berutang yang pada akhirnya memberatkan atau malah menjerat mereka sendiri – walaupun mereka sadar konsekuensinya – tetapi tetap dilakukan dengan alasan dipaksa oleh keadaan.

Benarkah sesuatu yang bernama “keadaan” ini demikian kejamnya sehingga sering kali memaksa orang miskin atau negara miskin untuk melakukan sesuatu yang tidak mereka inginkan dan sukai? Untuk menjawab hal ini pun bisa diajukan pernyataan yang beragam.

Tapi coba kita lihat pada kasus yang lainnya – misalnya pengambilan keputusan dan tindakan karena ketidaktahuan – apakah mereka termasuk kategori “miskin”? sepertinya jawabannya adalah YA. Alasannya adalah – bahwa ketidaktahuan adalah bukti kemiskinan (kekurangan) informasi dan ilmu. Tetapi ada juga lho orang yang miskin data tapi bisa mengambil tindakan dengan bijak. Ini kasus lain, mereka biasanya adalah orang yang memiliki intuisi yang tajam – dan ini berkaitan dengan kapasitas diri yang mumpuni, bahkan bisa jadi berlebih.

Lantas bagaimana halnya dengan pernyataan yang menyebutkan bahwa kemiskinan identik dengan kebodohan? Apakah hal tersebut salah? Ataukah hal itu merupakan salah satu dari pernyataan yang mendukung premis di atas? Saya akan balik bertanya, apakah kebodohan itu suatu kondisi “kekurangan” atau “kelebihan” ilmu? Jawabannya saya pastikan sudah di tangan Anda. Lantas bagaimana jika kemiskinan ilmu dan wawasan atau informasi digabungkan dengan kemiskinan materi? Sebuah kolaborasi mahadahsyat – yang sering kali dialami oleh mayoritas masyarakat atau negara miskin. Inilah jawaban mengapa sikap reaktif identik dengan kemiskinan. Karena dengan demikian lengkaplah sudah alasan kejamnya keadaan sebagai landasan untuk bertindak atau lebih tepatnya bereaksi terhadap keadaan tersebut.

Secara naluriah, orang yang mendapatkan tekanan dari keadaan mestinya dia akan menekan balik. Sayangnya tekanan balik yang ditunjukkan dari sikap reaktif sering kali justru terbalik – yaitu menekan diri sendiri dan bukan kepada pihak lain (lawannya).

Saya yakin, kalau dalam Tai Chi (ilmu beladiri dari China) – hal ini pasti dianggap sebagai sebuah kesalahan yang sangat mendasar. Karena mereka – para Tai Chi Master - justru menggunakan teknik menyerang balik dengan menggunakan tenaga (tekanan) dari lawan – sehingga semakin besar tekanan dari lawan, maka akan semakin hebat serangan balik yang bisa dilakukan.

Jika demikian, sikap reaktif sebenarnya bukanlah sebuah proses membela diri (defend) atau mencari selamat (survival) tetapi lebih tepat disebut sebagai tindakan bunuh diri (suicide). Coba kita periksa relevansinya dengan kasus nyata di negeri ini. Apakah kebijakan pemerintah yang bersifat reaktif (seperti pembatasan BBM, Listrik, pencabutan subsisdi di saat yang tidak tepat, kebijakan pembebasan bea impor bahan pangan tertentu, dll) apakah bisa disebut sebagai sebuah mekanisme bertahan hidup? Ataukah sedang mencoba untuk bunuh diri? Karena kekurangan kepercayaan diri dan ketakberdayaan (powerless) menghadapi keadaan atau pihak lain?

Bandingkan juga dengan sikap orang miskin yang berutang kepada rentenir atau “terpaksa” berutang untuk konsumsi, bisakah disebut sebagai tindakan bertahan hidup? Ataukah sedang berusaha untuk membunuh diri sendiri daripada dibunuh pihak lain? Lagi-lagi tidak tepat jika hal tersebut dikategorikan sebagai aksi heroik untuk mempertahankan hidup. Lebih tepat jika disebut sebagai tindakan bunuh diri yang terselubung.

Lantas apakah tindakan bunuh diri yang terang-terangan - seperti minum racun serangga rasa jeruk (bercanda, lho..), terjun dari gedung tinggi, menggantung diri, dll – apakah juga merupakan tindakan reaktif? Dan apakah mereka – yang melakukan hal tersebut – termasuk kategori miskin? Jawabannya saya yakin, YA. Bisa miskin harta, miskin ilmu, miskin mental, miskin teman (hubungan), miskin hati, miskin kepercayaan (baik terhadap diri maupun orang lain), miskin pertimbangan, miskin wawasan, miskin stimulus, miskin pujian, dan miskin-miskin yang lain.

Tetapi kata kunci yang menyebabkan mereka bertindak reaktif atau gelap mata tersebut tetaplah berakar dari kemiskinan atau kekurangan (poverty or lack) sesuatu atau bahkan sering kali lebih dari satu atau kolaborasi dari beberapa kemiskinan. Hati-hatilah terhadap kemiskinan, bantulah orang yang miskin dan kekurangan – begitu salah satu pesan orang bijak. Dan masih menurut orang bijak, salah satu cara untuk menolong orang miskin adalah dengan tidak menjadi bagian dari mereka. Sehingga menurut hemat saya – yang kebetulan belum bisa disebut orang bijak - mudahnya, cukup dengan tidak bertindak reaktif – itu sudah berarti turut membantu mereka, karena kita tidak menjadi seperti mereka. Termasuk dalam menyikapi tulisan singkat ini. Jangan reaktif! Lihat dulu judulnya.[rbs]

* Riyanto B. Suwito adalah entrepreneur, trainer, konsultan, dosen dan sedang belajar menulis. Dapat dihubungi di hp: 081 227 12426 atau email: riyantosuwito@gmail.com – aktif di PKPEK – fairbiz@indo.net.id . Salah satu trainer bersertifikat dari CRS-Links Certified Trainer on Financial Education for the Poor).

TEMUKAN ZONA NYAMAN ANDA

Oleh: Ahmad Arwani R.

“Yang pasti-pasti ajalah,” kata seorang teman pada saat meeting membahas perbaikan proses bisnis. “Belum tentu perbaikan ini akan memberikan dampak yang lebih signifikan dibanding sebelumnya,” tambahnya. Mungkin percakapan ini sering kita dapati di mana pun kita bekerja. Orang memang memiliki kecenderungan untuk malas berubah dan lebih memilih yang sudah berjalan seperti biasanya.

Atau, coba Anda perhatikan, Jika suatu saat Anda makan di sebuah restoran dan mengambil kursi yang paling pojok misalnya. Saat Anda kembali ke restoran tersebut pada lain waktu, Anda akan memilih meja yang sama dan makanan yang sama pula. Kenapa ini terjadi? Alasannya tetap sama, bahwa kita sudah terbiasa dengan pilihan tersebut. Karena, semua dari kita menyukai kebiasaan, kemapanan, dan kepastian.

Pernahkah Anda sadari bahwa setiap hari kejadian-kejadian tersebut banyak sekali terjadi. Kita berusaha menjaga segala sesuatu seperti yang pernah kita lihat, terlihat sama, dan konstan dari waktu ke waktu. Dengan memastikan segalanya tidak berubah, kita merasa aman dan nyaman. Keadaan ini sering disebut sebagai comfort zone dan sering dipersalahkan pada saat terjadi perubahan. Sehingga, dalam setiap training motivasi kita dianjurkan untuk keluar dari comfort zone (lebih tepatnya negative comfort zone) karena membuat kita menjadi konservatif dan tidak produktif.

Apakah memang benar demikian?

Cobalah bayangkan, di sebuah perusahaan yang sangat dinamis perubahan adalah sebuah kebiasaan (habbit) mengikuti trend industri. Proses bisa berubah sewaktu-waktu, struktur organisasi berganti secara tidak dinyana dan kebijakan bisa berubah haluan secara drastis, apakah karyawan mampu beradaptasi dengan baik?

Coba tanyakan pada diri sendiri, apa yang sebenarnya kita cari di dunia ini? Uang, kekuasaan, dan ketenaran? Belum tentu dengan uang kita merasa sukses jika kita tidak sehat. Kekuasaan tidak akan bisa kita rasakan jika kita dihantui oleh ketamakan dan kesewenang-wenangan. Dan, ketenaran tidaklah berguna jika kita tidak punya privacy dan waktu untuk orang-orang terkasih. Kalau kita tanyakan kembali, sebenarnya yang kita butuhkan adalah ketenteraman dan kenyaman hidup. Benar atau tidak?

Dalam kondisi nyaman dan aman tentunya seseorang akan lebih optimal dalam melakukan segala aktivitas karena tidak ada lagi yang perlu dikhawatirkan. Kita akan bisa melakukan apa pun dan mencapai target jika kita merasa nyaman.

Sekarang marilah kita maknai dan ciptakan positive comfort zone tersebut agar memberikan daya lecut menuju kesuksesan kita.

Beberapa hal penting yang harus kita cermati dalam menciptakan positive comfort zone adalah sebagai berikut:

Definisikan ulang hidup Anda
Putuskan hidup seperti apa yang ingin Anda jalani, hidup yang penuh dengan warna-warni atau biarkan berlalu begitu saja. Kemudian tentukan nilai-nilai apa yang menurut Anda penting misalkan kejujuran, kebersamaan, kekeluargaan, kecukupan material spiritual, penghormatan, harga diri, dan lain sebagainya.

Pastikan bahwa nilai-nilai tersebut adalah identik dengan Anda, jadi di mana pun Anda berada, pekerjaan apa pun yang Anda pilih, maka nilai-nilai inilah yang akan menjadi pilar zona nyaman Anda. Jika nilai-nilai ini ada maka Anda akan eksis dan optimal, jika tidak maka buatlah itu ada atau berpindahlah ke lain tempat yang memungkinkan itu ada atau terjadi

Positive Comfort Zone adalah sebuah target yang dinamis dan upgradeable
Waktu selalu bergerak maju, perubahan tidak terelakkan lagi, dan usia pun sudah pasti merangkak naik. Pada saat itulah kita harus berkaca pada diri sendiri, apakah kita juga semakin beranjak dewasa, bertambah bijak, cerdas, dan secara spiritual lebih matang atau tidak? Pada tahapan ini Muhammad SAW mengingatkan kita bahwa orang yang beruntung adalah orang yang pada hari ini lebih baik dari kemarin. Apakah kita termasuk di dalamnya?

Selayaknya seperti target penjualan, yang dari waktu ke waktu selalu berubah begitu juga dengan comfort zone. Pada saat pengertian kita mengenai hidup semakin matang, pengalaman spiritual semakin meningkat kualitasnya maka dirasa atau tidak Anda sudah berpindah dari satu tingkatan positive comfort zone menuju ke tingkatan yang lebih tinggi.

Kalau awalnya ukuran nyaman masih dalam tataran keduniawian, sekarang beranjak ke dalam tataran pencapaian spiritual, dan begitu seterusnya. Saat kita sudah mencapai tingkat tertentu kita akan menentukan lagi tingkat positive comfort zone yang baru dan yang lebih tinggi tentunya.

Tidak selalu identik dengan uang, kekuasaan, dan ketenaran bukanlah ukuran yang sebenarnya. Pikirkanlah hal-hal seperti peluang pembelajaran, kemudahan berkomunikasi dengan sesama karyawan, kesempatan untuk mendapatkan karier yang lebih tinggi, kesempatan untuk menuangkan ide-ide kreatif untuk kemajuan perusahaan, waktu untuk bersama keluarga, kebersamaan dengan karyawan. Hal-hal tersebut bisa dijadikan sebagai indikator positive comfort zone.

Jika nilai-nilai tersebut tidak terpenuhi maka kita harus bersiap mencari solusinya sendiri dengan berpindah bagian, perusahaan, atau berpindah karier

Lihatlah dengan hati
Kondisi tingkat kenyamanan dan keamanan orang satu sama lain berbeda-beda. Karena kualitas dan target hidup berbeda dan tergantung dari kemampuan kita memaknai dan menjalani hidup. Namun satu yang pasti, perasaan nyaman dan aman hanya bisa diukur oleh hati. Bergelimpang harta dengan dikawal bodyguard sekampung belum tentu terasa nyaman jika selalu was-was akan kehilangan harta tersebut. Memiliki deposito dan investasi yang membanggakan belum tentu nyaman jika setiap saat kita khawatir akan risiko kehilangan investasi tersebut.

Maka belajarlah untuk selalu mendengar dan menuruti kata hati. Karena Tuhan berkomunikasi dengan kita setiap hari melalui segala kelembutan dan kejadian untuk kita ambil hikmah dengan akal dan hati. Segala perbuatan baik dan buruk hanya hati kita yang bisa menilai. Pastikan hati kita sejernih air telaga dan selembut kapas.[aar]

* Ahmad Arwani R lahir di Semarang pada 1 Juni 1977. Ia tinggal di Kompleks Mutiara Elok Blok B-16 Kreo Selatan, Ciledug, Tangerang, Banten.

MELONJAK, TERINJAK NAMUN TIDAK BERANJAK

Oleh: Saumiman Saud

Kondisi ekonomi yang semakin terpuruk membuat kehidupan masyarakat semakin memburuk. Mengapa demikian? Karena selama kita masih hidup di dalam dunia yang penuh ketidakpastian, maka kondisi kehidupan kita pun tidak pernah pasti. Oleh karena itulah sering kali manusia kehilangan pegangan tatkala berbagai kesulitan menyerang secara terus-menerus. Putus asa, frustasi, pasrah, itulah yang selalu menghantui kehidupan manusia. Di sisi lain pengangguran, kejahatan, dan narkoba merajarela. Berulang kali pula tatkala orang-orang menghadapi kesulitan seperti ini, maka “keadaan ekonomi” yang terpuruk itu yang dikambinghitamkan, padahal yang salah bukan kondisi itu, tetapi perilaku dan karakter manusia yang ada di dalamnya.

Di dalam Alkitab kita dapat menemukan seorang ahli strategi ekonomi. Di saat-saat keadaan ekonomi negara genting terpuruk, ia masih dapat berjaya; orang itu bernama Yusuf anak Yakub atau cicitnyanya Abraham. Perhitungannya sangat tepat. Dikatakan bahwa negeri Mesir akan berjaya dengan kelimpahan selama tujuh tahun berturut-turut, namun ingat setelah itu maka tujuh tahun ke depan berturut-turut akan terjadi masa-masa sengsara. Bagi Yusuf, strategi jitunya sangat sederhana; barangkali tanpa harus menyandang gelar sarjana ekonomi pun kita dapat melakukannya. Tatkala masa-masa jaya, jangan lupa harus menabung atau menyimpan bahan pangan di lumbung untuk berjaga-jaga agar pada waktu terpuruk masih ada persediaan yang cukup (Kejadian, 41 : 25-31).

Benar sekali apa yang diprediksikan oleh Yusuf itu terjadi. Pada saat masa sulit, mereka masih dapat menikmati makanan yang disimpan di lumbung itu. Tentu pula harga barang tersebut dijual dengan harga normal yang terjangkau oleh masyarakat luas, bahkan orang-orang Israel juga dapat menikmatinya. Sekarang timbul pertanyan, mengapa strategi ini begitu lancar dan nampak sangat sederhana? Apakah kondisi seperti ini masih berlaku saat ini?

Jelas sekali di sini, jaman semakin berubah, manusia hidup dalam situasi yang eksklusif, masing-masing hanya mengurus kepentingan sendiri. Dengan demikian jika ada keuntungan, maka ia mesti mengambilnya sendiri, jika ada kesempatan ia mesti merampasnya sendiri. Dan sebaliknya jika ada kerugian, urusannya diserahkan pada pada orang lain, kalau bisa jangan ditanggung sendiri. Orang-orang yang hidupnya terpengaruh pada kondisi seperti ini sangat sulit membagikan apa yang mereka miliki. Sehingga tidak heran ada orang yang walaupun keadaan kondisi ekonomi begitu terpuruk, ia masih dapat menumpuk harta kekayaan pribadi, dan demi kepentingan itu maka jatah kawan pun dikeruknya.

Jika hari ini para pengusaha yang kaya raya tidak mengelola usahanya dengan penuh kasih, maka yang kaya sudah pasti semakin kaya dan yang miskin akan semakin miskin. Yang kaya semakin berjaya, yang miskin semakin menderita. Tidak ada salahnya jika Anda yang sudah kaya-raya tetap mempertahankan kekayaan, namun bagi mereka yang miskin apa salahnya diberikan peluang untuk kesempatan itu juga. Tetapi dasar manusia itu tamak, maka untuk urusan kekayaan itu harus menjadi hal yang pribadi, hanya sisa remah-remahnya yang dibagikan kepada si miskin. Bahkan gara-gara masalah kekayaan, saudara dan orangtua kandung pun bila perlu disingkirkan.

Seorang penulis Rusia, Leo Tolstoy dalam bukunya Tuan dan Hamba mengisahkan suatu cerita sebagai berikut: Ada seorang petani miskin yang bernama Pak Khom, ia merasa iri pada kakak iparnya yang sangat kaya di kota. Suatu hari Pak Khom mendengar bahwa ada seorang tuan tanah yang bernama Starshina hendak menjual tanahnya. Pak Khom merasa tertarik untuk membeli tanah itu, agar dapat diolah dan ditanam sehingga ia juga menjadi orang yang kaya. "Berapa harga tanah engkau?" tanya Pak Khom. "Harga tanah," jawab Starshina “hanya 1.000 rubel sehari."

Pak Khom merasa bigung akan harga yang ditawarkan. "Berapa harganya yang benar?" Pak Khom ulang bertanya dengan serius."Saya tidak menghitung dengan cara itu,” kata Strarshina. "Saya akan menjual menurut harinya, artinya sebanyak tanah yang dapat engkau kelilingi selama satu hari; itulah ukuran yang engkau perlu bayar yakni 1.000 rubel."

Pak Khom terheran-heran dan dalam hatinya ia berkata: "Ah... saya pasti dapat mengelilingi seluas-luasnya dan saya akan menjadi orang yang paling kaya di desa ini." Selama satu malam, Pak Khom tidak dapat tidur nyenyak. Ia hanya membayangkan bahwa sebentar lagi ia akan menjadi tuan tanah yang kaya raya. "Saya akan membuat tanda patokan," kata Starshina "di sini saya memberi patokan kayu, tanda dimulai. Apabila matahari terbenam engkau sudah harus tiba kembali di sini. Itu berarti semua tanah yang engkau kelilingi itu mejadi milikmu." Pak Phom mulai berjalan, ia tidak berjalan dengan pelan-pelan, melainkan dengan penuh semangat dan tergesa-gesa. Ia tidak menghiraukan panas terik matahari, dalam benak pikirannya hanya satu yaitu sebentar lagi ia akan kaya-raya.

Satu jam, dua jam berlalu dengan cepatnya. Pak Khom berusaha dengan sekuat tenaga dan secepat mungkin untuk berjalan. Sehingga makan dan minum harus dilakukan sambil berjalan. Walaupun persediaan makanan dan minumannya tinggal sedikit, ia tetap berjalan terus. Pak Khom hanya melihat tanah-tanah yang subur, sungai-sungai yang jernih airnya, dan terus berjalan, sementara di atas gunung orang-orang melambai-lambaikan tangan padanya. Pak Khom sudah capek sekali, kakinya mulai lecet dan juga berdarah, rasanya ia seperti tidak sanggup lagi.

Melihat matahari sudah hampir terbenam, Pak Khom kembali memaksakan diri untuk berlari, dan ia terjatuh tepat pada patokan pertama; namun ia sudah tidak bernyawa lagi. "Ah anak muda," Starshina berseru. "Engkau dapat memenangkan banyak tanah hari ini." Teman-teman Pak Khom kemudian mengambil sebuah sekop dan mengorek lubang yang berukuran satu meter kali dua meter untuk menguburnya. Begitulah kira-kira orang yang telah kerasukan ketamakan. Apa artinya harta, bila karena itu nyawa melayang?

Coba sejenak kita kembali kepada Yusuf, tatkala barang-barang kebutuhan mulai krisis dan habis, Yusuf mengerahkan orang-orangnya membuka lumbung dan menjualnya ke masyarakat. Ia tidak perlu memasang harga yang tinggi seperti yang dilakukan para pedagang masa kini. Zaman sekarang monopoli dagang ada di mana-mana, tatkala diperkirakan harga jual bakal naik, maka yang dilakukan adalah menimbun barang-barang terlebih dahulu di gudang sendiri. Lalu begitu barang-barangnya habis, harga naik, maka si penjual pun menjual dengan harga sesuka-hatinya. Makanya jangan heran hari ini kita menyaksikan bahwa bila harga yang semakin melonjak, maka masyarakat yang miskin semakin merasa terinjak. Harga naik terus, gaji tetap bahkan mungkin dipotong. Apakah mereka mesti berpuasa? Ngomong-ngomong orang yang berpuasa juga harus makan pada malam harinya. Lalu kontrasnya, orang-orang di luar negeri merasa prihatin sekaligus heran dengan kondisi ekonomi di Tanah Air kita. Di satu pihak dikatakan keadaan ekonomi lagi krisis; namun di pihak lain berbondong-bondong masyarakatnya melancong ke luar negeri dan berfoya-foya di sana. Sulit dipercaya dan tidak masuk akal, bukan?

Memang tidak semua orang mau peduli dengan kondisi ini; namun jika Anda mengaku diri sebagai orang percaya, pengikut Kristus yang sejati, cinta Tuhan, maka Anda harus menjadi contoh teladan dalam keadaan ini. Jika tidak, siapa lagi yang dapat diandalkan. Yesaya 59:1 mencatat “Sesungguhnya, tangan TUHAN tidak kurang panjang untuk menyelamatkan, dan pendengaran-Nya tidak kurang tajam untuk mendengar.” Yakin sepenuh hati, Tuhan pasti menolong. Jadilah pengusaha yang memiliki hati kasih, bukan hati yang tamak. Ingat harta kekayaan dapat dicari, namun kesempatan untuk mengerjakan yang terbaik buat menolong orang lain tidak selalu ada. Porsi lauk-pauk yang dimakan oleh mereka yang kaya dan yang miskin adalah sama, oleh sebab itu jika Anda memiliki lebih, apa salahnya itu dibagikan kepada mereka yang kurang. “Kunci sukses seseorang bukan diukur dari seberapa banyak kekayaan yang ada, tetapi orang yang sukses dapat diukur dari bagaimana ia memakai kekayaannya menjadi berkat bagi orang lain.”

Hari ini kita sebagai manusia tidak dapat menghindari kondisi yang terpuruk itu. Harga-harga barang kebutuhan semakin hari semakin naik di negeri tercinta, celakanya setiap harga barang yang sudah naik sulit sekali untuk turun lagi. Dalam kondisi ini bagaimana sikap orang percaya? Orang percaya mesti harus tabah dan kuat. Orang percaya boleh miskin di dalam harta kekayaan, tetapi ia tidak boleh miskin dalam hal rohani. Bukankah Tuhan Yesus berkata apalah artinya engkau memiliki harta yang ada di seluruh dunia ini, namun Anda kehilangan nyawanya? (Matius 16:26 ) Di bagian lain Tuhan Yesus berkata lagi, “Barang siapa mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya. Dan barang siapa yang kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya.” (Matius 10: 39).

Maksudnya ialah, kalaupun kita harus kehilangan nyawa gara-gara kemiskinan itu tidak soal, namun integritas kita sebagai orang Kristen tetap dijaga dan dipelihara. Kita mungkin akan menjadi korban dan miskin terinjak karena harga barang semakin melonjak, namun iman kepercayaan ini tidak harus beranjak. Tuhan kita tidak pernah lalai memerhatikan kita. Dalam kitab Mazmur 37:23-24 “TUHAN menetapkan langkah-langkah orang yang hidupnya berkenan kepada-Nya; apabila ia jatuh, tidaklah sampai tergeletak, sebab TUHAN menopang tangannya.” Orang miskin memang tidak popular, tidak terperhatikan, sering diabaikan, hina, rendah, papah, namun ingat Tuhan Yesus justru datang ke dunia mencari mereka yang terabaikan itu. Ia menjanjikan suatu kepastian keselamatan yang tidak dapar ditawarkan dan dimiliki oleh dunia ini.[ss]

* Saumiman Saud adalah seorang pendeta, alumni Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang, saat ini bertugas di Washington. Beliau dapat dihubungi via email saumiman@gmail.com

PASRAH ITU NGGAK BIKIN REPOT

Oleh: Ahmad Abusali

Senin itu, seperti biasa Vina memulai aktivitasnya berangkat ke kantor. Dari rumah menuju kantor Vina menggunakan sebuah taksi. Hari itu kegiatan di kantornya sangat padat sehingga dia memilih berangkat lebih awal dari biasanya. Ketika hendak memasuki gerbang tol, Vina mulai melihat begitu banyak antrian kendaraan seolah mereka berlomba ingin cepat sampai tujuan. Saat itu, jam masih menunjukkan jam 06.10 pagi. Taksi yang ditumpangi terus melaju di tengah kerumunan mobil-mobil lain yang hendak menuju arah yang sama.

Ketika beberapa saat perjalanan, persis berada di tengah tol jembatan layang, taksi yang ditumpangi Vina sudah mulai berjalan tersendat, dan tak lama kemudian berhenti total. Vina sempat bertanya kepada sopir, “Kok kenderaan di depan sama sekali tidak bergerak ya, Pak?”

“Tidak tahu ya, Neng. Ini juga tidak seperti biasanya, mudah-mudah nggak ada apa-apa,” sahut sopir.

Beberapa saat kemudian, Vina mulai gelisah, khawatir akan terlambat tiba di kantor dan jam telah menunjukkan pukul 07.45. Posisi taksinya kurang lebih berada di tengah tol jembatan layang. Pak sopir mencari tahu penyebab kemacetan lewat radio panggil. Dari informasi yang didapat, ternyata ada truk kontainer yang berisi muatan penuh terbalik melintang di jalan sehingga menghalangi kenderaan lain yang mau lewat.

Mendengar kabar itu Vina mulai menunjukkan raut muka tegang. Rupanya, pagi itu ada jadwal rapat jam 08.30 bersama dewan direksi perusahaannya dengan CEO dari Holding Company yang ada di luar negeri. Jarak tempuh perjalanan dari rumah menuju kantornya yang biasa hanya 30-40 menit menjadi tidak berlaku.

Waktu terus berlalu, hingga menjelang waktu rapat. Vina yang seharusnya telah berada di kantor tapi masih terjebak didalam taksi yang sama sekali tidak bergerak. Dalam keadaan panik, Vina mencoba meraih handphone dari tasnya. Dan, ternyata handphone-nya pun menunjukkan low bath, lalu pelahan-lahan mati. Dia belum sempat men-charge HP-nya yang semalam digunakan untuk menghubungi adiknya yang baru bertugas di luar kota. Akibatnya, dia sama sekali tidak dapat berkomunikasi ke kantor untuk memberitahukan kondisinya. Dia berusaha menanyakan kepada sopir barangkali ada HP yang bisa dipinjam, tapi sopir tidak bawa HP.

Vina menunjukkan kepanikan yang luar biasa. Pikirannya berkecamuk, stres karena memikirkan rapat yang begitu penting tidak dapat dia diikuti. Vina dipercaya direksi untuk mempresentasikan kinerja perusahaan di hadapan CEO dari Holding Company sehingga kehadirannya pada rapat itu sangat diharapkan. Dia berpikir untuk ganti kenderaan, tapi tidak mungkin karena di tengah jalan layang tidak ada transportasi lain, seperti tukang ojek ataupun busway yang dapat dijadikan kenderaan alternatif. Akhirnya, Vina tidak memiliki pilihan lain kecuali pasrah pada Tuhan.

Pada saat itu, tiba-tiba terlintas dalam pikirannya bahwa dia pernah mendengar salah satu percakapan di sebuah stasiun radio, yang intinya adalah pada saat orang merasa tidak lagi memiliki pilihan, di situlah dibutuhkan kepasrahan kepada Tuhan. Orang betul-betul pasrah dan hanya berharap pada pertolongan dari Tuhan. Biasanya, mentalnya jauh lebih siap menghadapi dan menerima apa pun risiko yang akan terjadi. Terlebih lagi dia yakin dan percaya bahwa Tuhan akan selalu memberi yang terbaik baginya. Vina berusaha menjalankan nasihat ini. Beberapa saat kemudian dia merasa jauh lebih tenang. Dia hanya berdoa dan berprasangka baik pada Tuhan. Karena yakin, Tuhan Mahatahu apa yang terbaik bagi dirinya.

Tidak hanya itu, Vina pun masih merasa bersyukur karena ada bus angkutan umum yang persis berada di sekitar sana juga terjebak macet. Bus itu penuh sesak oleh penumpang dan sebagian banyak yang berdiri. Dari kenderaan yang dia ditumpangi, Vina dapat melihat jelas banyak penumpang yang kepanasan, bermandikan keringat, dan sebagian lagi turun dari dalam bus karena tidak mampu menahan panas. Sepertinya, bus itu juga tidak dilengkapi alat pendingin udara karena bus kelas ekonomi. Penumpang yang berada di luar bus pun tidak luput dari teriknya matahari, ditambah lagi polusi udara dari kenderaan yang ada di sekitarnya. Vina sadar betul akan beratnya penderitaan yang dialami penumpang bus itu, serta mereka pun mengalami hal yang sama terlambat menuju ke tempat beraktivitas.

Bila dibandingkan keadaan penumpang bus, Vina merasa kondisinya jauh lebih baik, lebih nyaman dan tidak capai berdiri. Malahan, dia berada di bawah hembusan udara dingin AC dan duduk di jok mobil yang empuk. Sepertinya, pantaslah bila dia banyak bersyukur.

Setelah beberapa jam berlalu, tiba-tiba taksi yang dia tumpangi pelan-pelan merayap dan akhirnya melewati kontainer yang menghalangi jalan. Di sana tampak petugas dan polisi yang sibuk mengatur lajunya kendaraan yang melintas.

Setibanya di kantor, Vina buruh-buruh menujuh meja rekannya untuk menanyakan rapat yang tidak dapat dia hadiri. Rupanya rapat yang semula akan dilaksanakan pada jam 08.30 diundur menjadi jam 14.00 disebabkan ada sesuatu dan lain hal. Vina pun masih penasaran dan bergegas menuju ruangan bosnya guna mengonfirmasi kebenaran penundaan rapat itu. Bosnya sadar bahwa Vina pasti merasa bersalah karena telah datang terlambat. Vina berusaha menjelaskan alasan dan akhirnya bos dapat memakluminya. Menurut bosnya, dia telah mencoba menghubungi Vina untuk memberitahukan penundaan rapat tapi HP-nya tidak bisa dihubungi karena mati. Vina sungguh merasa lega karena dia masih cukup waktu untuk mempersiapkan rapat akibat ditunda.

Vina kembali ke meja kerjanya dan sempat tertegun beberapa saat untuk merenungi kejadian apa yang dia alaminya pagi itu. Kini, Vina yakin dan sadar bahwa kejadian ini bukanlah secara tiba-tiba tapi peran campur tangan dari Tuhan. Inilah faktanya, bila orang telah menyerahkan diri pada Tuhan, maka uluran tangan Tuhan pun akan datang.

Ada beberapa hal pesan moral yang dapat dipetik dari cerita di atas, bahwa bila kepasrahan itu muncul dan memohon hanya pertolongan dari Tuhan, maka Tuhan pun tidak akan tinggal diam, dalam hal ini tidak ada kata yang tidak mungkin. Syaratnya hanya satu, yaitu yakin akan pertolongan-Nya. Ini berlaku bila orang telah memiliki spritulias tinggi. Hal lain adalah rasa syukur. Orang yang bersyukur selalu melihat apa yang telah dia dapatkan dan kelebihan yang telah dia dimiliki.[aa]

* Ahmad Abusali bekerja di sebuah bank asing. Ia adalah alumnus Sekolah Penulis Pembelajar dan dapat dihubungi pada email: ahmadabusali165@yahoo.co.id.

JANGAN PERNAH MAKAN SENDIRI

Oleh: Berny Gomulya

“We have always found that people are most productive in small teams with tight budgets, time lines and the freedom to solve their own problems.”
~ John Rollwagen

“The ability to deal with people is as purchasable to a commodity as sugar of coffee, and I will pay more for that ability than for any other under the sun.”
~ John D. Rockefeller

Dalam perjalanan pulang ke rumah, saya mendengar di salah satu stasiun radio, ada seorang karyawan menelepon. Dia mengeluh bahwa bosnya tidak pernah bisa mengerti perasaannya. Belum juga Sang Coach memberikan masukan terhadap si karyawan, seorang bos menelepon. Kali ini bos tersebut mengeluh karena dia merasa anak buahnya tidak bisa bekerja dengan baik dan tidak bisa bekerja seperti yang ia harapkan.

Ini mengingatkan saya ketika saya bekerja di PT Astra International Tbk, ada seorang kawan yang secara individu sangat hebat, prestasi akademiknya luar biasa, lulus dari perguruan tinggi terkenal dengan summa cum laude, tetapi jenjang kariernya lambat. Apa yang salah dengan dia sehingga kariernya kurang cepat? Ternyata, oleh atasannya dia dinilai tidak bisa bekerja sama dengan orang lain. Dia kurang bisa menghargai pendapat dan keahlian orang lain.

Sahabat yang lain lagi, dengan bakat dan potensi yang luar biasa, mengeluh karena lelah pindah-pindah kerja. Tadinya saya berpikir bahwa dia ingin mencoba tantangan baru di kantor lain. Tetapi setelah mendengar keluh kesahnya, ternyata dia selalu tidak cocok dengan lingkungan kerjanya.

Teman yang lainnya lagi mengeluh sudah empat kali bercerai tetapi tidak juga mendapatkan istri yang cocok. Yang lainnya lagi, sibuk berganti-ganti pacar sebanyak lima kali, tetapi juga belum mendapatkan perempuan yang pas untuk dijadikan istri.

Semua kejadian di atas berbicara mengenai betapa pentingnya menerima perbedaan dan melihat kerja sama sebagai suatu keharusan. Jika motivasi Anda mencari pasangan, entah itu pasangan hidup atau pasangan kerja, mencari orang yang cocok di semua bidang, lupakan saja.

Anda boleh memiliki pendapat berbeda, namun perjalanan hidup saya menunjukkan dukungan yang amat kuat tentang pentingnya bekerja sama. Di perusahaan, hampir tidak pernah saya bertemu pemimpin berhasil tanpa kemampuan bekerja sama dengan orang lain. Di keluarga, tidak pernah saya temukan keluarga bahagia tanpa kesediaan untuk secara sengaja bekerja sama dengan anggota keluarga yang lain.

Ada sebuah cerita tentang seekor kelinci. Dia sedang duduk santai di tepi pantai, tiba tiba datang seekor rubah jantan besar yang hendak memangsanya, lalu kelinci itu berkata: "Kalau memang kamu berani, ayo kita berkelahi di dalam lubang kelinci. Yang kalah akan jadi santapan yang menang, dan saya yakin saya akan menang." Sang rubah jantan merasa tertantang, "Di mana pun jadi, masa sih kelinci bisa menang melawan aku?" Mereka pun masuk ke dalam sarang kelinci, Sepuluh menit kemudian sang kelinci keluar sambil menggenggam setangkai paha rubah dan melahapnya dengan nikmat.

Sang kelinci kembali bersantai, sambil memakai kaca mata hitam dan topi pantai, tiba tiba datang seekor serigala besar yang hendak memangsanya, lalu kelinci berkata: "Kalau memang kamu berani, ayo kita berkelahi di dalam lubang kelinci, yang kalah akan jadi santapan yang menang, dan saya yakin saya akan menang." Sang serigala merasa tertantang, "Di mana pun jadi, masa sih kelinci bisa menang melawan aku?" Mereka pun masuk ke dalam sarang kelinci, lima belas menit kemudian sang kelinci keluar sambil menggenggam setangkai paha serigala dan melahapnya dengan nikmat.

Sang Kelinci kembali bersantai, sambil memasang payung pantai dan merebahkan diri di atas pasir, tiba tiba datang seekor beruang besar yang hendak memangsanya, lalu kelinci berkata: "Kalau memang kamu berani, ayo kita berkelahi di dalam lubang kelinci, yang kalah akan jadi santapan yang menang, dan saya yakin saya akan menang." Sang beruang merasa tertantang, "Di mana pun jadi, masa sih kelinci bisa menang melawan aku?" Mereka pun masuk ke dalam sarang kelinci, tiga puluh menit kemudian sang kelinci keluar sambil menggenggam setangkai paha beruang dan melahapnya dengan nikmat.

Pohon kelapa melambai lambai, lembayung senja sudah tiba, habis sudah waktu bersantai, sang kelinci melongok ke dalam lubang kelinci, sambil melambai, "Hai, keluar, sudah sore, besok kita teruskan!" Keluarlah seekor harimau dari lubang itu, sangat besar badannya. Sambil menguap harimau berkata, "Kerjasama kita sukses hari ini, kita makan kenyang, dan saya tidak perlu berlari kencang untuk mengejar mangsa."

Moral dari cerita di atas adalah pemenang selalu berpikir mengenai kerja sama, sementara pecundang selalu berpikir bagaimana menjadi tokoh yang paling berjaya. Untuk membentuk hubungan yang saling menguntungkan, harus ada kerendahan hati dan keikhlasan bekerja sama, meskipun dengan seseorang yang kelihatannya tidak lebih baik dari kita.

Jika dua orang atau lebih, grup atau perusahaan bekerja sama menggunakan bakat dan kemampuan mereka untuk tujuan bersama, maka hasil yang dapat dicapai lebih maksimal. Kerja sama yang produktif adalah ketika senergi tercapai. Itu artinya kombinasi dari energi, sumber daya, bakat, dan usaha adalah lebih besar dari penjumlahan masing-masing bagian; ketika 1+1=3 (atau lebih). Hal yang paling mendasar dalam kerjasama adalah menerima perbedaan dan mentransformasikan perbedaan menjadi kekuatan yang lebih produktif. Sang harimau cerdik tidak bekerja sendirian, dia tidak pernah makan sendirian, tetapi mengajak sang kelinci sebagai satu tim. Hasilnya? Sangat produktif.

Bila Anda ingin lebih produktif, kembangkanlah sikap mau bekerja sama. Jangan pernah makan sendirian.

Tips meningkatkan produktivitas Anda:

1.Mengetahui kekuatan dan kelemahan setiap anggota tim.
2.Menyadari peran setiap anggota tim.
3.Saling menerima perbedaan.
4.Tentukan tujuan dan target yang harus dicapai oleh sebuah tim.
5.Jalin komunikasi yang baik antar anggota tim.[bg]

* Berny Gomulya adalah seorang penulis, pembicara seminar profesional, pelatih personal dan perusahaan dalam bidang productivity dan management system. Ia mendapatkan pengakuan tertinggi dari dunia otomotif internasional sebagai salah satu dari hanya delapan orang Indonesia sebagai Auditor TS 16949:2002 International Automotive Task Force (IATF). Setelah lulus sebagai Sarjana Elektro dan Magister Manajemen dari Universitas Indonesia, dia bekerja di PT Astra International Tbk dan Productivity Standard Board (PSB) di Singapore. Kini, Berny mendirikan sebuah lembaga di bidang personal productivity, organization productivity, dan management system. Berny juga alumnus Workshop SPP “Cara Gampang Menulis Artikel & Buku Bestseller” Angkatan Ke-5 dan dapat dihubungi melalui email ke bernygomulya@yahoo.com.

RE-FREAMING

Oleh: M. Iqbal Dawami

Lelaki itu bernama Viktor Frankl, tahanan di kamp konsentrasi Auszwitch. Tak seperti kebanyakan tahanan yang kemudian mati karena putus asa, Frankl malah berhasil membangun kepercayaan diri atas keyakinan bahwa pasti ada makna dari semua kejadian ini. Ini sebuah skenario yang dirancang untuk mendewasakan orang.

Cerita lainnya, ada seseorang berdoa kepada Tuhan agar dijauhkan dari penderitaan dan kenistaan. Namun, Tuhan menolaknya sambil berkata bahwa justru penderitaan itulah yang membuat seseorang menjadi dewasa dan kuat. Penderitaan akan mengajari kita untuk mengerti apa arti kebahagiaan. Sama halnya dengan penyakit yang diderita akan mengajari apa arti kesehatan.

Dua kisah pendek di atas menceritakan tentang perlunya melakukan re-freaming dalam hidup. Taufik Pasiak mengatakan bahwa melakukan re-freaming memungkinkan mata kepala dan mata hati kita terasah dan tajam. Kita bisa melihat hal-hal yang semula tak terlihat. Anda pasti akan bisa bertahan hidup, malah akan semakin kuat, jika anda menyadari bahwa di setiap kejadian ada pelajaran dan hikmah, dan terutama ada makna.

Jika Anda tiba-tiba menjadi miskin dan menderita karena kehilangan harta, maka kelangsungan hidup Anda akan sangat ditentukan oleh seberapa besar Anda melihat dan menemukan arti dari semua kejadian itu.

Demikian halnya ketika Anda dicopot dari sebuah jabatan penting. Keyakinan kita akan adanya makna dari setiap peristiwa tidak saja membuat kita lebih arif. Lebih daripada itu, kita akan makin dewasa, rasional, dan memiliki kepribadian kuat. Banyak sekali contoh manusia-manusia besar yang lahir karena kehebatannya melakukan re-freaming ini.

Tuhan menciptakan sesuatu tanpa kesia-siaan. Artinya, kalau kita pandai mengambil hikmah, tak satu pun kejadian yang tak bermanfaat sebagai pembelajaran. Cara pengelolaan stressor yang positif ada tiga, yang sesungguhnya mirip dengan apa yang dikatakan Taufik Pasiak di atas, yakni dengan rasionalisasi, melakukan curahan hati (curhat) dan pandai mengambil hikmah. Kualitas seseorang sangat menentukan kualitas dari pengelolaan stressor itu.

Persoalannya, lanjut Taufik Pasiak, bersediakah kita melakukan re-freaming itu. Karena menurutnya, banyak sekali orang menolaknya. Mereka seperti mengenakan kacamata kuda yang hanya mampu melihat lurus ke depan. Perspektif mereka satu arah saja. “Jangan heran kalau orang-orang seperti ini gelisah, terasing, mudah bermusuhan, dan egoistik,” ujar Taufik, pakar Neurosaintis ini.

Anda tahu dengan kacamata kuda? Seorang kusir/sais delman (sado) akan memasang kacamata pada kudanya bila sang kuda akan dipakai untuk menarik delman. Tentu kacamata yang dipakaikan pada kudanya bukan semata-mata agar si kuda nampak gagah. Tapi, itu juga ada kepentingan yang jauh lebih penting, yaitu agar si kuda tidak menoleh ke kiri dan ke kanan, dan hanya bisa melihat bagian yang berada di depan kuda. Sehingga, kuda mau berjalan lurus ke depan dan tidak peduli pada kejadian yang terjadi di kiri dan kanan si kuda, yang bisa memengaruhi kuda dalam perjalanan menuju tujuan yang diharapkan si sais.

Tak dapat dimungkiri, dalam kehidupan kita, ada banyak orang yang sejak kecil sudah memakai kacamata kuda. kacamata ini memang sudah dipasang oleh keluarganya (orangtuanya) yang tentunya agar anak ini berjalan lurus ke depan sesuai dengan harapan-harapan orangtua. Hampir dipastikan orang yang sejak masa kanak-kanak memakai kacamata kuda, pola pandangnya hanya mampu melihat sesuatu yang berada di depan matanya. Anak ini tidak pernah bisa melihat sesuatu di sebelah kiri atau kanannya. Dimensi pandangnya menjadi sangat sempit, hingga suatu saat dia melihat kenyataan bahwa dunia ini ternyata bukan hanya apa yang nampak di depannya saja. Dunia ternyata multi dimensi, dan pun dia menjadi terperangah.

Terkadang kita tak menyadari bahwa kita sudah biasa mengenakan kacamata kuda itu, yang seakan sudah menjadi bagian dari diri kita, sehingga tak pernah sedikit pun terbesit untuk mencoba membuka kacamata kuda kita, dan kemudian melihat berbagai aspek dengan cara pandang baru.

Contoh konkretnya adalah saat kita memandang sebuah peristiwa yang menyedihkan kita, yang biasa kita sebut musibah. Musibah adalah sesuatu yang terjadi dari luar diri kita yang tidak kita inginkan. Ada orang yang mendapat musibah, lalu ia menjadikan musibah tersebut sebagai penderitaan. Tapi ada juga yang dengan musibah, tetap bisa merasakan kebahagiaan.

Musibah adalah sesuatu yang memang datang dari luar diri kita. Sedangkan kebahagiaan dan penderitaan adalah sesuatu yang muncul dari dalam diri kita sendiri, subjektif, tergantung bagaimana kita menata perasaan. Tergantung bagaimana kita menyikapi musibah tersebut. Sikap orang dalam menyikapi musibah berbeda-beda. Tergantung dari pemahaman, pengalaman, dan kepasrahan. Pemahaman akan musibah sebagai fase hidup, membuat seseorang dapat menerima musibah apa adanya, tidak berlebihan dalam menentukan sikap maupun pernyataan. Musibah yang dialami dan dipahami sebagai bagian dari ujian atas pilihan hidupnya. Musibah datang, tak lepas dari Kuasa Tuhan.

Bagi orang yang menjadikan hidupnya sebagai pengalaman (baca: hikmah) menganggap musibah yang dialami sebagai sebuah momentum yang memang harus dijalaninya. Mereka yang pandai mengambil hikmah dari setiap momen kehidupannya, tak akan merana dengan datangnya musibah. Bahkan musibah yang dialaminya dianggapnya sebagai ujian dalam menjalin cinta terhadap Tuhannya.

Kata lain dari musibah adalah cobaan. Dan, cobaan tidak identik dengan kesengsaraan, atau sesuatu yang tidak kita inginkan. Cobaan juga bisa berupa “sesuatu yang kita inginkan”, misalnya adalah mendapatkan barang yang sesungguhnya bukan hak kita, padahal kita sangat mengingkannya. Itu adalah cobaan yang kerap kali sulit kita elakkan. Tapi, bagi orang yang memahami bahwa di balik cobaan terdapat hikmah, ia tidak segan-segan meyakinkan dirinya untuk menolak cobaan yang jenis seperti itu. Karena ia meyakini bahwa ada makna di balik ujian tersebut, dan yakin ada balasan yang positif.

Dalam hal ini, orang yang mampu bersikap seperti itu berarti ia tidak memakai kacamata kuda dalam memandang sebuah peristiwa. Ia mampu melihat dari sisi lain, yang sangat positif. Dengan kata lain, ia melakukan re-freaming.

Di bawah ini saya cantumkan sebuah kisah tentang orang yang tidak memakai kacamata kuda dan justru melakukan re-freaming dalam memandang sebuah peristiwa yang tengah dialaminya.

Ada seorang penulis yang mendapatkan kabar mengejutkan dari rumahnya. Sebuah SMS dia terima dari kakaknya, yang mengabarkan bahwa dia mendapat kiriman wesel yang dialamatkan ke rumahnya untuk honor sebuah cerpennya yang telah dimuat--beberapa bulan sebelumnya--di sebuah koran.

Penulis itu terkejut, tidak percaya. Ada tiga alasan yang membuatnya tak percaya. Pertama, sejak ia hijrah ke Jakarta tiga tahun yang lalu, ia tak pernah mendapat wesel atau transfer untuk honor cerpennya yang dimuat di koran tersebut. Sebab, setiap kali ada cerpennya yang dimuat di koran itu, esok harinya atau beberapa hari kemudian ia langsung mengambil ke kantor koran tersebut. Jadi, tak mungkin kalau honor untuk cerpennya dikirimkan oleh bagian keuangan koran itu ke alamat rumah karena honor cerpen-cerpennya sudah ia ambil semua.

Kedua, selama sebelas tahun ia menulis ke beberapa media ia tidak pernah mencantumkan alamat untuk identitasnya dengan memakai alamat rumah di Jawa Tengah melainkan alamat Yogyakarta, karena ia dulu kuliah di Yogyakarta dan setelah ia hijrah ke Jakarta, ia pindahkan ke alamat Jakarta. Jadi, bagaimana mungkin bagian keuangan koran tersebut kemudian mengirimkan wesel untuk honor cerpennya itu ke rumah? Jelas, itu mustahil, pikir penulis itu.

Ketiga, ia mengira kakaknya iseng belaka saat mengirim sms itu, untuk sekadar menyindirnya. Karena pada bulan itu ia memang belum mengirim uang buat ibunya di rumah. Padahal, ia sudah berjanji akan mengirim uang satu juta rupiah untuk menutupi utang-utang ibunya yang harus ia bayar dengan harapan agar utang tersebut bisa segera lunas.

Tetapi ia segera menepis keraguannya itu. Pasalnya, ia yakin kakaknya tak mungkin berbuat jahat untuk sekadar membohonginya. Apalagi, selama ini ia tidak pernah menemui kakaknya berani berhohong, untuk urusan uang yang ia kirim buat ibunya ke rumah.

Ia pun mengambil inisiatif untuk menelepon kakaknya hendak bertanya apa benar dirinya telah mendapat wesel dari koran tersebut? Kakaknya pun menjawab dan meyakinkan bahwa wesel tersebut benar-benar ada, dan malah sedang digenggamnya. Setelah memutuskan telepon dengan kakaknya, ia pun langsung meng-SMS bagian keuangan koran itu, dan menceritakan bahwa ia sudah menerima semua honor cerpennya yang dimuat di koran ini, tapi kenapa tiba-tiba dibayar lagi lewat wesel dan anehnya dikirim ke alamat rumah.

Tak lama kemudian ada SMS balik bahwa honor untuk cerpennya ternyata dikirim ulang. Jadi ia mendapatkan honor ganda untuk sebuah tulisan cerpen. Dengan meminta maaf, orang itu meminta ia untuk mengembalikan honor itu dan ia tidak keberatan untuk mengembalikannya. Maka, ia pun segera mengirim SMS pada kakaknya untuk mengembalikan wesel tersebut.

Sehabis mengirim SMS, ia berpikir kenapa honor untuk cerpen itu bisa dikirim lagi? Kenapa koran itu mengirim honor melalui wesel ke alamat rumah bukan ke alamatnya di Jakarta? Ada apakah di balik kejanggalan wesel yang dikirim ke rumah tersebut? Ia meyakini bahwa honor itu adalah satu ujian dari Tuhan untuk "menguji" kejujurannya. Dan itu terjadi saat ia sedang tidak punya uang padahal sudah terlanjur berjanji pada ibunya untuk mengirim uang.

Tetapi, ia yakin suatu hari nanti Tuhan akan mengganti honor haram itu dengan honor yang halal. Ia juga yakin, Tuhan akan mengganti honor cerpennya itu dengan "honor halal" yang berlipat dan bahkan bisa jadi datangnya juga tak disangka-sangka. Karena, ia tak memiliki keraguan bahwa Tuhan itu Maha Kaya dan Maha Pemurah.

Seminggu kemudian, apa yang ia yakini ternyata menjadi kenyataan. Ia hanya terhenyak kaget saat menjumpai dua tulisannya tiba-tiba muncul di media massa. Lebih aneh lagi, dua tulisannya itu nyaris tidak pernah diprediksi akan dimuat karena memang sudah lama tidak ada kabar.[mid]

* M.Iqbal Dawami adalah alumni pasca sarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Di sela-sela aktivitasnya mengajar di beberapa lembaga pendidikan dan mengabdi di masyarakat, ia juga merintis usahanya dalam bidang penetasan bebek dan budidaya lele. Penulis bisa dihubungi via email: iqbal_dawami@yahoo.com.

PIKIRANMU ADALAH DUKUNMU



Oleh Ade Asep Syarifuddin

TEMAN saya seorang ahli hypnotherapy. Tapi dia tetap berpenampilan alakadarnya, baik pakaian, rumah dan apapun yang dia kenakan. Tidak berpakaian ala dukun dengan wewangian yang menyengat Tapi orang-orang sekitar menyebut dia seorang dukun. Mengapa, karena orang-orang yang datang kepada dia, beberapa bulan kemudian hidupnya mengalami kemajuan. Apakah dagangnya semakin laris, karirnya semakin maju atau bahkan rumahnya semakin bagus.

Kabar tersebut sampai juga kepada seseorang yang cukup jauh. Karena Word of Mouth (WOM) orang tersebut sangat menyakini kesaktian teman saya tadi. Sampailah pada suatu hari ia datang ke teman saya. Sesampainya di dalam ruang tamu yang cukup terbuka, teman saya mulai membuka pembicaraan. "Apa yang bisa saya bantu Pak?" "Begini pak, saya sudah mengenal banyak tentang Bapak dari orang-orang yang saya kenal. Katanya bapak orang yang cukup pinter. Saya ingin dagangan saya laris karena selama ini terlalu banyak saingan. Intinya saya minta jimat," tutur tamu tadi tanpa ragu-ragu mengutarakan maksudnya.

Teman saya termenung sejenak. Entah siapa yang menyebarkan gosip tersebut. Sampai-sampai dirinya seakan-akan diberi gelar dukun di luar sana. "Tapi saya bukan dukun pak. Saya tidak bisa apa-apa. Saya memang banyak membantu orang, tapi tidak dengan cara demikian." Teman saya berkelit dan tidak mau untuk melakukan praktek perdukunan tadi. Tapi si tamu tadi tetap mendesak tidak mau menyerah dengan keyakinannya.

Dengan niat tidak mau mengecewakan tamunya, teman saya pergi ke belakang. Dia mencari kertas dan pulpen. Kertas tadi dipotong dua sebesar dua kali kartu nama. Kedua kertas tadi ditulis sebuah rumus relativitas Einstain E= mc2. Kemudian kertas tadi dibungkus kain putih dan dijahit. Sebelum diserahkan ditaburi minyak misik Arab. "Ini saya kasih rajah, yang satu ditaruh di dompet dan yang satunya dikubur di depan rumah. Insya Allah segala keinginan bisa tercapai. Demikian, dengan harapan tamuanya cepat pergi.

Ketika sampai di rumahnya, orang tadi membayangkan terus menerus segala keinginannya. Dia membayangkan banyak orang yang datang ke tokonya memborong semua barang yang ada. Dia juga membayangkan jumlah tabungannya terus menerus bertambah, dia membayangkan rumahnya menjadi baru dan sangat bagus, dia membayangkan kendaraannya ganti baru. Semua keinginannya dia bayangkan hampir setiap saat tanpa henti dengan gairah yang dalam dan keyakinan yang tinggi.

Tiba-tiba keajaiban terjadi. Dari bulan ke bulan omzet bisnisnya penjualannya terus menerus naik. Ada saja jalannya. Ada yang memesan barang dalam jumlah banyak, ada sekolah yang pesan buku, ada juga tetangga yang hajatan. Hampir setiap orang datang melakukan transaksi jual beli. Sampai-sampai tetangganya pada ngiri. "Wuih dukunnya dari mana ya. Mantap juga."

***

APA sesungguhnya yang terjadi dengan pedagang tadi? Apakah karena dia diberi jimat sehingga dagangannya laris? Atau ada faktor lain yang membuat hidupnya jauh lebih beruntung ketimbang waktu-waktu sebelumnya. Setelah diteliti, orang tersebut dulu pernah memiliki usaha yang besar juga. Tapi karena satu dan lain hal usahanya bangkrut. Satu hal yang hilang dalam dirinya, dia tidak mempunyai keyakinan yang kuat untuk membangunkan dirinya sendiri. Sampai suatu ketika ia meminta jimat dari teman saya tadi.

Apakah ada kaitannya antara jimat dengan keberuntungan? Inilah yang perlu dikupas oleh kita semua supaya kita memahami cara kerja pikiran. Sebelum datang ke teman saya pedagang tadi tidak memiliki keyakinan kuat untuk sukses karena trauma kebangkrutan. Setelah memperoleh jimat dengan serta merta dalam pikirannya muncul keyakinan kuat untuk sukses, citra dirinya menjadi positif, percaya dirinya tinggi, komunikasinya lancar dan visualisasinya positif juga. Jadi dalam hal ini "jimat" adalah pemicu untuk membuka keyakinan.

Artinya apa? Artinya, sesungguhnya yang membuat orang tersebut sukses bukan jimatnya, tapi keyakinannya. Memang jalannya diberi jimat, tapi bukan jimat itu sendiri yang menjadikannya sukses. Kalau demikian, kita bisa sukses tanpa jimat? Betul sekali. Saya punya cerita lain dari seorang Kiyai. Dia Kiyai yang cukup rasional. Tapi yang namanya orang awam, tetap saja meminta petunjuk-petunjuk praktis untuk mencapai keinginan-keinginannya.Suatu hari ada tamu yang datang kepada Kiyai tadi. Tamu tadi mau ziarah ke makam Wali Songo. Dia membeberkan segala keinginannya. Kemudian dia bertanya, "Pak Kiyai, bacaan apa yang bisa mengabulkan segala keinginan saya?" Kiyai tadi dengan enteng menjawab dalam bahasa Jawa, "Baca 'Sebisa bae' (sebisanya saja) pak.

Setelah itu tamu tadi datang ke makam Sunan Gunung Djati di Cirebon. Selama ziarah dia hanya mengcapkan kata-kata "Sebisae bae, sebisae bae, sebisae bae." Entah berapa ribu dia ungkapkan kata-kata 'Sebisae bae' selama ziarah dengan suatu keyakinan yang tinggi. Tiga bulan kemudian terjadi perubahan dalam hidupnya, lebih mujur, lebih makmur dan lebih baik dari sebelumnya. Sebagai ucapan terimakasih, dia datang ke Kiyai tadi. Kiyai tadi bertanya, "Wah hebat ya usahanya maju. Apa wiridannya?" Dengan polos pedagang tadi menjawab, " Saya wiridan 'Sebisae bae" Pak Kiyai. Alhamdulillah mujarab. Saya baca tidak kurang dari 1000 kali sehari setelah pulang ziarah," katanya.

Mendengar ucapan itu Kiyai tadi cukup kaget. Maksud dia bukan kata 'Sebisae bae' yang dijadikan wiridan, tapi bisanya apa. Mau Al Fatihah, Al Ikhlas, Ayat Kursi, tasbih dll. Tanpa mengurangi rasa hormat, Kiyai tadi menambahkan. Kalau mau lebih mantap dan maju usahanya wiridnya harus diganti. "Wirid apa Pak Kiyai, saya akan menjalankan segala perintah," katanya dengan antusias. "Yang dulu tinggalkan, ganti wiridnya dengan Subhanallah, Alhamdulillah, Laailahaillallah, Allahuakbar. Pasti akan lebih afdol.

***

Dua kejadian di atas benar-benar terjadi yang pernah saya dengar. Saya mencoba untuk merenungkan lebih dalam lagi yang intinya, segala keinginan manusia bisa tercapai asalkan kita mempunyai keyakinan. Persoalannya, keyakinan manusia tidak bisa datang dengan sendirinya, harus dipicu oleh sesuatu. Orang awam mungkin dengan jimat, orang beragama mungkin dengan wiridan, shalat sunnah dll. Pertanyaannya, orang yang sukses itu kan bukan hanya orang yang beragama. Orang yang tidak beragama pun bisa sukses juga, walaupun ukuran suksesnya jelas berbeda. Ini artinya, setiap orang sebenarnya memiliki potensi sukses yang luar biasa besar, tergantung bagaimana cara memanfaatkan pikirannya.

Bagi kelompok orang-orang rasional dan taat beragama bisa saja jimat-jimat pemicu keyakinan tadi diganti dengan beberapa ujud lain. Misalnya saja, yang menjalankan puasa sunah Senin-Kamis maka usahanya akan lancar, yang shalatnya khusuk maka akan dimudahkan dalam hidup, yang rajin shalat tahajud maka tidak ada yang bisa menghalangi keinginannya dll.

Tapi intinya harus ada pemicu pikiran di mana kita yakin akan mendapatkan sukses kalau menjalani sesuatu. Di sini dalam pikiran kita muncul hukum sebab akibat. Kalau menjalankan ini maka akan sukses. Keyakinan yang dimunculkan dalam bentuk kalimat, "Kalau menjalankan ini atau mempunyai ini maka akan sukses" itulah sejatinya yang menjadikan seseorang benar-benar sukses. Inilah yang dinamakan --dalam bahasa saya-- Jimat afirmasi, Jimat kata-kata. Setiap orang bisa membuat sesuai dengan tingkat keyakinannya.

Sebenarnya ini termasuk hukum universal, hukum pikiran yang berlaku bagi siapa saja. Siapa yang membayangkan dan menginginkan sesuatu secara sungguh-sungguh, maka yang dibayangkan tadi bisa terwujud. Belakangan populer dengan Hukum Tarik Menarik atau Law of Attraction (LoA). Hukum ini benar-benar menjadi inspirasi bagi semua orang bahwa segala yang terpikir di dalam pikiran kita, apakah sadar atau tidak kita memikirkan hal tersebut, maka yang kita pikirkan tadi bakal terwujud. Menarik bukan?

Walaupun hukum-hukum tersebut yang mempopulerkan adalah orang-orang yang datang dari Barat, pemikir sekuler, sebenarnya di Indonesia pun sudah ada sejak lama. Hanya kemasannya yang agak berbau mistik dan irasional. Padahal kalau kita kejar lebih jauh lagi, maka secara prinsip cara kerjanya tetap sama. Alhasil, dukun kita adalah pikiran dan hati kita sendiri.

Tidak usah jauh-jauh mencari dukun yang sakti. Apapun yang kita inginkan dapat tercapai. Ini berlaku untuk meningkatkan omzet perusahaan, modal bagi para pelaku marketing dalam menjalankan usahanya. Jadi sebelum bertemu orang, milikilah keyakinan akan berhasil dengan cara membayangkan terjadi deal-deal bisnis dengan orang yang kita tuju. Terimakasih. (*)

*) Penulis adalah Pemimpin Redaksi Harian Radar Pekalongan. Bisa dihubungi di asepradar@gmail.com atau di http://hidupbermakna.wordpress.com.

IF YOU WANT TO BE RICH, DON’T GO TO SCHOOL???



Oleh: Fani Kartikasari

“If you want to be rich, don’t go to school!”
“Buat apa sekolah tinggi-tinggi? Yang penting bisa cari duit!”
”Tidak perlu kuliah...duitnya buat bisnis saja!”

Dalam proses penulisan buku pertama saya ”Ingin Cumlaude Harus Smart”, kalimat-kalimat di atas sering ’menyerang’ saya dari berbagai arah. Hampir semua orang saat ini cenderung lebih menyukai topik membangun bisnis secara instan, kiat menjadi kaya dengan mudah, hingga cara memiliki kebebasan finansial. Jadi, apa pentingnya buku ini ditulis? Mengapa orang perlu membaca buku saya? Memangnya apa gunanya kuliah? Apa manfaatnya lulus dengan gelar cumlaude?

Jujur, saya sangat terinspirasi oleh kisah sukses fantastis orang-orang kaya dan terkenal yang memulai usaha dari nol, bahkan tanpa mengenyam pendidikan. Semangat hidup mereka menular kepada jutaan orang, termasuk saya. Teladan hidup mereka menjadi bukti bahwa orang bisa menjadi kaya dan berhasil tanpa harus melalui bangku sekolah. Saya sungguh salut dengan keberhasilan yang mereka capai. Two thumbs up!

Sayangnya, mahasiswa yang malas belajar bisa menginterpretasikan kalimat-kalimat di awal artikel ini secara salah. Karena tidak mau capek-capek belajar dan ogah repot dengan tugas-tugas kuliahnya, mereka menjadikan kalimat-kalimat tersebut sebagai alasan untuk drop out dari sekolah. Mereka mengambil kesimpulan bahwa kuliah hanya akan menghancurkan masa depannya. Sekolah hanya akan membuat orang menjadi miskin. Semua anggapan itu bisa menjadi ’mental block’ yang menghalangi mereka untuk meraih manfaat besar lewat pendidikan di bangku kuliah. Padahal, tidak semua orang bisa mendapat kesempatan untuk menikmati pendidikan tinggi tersebut.

Memang benar, sekolah tinggi tidak bisa menjamin orang menjadi kaya dan sukses. Tapi tanpa sekolah pun tidak bisa menjamin orang pasti kaya dan sukses. Keberhasilan seseorang dalam hidupnya lebih ditentukan oleh ’mindset’ yang dimilikinya.

Nah, mindset seperti apa yang dimaksud?

Pertama-tama, BERSYUKUR. Kita harus bisa mensyukuri apapun kondisi kita saat ini. Bersyukurlah bila kita memperoleh kesempatan melanjutkan sekolah. Bersyukurlah bila kita tidak memperoleh kesempatan itu.

Berikutnya, MANFAATKAN. Kita harus pintar-pintar memanfaatkan kondisi kita saat ini. Artinya, kalau kita belum mendapat kesempatan kuliah, lakukanlah apa yang bisa dilakukan sebaik-baiknya! Kesuksesan memang tidak tergantung pada bangku sekolah.

Sebaliknya, kalau saat ini kesempatan kuliah ada di tangan kita, pergunakan juga sebaik-baiknya! Investasikan waktu untuk membekali diri dengan ilmu dan belajar sebanyak mungkin. Kerjakan dengan sungguh-sungguh, jangan setengah-setengah! Jadilah yang terbaik! Jadilah ”mahasiswa plus”, yang tidak hanya pintar secara teori tapi selangkah lebih maju: belajar cari duit, belajar mengelola finansial, belajar bersosialisasi, dst.

Sama seperti bentuk investasi lain, mungkin waktu yang diinvestasikan untuk ilmu tidak secepat kilat langsung terasa manfaatnya. Waktu pulalah yang akan berbicara mengenai pentingnya ilmu bagi masing-masing individu. Ilmu memang tidak hanya didapat lewat bangku sekolah. Proses belajar berlangsung setiap hari, di mana saja, seumur hidup kita. Dan pembelajaran formal adalah suatu kesempatan yang sayang untuk disia-siakan![fk]

* Fani Kartikasari adalah penulis buku ”Ingin Cumlaude Harus Smart”. Ia dapat dihubungi melalui website: www.FaniKartikasari.com.

AYAT-AYAT SEMUT (5 PELAJARAN BERMAKNA DARI SEMUT)

-
Oleh: Ahmad Arwani R

Tahukah anda, siapa makhluk tuhan yang paling perkasa di dunia ini? Yang kuat mengangkat beban 10 kali lipat dibanding berat tubuhnya sendiri?

Terpikirkah oleh kita semua, siapakah makhluk di dunia ini yang paling sosial, solider, kompak dan rela mengorbankan nyawanya untuk kehidupan kaumnya?

Jawabannya hanya satu dialah semut. Mungkin sebagian dari kita terperangah karena tidak menyadarinya. Size doesn’t matter, demikian orang bule berbicara.

Mungkin sebelum ini jika kita membicarakan semut mungkin saja kita hanya teringat nyanyian anak-anak masa lalu “semut-semut kecil” yang sempat melegenda, atau mungkin saja kita tiba-tiba teringat di rumah yang banyak direpotkan oleh si kecil ini. Nah, sebenarnya semut memiliki hal-hal yang luar biasa untuk kita ambil hikmahnya.

Sebagai makhluk tuhan yang paling padat populasinya, dimana setiap 700 juta semut muncul didunia ini hanya terdapat 40 kelahiran manusia, dan dengan ukurannya yang sangat kecil ternyata merupakan makhluk yang luar biasa, sehingga diabadikan sebagai salah satu surat dalam Al-Qur’an. Tepatnya sebagai surat ke 27 disebut surat An-Naml.

Saking mulianya makhluk ini, pernah suatu waktu Raja Daud berpesan kepada puteranya,” Anakku jika engkau nanti menjadi seorang raja yang akan memimpin bangsamu, ajaklah rakyatmu belajar dari para semut." Bahkan Muhammad SAW tokoh terbesar dalam sejarah peradaban manusia mengapresiasikan kekagumannya dalam sabdanya : “Belajarlah dari semut, kesabaran, pengorbanan dan fidaa’.”

Ternyata dalam tubuhnya yang sangat kecil banyak hal yang bisa kita pelajari. Marilah kita belajar dari kearifan dan kegeniusan semut.

- Tekad Pantang Menyerah

Lihatlah gerak-gerik semut dalam kesehariannya. Cobalah halangi laju jalannya dengan batu misalnya. Akankah dia berhenti dan pulang begitu saja? Tentu tidak, dia akan tetap berusaha mungkin mendaki batu tersebut atau berputar mencari jalan sendiri.

Konsep “winner never quit and quitter never win” benar-benar diterapkan. Tidak pernah kita melihat putus asa saat kita halang-halangi jalannya. Bahkan dia siap bertempur hingga tetes darah penghabisan guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Semut adalah tipe pekerja, yang tiada kenal lelah bekerja mengumpulkan makanan sebagai bekal pada musim dingin. Tidak pernah sekalipun dia mangkir dari pekerjaan walaupun tidak ada satu semut yang mensupervisinya. Semua sadar, bahwa mereka harus bekerja dengan keras untuk kepentingan bersama.

- Loyalitas dan Pengorbanan

Semut adalah makhluk yang sangat solider, setia kawan dan bersedia berkorban untuk kaumnya. Mari kita tengok jika suatu saat dalam perjalanan mereka pada saat mengumpulkan makan terhalang oleh air. Dan sudah tidak ada jalan alternatif lain guna mencapai titik tujuan, maka dengan serta merta sebagian dari mereka langsung tanpa dikomandoi membuat barisan jembatan hingga teman-temannya bisa menyeberang melewati tubuh mereka walaupun dengan resiko kehilangan nyawanya sendiri dan tenggelam. Mereka dengan sadar dan penuh keikhlasan mengorbankan diri mereka untuk kepentingan yang lebih besar yaitu kepentingan umatnya.

Bahkan dilain hal, Semut-semut juga saling melindungi satu sama lain. tidak ingin makhluk lain di luar memasuki sarang mereka, karena ia akan mengancam keselamatan mereka semua. Mereka tidak akan ragu-ragu untuk mebuat kegaduhan dan bersiap berperanguntuk melindungi sarang dan sahabat-sahabat mereka

- Organisasi yang solid

Semut memiliki sistem organisasi yang bagus dan tangguh. Organisasinya lengkap, ada pimpinan, prajurit, pekerja. Setiap semut mempunyai tugas masing-masing yang harus dilaksanakan dengan baik dan dengan penuh tanggung jawab. Ratu mempunyai peran menetaskan telur dan pembantunya memperhatikan setelah rumahnya dan membawa pesannya untuk mengistirahatkan tentaranya. Semut penjaga bertugas untuk melindungi sarang dari musuh dan mencari sarang yang baru. Sedangkan Semut pekerja adalah semut yang mandul yang bertugas membersihkan sarang, melayani ratu dan mencari makanan. Semua sudah ada tugas masing-masing, dan tidak pernah ada saling sikut dan menjatuhkan satu sama lain hanya untuk mendapat pujian dari sang ratu. Semua berjalan sesuai tugas dan jobdesknya.

- Perencanaan yang baik

Semut adalah binatang yang sangat bijaksana dan mampu mengendalikan diri. Mereka menyadari bahwa untuk segala sesuatu ada waktunya. Mereka menyadari ada kalanya harus bekerja keras untuk mengumpulkan makanan dan ada waktunya untuk beristirahat. Ketika masa untuk bekerja datang, mereka akan menggunakannya untuk mengumpulkan bekal makanan. Karena mereka sadar ketika musim dingin tiba, mereka akan dapat beristirahat di dalam sarangnya yang hangat, dan penuh berkecukupan makanan.

Semut sangat jeli mengatur kepentingan dan kebutuhan mereka sendiri. Pernah sebagai utusan Tuhan, Sulaiman yang diberi kelebihan untuk berkomunikasi dengan semut melakukan “eksperimen” dengan meletakkan seekor semut dalam sebuah botol dan memintanya berapa banyak makanan yang dibutuhkan untuk bertahan. Si semut menjawab dua butir, maka dia memberikan dua butir, setelah satu tahun semut hanya memakan satu butir.

Sulaiman bertanya kepadanya mengapa tidak menghabiskan semua makanan tersebut? Semut menjawab, ketika dia berjalan karena Allah, dia mengetahui bahwa Allah tidak akan melupakannya, tetapi ketika Sulaiman memberikan makanan, dia mengetahui bahwa dia adalah manusia dan mungkin lupa – maka dia memakan satu butir dan meninggalkan yang lainnya untuk tahun berikutnya.

- Kerjasama team yang rapi

Semut tidak pernah bekerja untuk dirinya sendiri, mereka bekerja untuk tim. Kalau mendapatkan makanan yang ukurannya cocok bagi tubuhnya, biasanya semut membawanya sendirian. Kalau ukuran makanan terlalu besar atau kalau semut menemukan beberapa gundukan kecil makanan di suatu daerah, mereka mengeluarkan hormon beracun untuk mencegah semut lain agar tidak menghampiri daerahnya. Kemudian, mereka memanggil para pekerja lain, besar maupun kecil, untuk bersama-sama mengangkut makanan.

Dalam kehidupannya, semut juga mengenal pembagian tugas yang sangat sempurna. Semut besar memotong-motong makanan dan menjaganya dari hewan-hewan asing, sementara semut kecil membawa pulang makanan.

Berdasarkan pengamatan, ditemukan bahwa jika semut bekerja sama, mereka dapat mengangkat beban seberat 5000 kali berat yang dapat diangkat seekor semut pekerja. Seratus ekor semut dapat membawa seekor cacing besar di atas tanah dan bergerak dengan kecepatan 0,4 cm per detik.

Akankah kita kalah dari semut? Belajarlah dari mereka untuk mencapai kesuksesan hidup.

* Ahmad Arwani R lahir di Semarang pada 1 Juni 1977. Ia tinggal di Kompleks Mutiara Elok Blok B-16 Kreo Selatan, Ciledug, Tangerang, Banten

PILIH GINCU ATAU APEL?



Oleh: Victor Asih

Beli Gincu dapat Apel ? Apakah merupakan sebuah musibah atau anugerah ? Simak kisah nyata yang pernah saya alami dan petik manfaatnya sebagai tambahan motivitamin bagi kehidupan anda.

Sekitar 4 tahun yang lalu saya membeli sebuah pohon mangga cangkokan dengan harga yang cukup tinggi. Saya menanamnya ditengah halaman depan rumah saya. Saya membeli pohon mangga jenis Gedong Gincu asal Indramayu yang terkenal dengan rasa manisnya yang khas dan warnanya yang merah mencolok seperti gincu atau pemerah bibir (lipstick). Mangga jenis ini harganya relatif paling mahal dibandingkan dengan jenis mangga lokal lainnya, bisa mencapai Rp. 25.000 sampai 40.000,- per kilogramnya.

Saya menanamnya dengan suatu harapan nanti setiap tahun dapat menikmati panen buah mangga gedong gincu yang menjadi mangga favorit saya. Saya menyadari bahwa buah mangga yang diperoleh dari pohon yang saya tanam sendiri akan terasa lebih nikmat daripada mangga yang saya beli di pasar.

Pada bulan-bulan pertama pohon ini tumbuh subur tetapi tidak berbuah, hanya berdaun sangat lebat. Teman-teman dan saudara-saudara saya saat berkunjung ke rumah saya melihat pohon itu dan berkomentar bahwa pohon itu tidak akan berbuah. Mereka juga bercerita bahwa mereka telah sering membeli pohon mangga cangkokan walau pun telah berbuah saat di beli tetapi tidak pernah berbuah lagi setelah ditanam di rumah. Hanya berdaun lebat saja sampai bertahun-tahun. “Sebaiknya ditebang saja, diganti pohon lain yang mudah berbuah”, kata mereka.

Setelah ditunggu dengan kesabaran selama setahun, ternyata pohon itu mulai berbunga dan berbuah. Saya merasa sangat berbahagia dan mulai timbul suatu harapan.

Tetapi kemudian saya merasa sangat kecewa setelah mengetahui bahwa saya telah dibohongi oleh penjual pohon mangga. Ternyata pohon yang telah saya tanam bukan pohon mangga Gedong Gincu, tetapi pohon mangga Gedong Apel yang buahnya berbentuk bulat seperti buah Apel. Mangga Gedong Apel ini memang mirip seperti mangga Gedong Gincu. Yang membedakan adalah rasa buahnya yang masam kecut, serat buahnya yang lebih halus, dan bentuknya lebih bulat seperti buah apel. Pupus sudah harapan saya memiliki pohon mangga Gedong Gincu. Perasaan sangat kesal dan kecewa timbul dalam hati saya.

Ingin rasanya saya marah-marah dan memaki-maki penjual pohon mangga yang sekarang entah berada di mana. Mengingat saya telah selama setahun merawat pohon mangga tersebut dengan penuh perhatian, memberinya pupuk, menyiraminya, dengan harapan memiliki pohon berbuah mangga Gedong Gincu yang menjadi buah favorit saya.

Sempat terpikir untuk menebang pohon itu dan menggantinya dengan pohon buah yang lain. Tetapi kemudian saya berpikir bahwa hal ini terjadi bukan karena kesalahan pohon mangga tersebut. Dia juga makhluk hidup yang ingin tumbuh dan berkembang. Kasihan kalau ditebang.

Mungkin sebagian akan orang berpikir, “Pohon mangga saja kok dikasihani ?”. Tetapi itulah diri saya, senang mengasihi, termasuk kepada binatang mau pun tanaman. Apakah mungkin karena saya diberi nama Victor Asih, ya ? “Nama yang agak aneh”, kata beberapa orang yang bingung menebak apakah ini adalah nama pria atau wanita. Mungkin harapan orang tua saya, yang memberi nama itu, adalah supaya kelak saya menjadi orang yang penuh welas asih terhadap semua makhluk hidup ?

Anyway, akhirnya saya memutuskan untuk membiarkan pohon mangga itu tetap tumbuh subur di tengah halaman depan rumah. Saya juga tetap merawatnya dengan baik. Saya tetap memberinya pupuk, menyiraminya, dan terkadang menyiraminya dengan sisa air minum susu yang tidak dihabiskan oleh putri kecil saya yang cantik dan lucu.

Akhirnya saya hanya menikmati indahnya buah-buah mangga Gedong Apel yang berwarna merah mencolok seperti gincu dan berbentuk seperti apel bergelantungan di pohon. Begitu indah dilihat, bisa meredakan stress dan terlihat menggiurkan untuk dipetik dan disantap. Tetapi buah tersebut tidak pernah saya petik, karena saya pernah merasakan masam kecutnya mangga masak yang saya petik. Untuk dibuat rujak pun rasanya masih terlalu masam.

Sampai pada suatu saat, buah-buah mangga Gedong Apel itu berjatuhan sendiri karena sudah terlalu matang di pohon. Saya mengambil buah-buah mangga yang berjatuhan dan menyimpannya di lemari pendingin. Buah mangga itu saya berikan pada siapa pun yang mau menerimanya.

Suatu saat saya terkejut pada saat mengetahui bahwa orang-orang yang memakan buah mangga tersebut berkata bahwa mangganya sangat manis sekali dan begitu enak sekali rasanya. Rasanya sangat unik dan lezat. Saya lalu merasa penasaran mencobanya sendiri. Ternyata memang benar! Rasanya sangat manis lezat, jauh lebih enak daripada mangga Gedong Gincu yang biasa saya makan.

Tetapi anehnya, kalau buah mangga yang dipetik sewaktu masih bergelantungan di pohon terasa masam kecut walau pun sudah masak kuning kemerahan. Tetapi kalau buah mangga yang terjatuh sendiri karena terlalu masak di pohon terasa sangat manis dan lembut daging buahnya.

Sekarang saya menunggu buah mangga terjatuh dengan sendirinya untuk dapat menyantap buah mangga yang lezat dari pohon itu. Untungnya, pohon itu berbuah lebat, sehingga saya tidak harus menunggu lama pasti selalu ada yang terjatuh karena telah terlalu masak.

Sekarang pohon itu membuat halaman rumah saya semakin teduh. Dia berbuah lebat walau pohonnya tidak besar dan tingginya pun hanya sekitar 3 meter saja. Tiap saat selalu berbunga dan berbuah terus menerus sepanjang tahun tidak mengenal musim.

Melalui jendela ruang kerja saya, saya bisa merasakan keteduhan menatap pohon mangga sambil mengetik artikel ini di komputer notebook saya. Buah-buah mangga cantik yang bergantungan merupakan pemandangan indah yang menyenangkan hati saya. Saya bersyukur karena dahulu saya tidak menebang pohon mangga tersebut pada saat saya merasa kecewa dengan buahnya.

Saya mengambil suatu pelajaran berharga dari apa yang telah saya alami, bahwa “Semua akan menjadi indah tepat pada waktunya jika kita selalu berusaha memberi yg terbaik”. Seperti buah mangga Gedong Apel tadi yang menjadi sangat manis dan lezat tepat pada waktunya setelah menjadi masak dan terjatuh dari pohonnya.

Mungkin saja saat ini anda sedang mengalami persoalan hidup yang membuat anda kecewa dan sakit hati karena tidak sesuai dengan harapan anda. Tetapi tetaplah berusaha memberikan yang terbaik dan jangan melihat hasil saat ini, maka semua akan menjadi indah tepat pada waktunya. Semua bisa berubah. Apa yang kita tabur akan kita tuai. Apa yang telah kita “tanam” tidak akan menjadi sia-sia asalkan kita mau bertekun dalam memberi yang terbaik.

[Victor Asih, Founder Sekolah Bisnis Gratis USB, Mentor, Entrepreneur, Inspirator, Motivator, Software Engineer, Information Technology Consultant, Kolumnis, Penulis Buku Unik Bestseller “8 Langkah Ajaib Menuju ke Langit”]. Penulis bisa dihubungi melalui email victorasih@yahoo.co.id atau website www.usbschool.com atau blog usbschool.blogspot.com

SEDIKIT ADALAH BANYAK

Oleh: Berny Gomulya

To say more, is to say less.
Harlan Ellison

Less is only more where more is no good.
Frank Lloyd Wright

Saya berhenti dan berpikir sejenak ketika saya membaca iklan sebuah merek rokok di billboard yang berada di perempatan jalan. Iklan tersebut berbunyi “Talk less, Do more (Sedikit bicara, banyak kerja).” Rasa penasaran membuat saya setiba di rumah membuka laptop dan mulai mencari tahu mengenai iklan tersebut di internet. Entah benar atau tidak, katanya iklan tersebut terilhami oleh sebuah band yang akan tampil di panggung. Para penonton menyambutnya dengan antusias dan histeris. Sang Vokalis kemudian menyapa penonton, makin histerislah penonton. Anggota band yang lain sudah siap tapi Sang Vokalis masih saja berbicara. Penonton kemudian berubah sebal, tak lagi antusias, karena kebanyakan bicara. Kemudian muncul teriakan oleh salah seorang penonton: Talk Less, Do More.

Tag line iklan rokok diatas mengingatkan saya dengan buku best seller yang ditulis oleh Jason Jennings, Less is More. Didalam bukunya, Jennings memaparkan bagaimana perusahaan-perusahaan yang luar biasa, menggunakan produktivitas sebagai sebuah keunggulan dalam bisnis. Dia melakukan riset ke sejumlah perusahaan yang paling produktif di dunia, dan dia mencari tau hal-hal apa yang membuat mereka sangat produktif. Dia menemukan beberapa keunggulan yang menjadi benang merah dari perusahan-perusahaan produktif tersebut, yaitu setiap orang fokus untuk menyelesaikan pekerjaan mereka, merampingkan semua bidang, pemetaan setiap proses, menghilangkan pemborosan, membangun kultur perusahaan, dan memastikan setiap orang menuju pada arah yang sama. Less is More lebih dari sekedar ide, dia adalah sebuah alat yang dapat mengubah cara Anda melakukan bisnis, demikian kata Jason Jennings.

Tahukah Anda dari mana asal kalimat Less in More? Ternyata kalimat itu disebutkan pertama kali oleh seorang pelukis bernama Andrea del Sarto yang hidup pada tahun 1486-1531. Dia menyebut kalimat tersebut untuk menggambarkan istrinya yang cantik.

Less is More juga dikenal dalam dunia desain rumah minimalis. Desain rumah akhir-akhir ini mengalami perkembangan yang sangat cepat. Anda bisa mendapati berbagai jenis desain rumah yang berkembang di masyarakat dewasa ini, antara lain desain rumah minimalis, modern, mediterania, klasik dan sebagainya. Biasanya kalangan yang tertarik untuk menggunakan gaya minimalis adalah dari mereka yang masih berjiwa muda. Para eksekutif muda menyukai gaya minimalis, karena gaya yang ini dipandang praktis dan dapat mewakili gaya hidup modern mereka.

Sebenarnya, gaya minimalis bukanlah sebuah gaya arsitektur saja, namun dibalik itu, gaya ini memiliki jawaban atas tantangan jaman yaitu mendapatkan hasil maksimal dari sesuatu yang minimal. Gaya minimalis pada intinya merupakan suatu jawaban atas keadaan yang dicetuskan oleh orang-orang yang menganut paham minimalisme sebagai protes atas keadaan masyarakat yang tidak menghargai sumber daya alam dengan mengeksploitasi habis-habisan sumber daya alam untuk hal-hal yang tidak perlu dalam kehidupan sehari-hari. Gerakan minimalisme ini merupakan gerakan back to basic atau kembali kepada kesederhanaan, konon gerakan ini timbul di Amerika yang merupakan suatu hal yang dapat dianggap positif dari suatu gerakan jaman modern.

Bicara mengenai minimalis, saya langsung teringat dengan semut yang ukurannya sangat minimalis. Tapi dibalik ukuran minimalisnya, semut mempunyai lima filosofi yang luar biasa. Pertama, semut tidak pernah menyerah. Bila Anda menghalang-halangi dan berusaha menghentikan langkah mereka, mereka selalu akan mencari jalan lain. Mereka akan memanjat ke atas, menerobos ke bawah atau mengelilinginya. Mereka terus mencari jalan keluar. Suatu filosofi yang bagus, bukan? Jangan sekali-kali menyerah untuk menemukan jalan menuju tujuan Anda.

Kedua, semut menganggap semua musim panas sebagai musim dingin. Ini adalah cara pandang yang penting. Anda tidak boleh menjadi begitu naif dengan menganggap musim panas akan berlangsung sepanjang waktu. Semut-semut mengumpulkan makanan musim dingin mereka di pertengahan musim panas. Sebuah kisah kuno mengajarkan, "Jangan mendirikan rumahmu di atas pasir di musim panas." Mengapa kita membutuhkan nasehat tersebut? Karena sangat penting bagi kita untuk bersikap realitis. Di musim panas Anda harus memikirkan tentang halilintar. Anda seharusnya memikirkan badai sewaktu Anda menikmati pasir dan sinar matahari. Berpikirlah ke depan.

Ke tiga, semut menganggap semua musim dingin sebagai musim panas. Ini juga penting. Selama musim dingin, semut mengingatkan dirinya sendiri, "Musim dingin takkan berlangsung selamanya. Segera kita akan melalui masa sulit ini." Maka ketika hari pertama musim semi tiba, semut-semut keluar dari sarangnya. Dan bila cuaca kembali dingin, mereka masuk lagi ke dalam liangnya. Lalu, ketika hari pertama musim panas tiba, mereka segera keluar dari sarangnya. Mereka tak dapat menunggu untuk keluar dari sarang mereka.

Ke empat, seberapa banyak semut akan mengumpulkan makanan mereka di musim panas untuk persiapan musim dingin mereka? Semampu mereka! Filosofi yang luar biasa, filosofi "semampu mereka". Artinya semut akan berusaha dengan segenap usaha dan tenaga do their best mengumpulkan makanannya.

Terakhir, ke lima, semut itu mengumpulkan makanannya sedikit demi sedikit, tetapi lama-kelamaan menjadi banyak. Ya, sedikit adalah banyak.

Tips meningkatkan produktivitas Anda: 1. Hilangkan hal-hal yang dapat mengakibatkan terjadinya pemborosan.
2. Terus berjuang untuk menemukan jalan menuju tujuan Anda.
3. Berpikirlah ke masa depan.
4. Fokus terhadap hal yang Anda lakukan.

Berny Gomulya adalah seorang penulis, pembicara seminar profesional, pelatih personal dan perusahaan dalam bidang productivity dan management system. Ia mendapatkan pengakuan tertinggi dari dunia otomotif internasional sebagai salah satu dari hanya delapan orang Indonesia sebagai Auditor TS 16949:2002 International Automotive Task Force (IATF). Setelah lulus sebagai Sarjana Elektro dan Magister Manajemen dari Universitas Indonesia, dia bekerja di PT Astra International Tbk dan Productivity Standard Board (PSB) di Singapore. Kini, Berny mendirikan sebuah lembaga di bidang personal productivity, organization productivity, dan management system. Berny dapat dihubungi melalui email ke bernygomulya@yahoo.com

FOKUS PADA MASA SEKARANG

Oleh: Agustinus Prasetyo

Yesterday is a history
Today is a gift
Tomorrow is mistery
(Kung Fu Panda)

Anak kecil adalah contoh yang baik bagaimana menikmati masa sekarang. Buatlah janji membelikan mainan maka anak itu akan menuntut mainan tersebut ada segera. Juga kita sering terheran-heran karena anak kita yang kemarin berkelahi dengan temannya sekarang sudah bermain bersama lagi. Tadi pagi anak saya yang berumur 5 tahun tertarik untuk melihat isi lemari yang tingginya dua kali badannya. Alih-alih menunggu dua atau tiga tahun lagi saat badannys sudah tinggi, ia berlari ke kamar untuk mendorong kursi kayu yang jauhnya sekitar lima meter dan dengan naik kursi kayu tersebut anak saya dapat melihat isi lemari bagian atas.

Saat reuni, saya bertemu dengan teman lama yang delapan tahun yang lalu bergulat dengan maut melawan kanker getah bening. Sekarang teman saya sudah sembuh namun ada sesuatu yang hilang.. Seolah-olah ia berusaha melupakan kenyataan dengan menenggelamkan diri pada kesibukan pekerjaannya.

Sebaliknya ayah saya walaupun tidak pernah sembuh dari kanker prostat, bahkan meninggal setelah berjuang 3 tahun, namun sampai akhir hayatnya tidak pernah mengeluh akan penyakitnya dan selalu berusaha menolong orang lain yang membutuhkan dengan tindakan sederhana misalnya membantu membayarkan rekening air tetangga, yang rumahnya kosong karena ditinggal bekerja, pada kolektor PDAM atau memberi tumpangan kendaraan pulang pada ibu-ibu setelah persekutuan doa.

Hidup pada masa sekarang, bukan masa lalu atau masa depan, digambarkan dengan baik sekali oleh Anthony de Mello, SJ, Jalan Menuju Tuhan, Kanisius,1996, dengan analogi mengupas jeruk. Saat kita mengupas jeruk untuk dimakan mungkin pikiran kita tertuju hanya pada memakan jeruk itu. Para pembaca tahu apa yang terjadi ? Saat kita mengupas jeruk, kita tidak berada disana karena pikiran kita sudah berlari ke masa depan yaitu memakan jeruk dan saat kita makan jeruk mungkin kita tidak makan jeruk karena mungkin pikiran kita sudah berlari lagi ke masa depan misal mau beli jeruk lagi besok atau ke masa lalu karena kita mengingat keberhasilan kita untuk menawar jeruk ini tadi. Para pembaca mungkin terkejut karena ternyata waktu yang kita habiskan untuk masa sekarang demikian sedikit.

Bersyukur adalah salah satu cara untuk menghadirkan saat sekarang pada masa sekarang. Saat pagi hiruplah napas dalam-dalam dan ucapkan “Udara segar. Terima kasih Tuhan.“

Selamat mencoba dan menikmati hidup masa sekarang.

BE BETTER EVERYDAY

Agustinus Prasetyo adalah karyawan.Saat ini sedang belajar menuliskan hikmah dari peristiwa sehari-hari. Dapat dihubungi di agusprasetyo86@yahoo.com

MEMENANGKAN PERJUANGAN HIDUP




“Life is struggle. The one who enjoys this struggle is the real winner. – Hidup adalah perjuangan. Siapapun yang menikmati perjuangan tersebut adalah pemenang sejati.”
Anupama Kamble Pada bulan November 2007, saya kembali mengunjungi kota Banda Aceh untuk meresmikan kantor cabang yang baru dan menyelenggarakan kegiatan sosial pada sebuah yayasan anak yatim piatu. Saat berjalan-jalan di kota tersebut, saya teringat kedahsyatan tsunami meluluh lantakkan semuanya, termasuk korban jiwa lebih dari 200 ribu. Kedahsyatan kekuatan tsunami nampak jelas dari kapal PLN seberat 2600 ton yang terseret sepanjang 7 kilo meter ke tengah kota dan menindih lebih dari 30 orang.

Saat itu empati masyarakat di Indonesia maupun manca negara sangat besar untuk membantu korban bencana. Semua orang peduli dan ingin menolong, tanpa membedakan ras, agama, warna kulit, dan latar belakang, dan lain sebagainya. Saya dapat merasakan begitu besar kepedulian dan cinta kasih masyarakat negri ini kepada orang lain.

Walaupun masyarakat belum sepenuhnya terlepas dari trauma pasca bencana, saya meilhat masyarakat disana sudah bangkit. Banyak proyek pembangunan dilaksanakan. Diantaranya adalah proyek pembangunan Perkampungan Persahabatan Tiongkok – Indonesia, berupa 765 rumah sederhana bantuan dari Tiongkok yang berlokasi di atas bukit. Kegiatan ekonomi disana melaju cepat, bahkan jalanan di Banda Aceh mulai macet.

Saya terpana menyaksikan kemajuan Aceh yang sangat pesat tersebut. Saya kagum pada ketangguhan mental masyarakat menghadapi tantangan hidup sedahsyat tsunami Desember 2004. Itulah salah satu ‘badai’ yang menjadi bagian tak terpisahkan dari perjuangan hidup manusia. Tetapi sebenarnya manusia juga mempunyai potensi yang super hebat untuk memenangkan perjuangan hidup tersebut dengan berbagai cara.

Salah satu cara memenangkan perjuangan hidup adalah memperkuat mental, dengan menjadikan tantangan hidup sebagai latihan mental. Semakin tinggi kesulitan hidup yang berhasil kita lewati, maka mental kita juga semakin kuat. “Problems are to the mind is what exercise to the muscles, they toughen and make strong. – Masalah-masalah merupakan latihan otot-otot pikiran agar mereka menjadi lebih kuat,” Norman Vincent Peale. Mental yang kuat lebih dapat diandalkan untuk memenangkan perjuangan hidup.

Memiliki visi yang benar dan jelas sangatlah penting untuk memenangkan perjuangan hidup. Banyak orang tidak berhasil menggunakan potensi yang sangat besar dalam dirinya, karena mereka mengabaikan visi atau impian. Sebaliknya, semangat kita untuk bangkit dan maju akan jauh lebih besar setelah mempunyai visi yang benar dan jelas.

Dalam setiap medan perjuangan, kemenangan hanya dapat diperoleh jika kita mempunyai peta kemenangan berdasarkan visi yang jelas. Perencanaan tersebut akan sangat membantu memperhitungkan setiap tindakan yang akan ditempuh. Jika kita konsisten melaksanakan rencana tersebut pasti kita berhasil menjadi pemenang dengan prestasi-prestasi atau karya-karya terbaik.

Keyakinan yang kuat adalah bagian penting lainnya setelah menciptakan visi. Karena keyakinan yang kuat dapat meraih kemenangan akan membuat seseorang mampu memetik pelajaran berharga dan bertindak lebih hati-hati, ketika harus berhadapan dengan kegagalan. Cara seperti ini memperbesar kemungkinan kemenangan segera tercapai.

Keyakinan juga sangat penting untuk membantu kita berpikir jernih dan positif. Misalnya kita tidak meratapi kekurangan atau sombong dengan kelebihan. Sebaliknya, kita menjadikan kekurangan maupun kelebihan tersebut sebagai motivasi untuk meningkatkan kualitas diri dan bekerja lebih giat agar segera memenangkan perjuangan hidup.

Entah apa visi rakyat di Aceh sehingga mereka begitu optimis, karena saya melihat mereka tidak berlama-lama meratapi kemalangan dan kepedihan akibat tsunami. Sebagian besar masyarakat sudah aktif membangun kehidupan mereka kembali. Ini nampak dari antusiasme mereka mengerjakan masing-masing peran dan tanggung jawab.

Selain kerja keras, kita juga perlu bekerja cerdas dan ikhlas. Sementara itu dibutuhkan pula landasan keimanan dan kejujuran. Etos kerja semacam itu merupakan salah satu cara jitu memenangkan perjuangan hidup.

Guna memenangkan perjuangan hidup dibutuhkan pula empati atau kepedulian terhadap manusia lain maupun lingkungan. NAD dan Sumatra Utara terpuruk akibat bencana alam, dan saat itu banyak orang berduyun-duyun memberikan pertolongan dalam aneka rupa bentuk. Perlahan-lahan masyarakat korban bencana bangkit, dan semua itu tak lepas dari dukungan dari orang lain. Begitupun empati kita terhadap orang lain akan mempererat hubungan sosial sehingga saling mensinergi satu sama lain diantara kita untuk meraih kemenangan bersama.

Layaknya pertandingan, memenangkan perjuangan hidup butuh persiapan, yaitu melakukan perubahan positif sedari sekarang. Misalnya menggunakan waktu lebih efektif, sehingga masih tersisa beberapa jam untuk berlatih meningkatkan kemampuan dan memperluas wawasan dengan ilmu pengetahuan. Berbenah diri terus menerus, sekalipun dalam skala kecil, merupakan salah satu cara penyempurnaan agar menang melawan tantangan hidup.

Sangat banyak yang bisa kita lakukan untuk memenangkan perjuangan hidup. Kemajuan, kesejahteraan dan kebahagiaan adalah satu hal yang pasti kita dapatkan jika berhasil. Kemajuan pesat di Aceh adalah salah satu contohnya, maka pastikan Anda ada di urutan berikutnya. Jadi tetaplah bersemangat dan menikmati perjuangan hidup Anda.

*Andrew Ho adalah seorang pengusaha, motivator, dan penulis buku-buku best seller.Kunjungi websitenya di : www.andrewho-uol.com

[Pembelajar.Com::]

toko-delta.blogspot.com

Archives

Postingan Populer

linkwithin

Related Posts with Thumbnails

Total Tayangan Halaman

Diberdayakan oleh Blogger.