Ketika semua orang ditanya apa sebenarnya tujuan hidup ini, maka beragam jawaban akan muncul. Dari alasan yang paling simpel hingga yang paling njelimet akan kita temukan di sini. Ada yang menjawab ingin kaya, ingin sukses, ingin menjadi orang yang berguna, selamat dunia akhirat dan masih banyak lagi. Ujung-ujungnya motif jawaban dari semua orang tersebut jika kita tarik benang merah hanya satu yaitu ingin bahagia. Saat orang menjawab ingin kaya mereka beranggapan dengan menjadi kaya pastilah akan tercapai kebahagiaan. Saat orang menjawab ingin kaya mereka berpikir dengan menjadi orang kaya maka pasti bahagia akan datang sendirinya. Apakah itu semua benar?
Anda pernah mendengar atau membaca mengenai Jesse Lauriston Livermore?
Terlahir di Maaschusets Dikenal sebagai salah satu tokoh besar dalam sejarah penjualan saham di Amreika. Bearwal lari dari rumah karena tidak setuju pilihan orangtuanya untuk berkarir sebagai petani, dia kemudian memulia bisnis di bidang saham saat masih belia. Pada usia 15 tahun dia berhasil mendapatkan profit 1.000 dollar AS (atatu setara dengan 20.000 dollar saat ini). Bayangkan betapa luar biasanya dia. Saat pasar sedang hancur tahun 1907 dan 1929 dia berhasil mendapatkan profit 3 juta dollar dan 100 juta dollar. Luar biasa. Tapi tahukah anda bagaimana dia mengakhiri hidup? Dia meninggal dengan bunuh diri menggunakan sebuah pistol yang diarahkan ke telinganya. Dalam sebuah surat terakhir sebelum dia memutuskan bunuh diri, dia menulis bahwa dirinya sudah tidak sanggup lagi untuk berjuang, tidak pantas dicintai dan gagal.
Apakah pilihan seperti ini yang anda ingin ciptakan? Apakah benar ini yang kita cari? Tentu tidak jawabnya.
Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna. Namun apakah kita semua menyadarinya dan dengan penuh kesadaran bertindak dengan tepat? Jika kita diciptakan dengan begitu sempurnanya, kenapa ada yang sukses, ada yang gagal, ada yang miskin ada yang kaya dan ada pula yang menyerah ditengah jalan?
Jadi sebenarnya apakah manusia diberi kebebasan memilih atau hanya menjalankan peran yang diberikan? Adakah kemungkinan diberi kesempatan mengubah peran tersebut di tengah jalan atau sekadar mengalir laksana air?
Mulailah bertanya pada diri sendiri: Apakah kita merasa dipaksa oleh seseorang atau sesuatu untuk memilih pekerjaan yang kita geluti saat ini? Apakah kita memilih pasangan hidup yang kita inginkan? Memilih jenis mobil yang kita impikan? Dan, berbagai pertanyaan lain serupa lainya. Maka akan tampak jelas jawaban tentang apakah kita dijalankan atau diberikan kebebasan memilih.
Sesungguhnya segala perbuatandan tindakan yang kita lakukan dengan akal sehatnya jelaslah kiranya merupakan hasil dari kebebasan memilih. Anda ingin bukti, simaklah firman Allah.
"Artinya: Maka barangsiapa menghendaki, maka dia mengambil jalan menuju Rabb-Nya" [An-Naba : 39]
Dan firman Allah.
"Artinya: Sebagian dari kamu ada orang yang menghendaki dunia dan sebagian dari kamu ada orang yang menghendaki akhirat" [Ali-Imran : 152]
Dan firman Allah.
"Artinya: Barangsiapa menghendaki akhirat dan menempuh jalan kepadanya dan dia beriman, maka semua perbuatannya disyukuri (diterima)". [Al-Isra' : 19]
Mulai saat ini, yakinlah segala sesuatu yang membutuhkan campur tangan akal sehat adalah sebuah pilihan. Seperti halnya hidup adalah pilihan, warna apa yang kita pilih untuk disapukan di perjalanan hari. Tantangan terbesar bagi kita adalah bagaimana memilih peran dan tujuan yang tepat dengan segala apa yang kita punya.
Jangan pernah lupa kita diberikan modal paling lengkap dibanding makhluk lainnya. Cobalah belajar dari induk burung. Dengan segala susah payah dia mencari makanan untuk anak-anaknya dalam sangkar. Jika pun dia belum mendapatkan makanan, dengan perut keroncongan dia tetap bersemangat berusaha mencari makanan untuk kelangsungan hidup anak-anaknya. Tidak pernah kita dengar sebuah burung “bunuh diri” dengan menjatuhkan diri ke tebing yang curam. Bayangkan.
Atau cobalah bayangkan seekor cacing dalam mengarungi hidup, tanpa tangan dan kaki dia tetap sanggup bertahan hidup. Tidak pernah kita mendengar ada cacing yang “menyerah” kepada kehidupan. Bahkan saat cacing kita tangkap untuk umpan memancing ikan, sampai titik darah penghabisan dia berusaha melarikan diri dan bertahan hidup. Subhanallah.
“Engkau berpikir tentang dirimu sebagai seonggok materi semata, padahal di dalam dirimu tersimpan kekuatan tak terbatas.”
~ Imam Ali bin Abi Thalib
Selamat memilih.[aar]
* Ahmad Arwani R lahir di Semarang pada 1 Juni 1977. Ia tinggal di Kompleks Mutiara Elok Blok B-16 Kreo Selatan, Ciledug, Tangerang, Banten.
0 komentar:
Posting Komentar