“Mana yang biasa lebih dulu Anda lakukan: mencari judul, membuat lead atau membuat penutup?”
Menulis sangat mengasyikkan. Bila ide muncul rasanya pikiran begitu terbebani bila tak buru-buru ditumpahkan. Layaknya air laut yang bergejolak pasang saat purnama. Ide bisa muncul dalam bentuk apa saja. Ada kalanya tiba-tiba tercetus satu frase indah, unik, dan seksi. Aha! ini sangat pas untuk judul.... Kali lain, berseliweran satu paragraf pendek di otak kita yang terdengar nakal dan penuh rangsangan. Hmm... siapa sih yang tidak bakal terangsang bila paragraf ini saya pajang sebagai lead?
Jadi, tidak peduli apa pun yang bersliweran di otak kita -entah itu bakal judul, bakal lead, atau bakal penutup- tangkap segera. Tuliskan!
Sama seperti nyamuk yang nemplok di tengkuk kita. Langsung saja tepuk, tidak usah dipikirkan apakah itu nyamuk demam berdarah atau nyamuk demam berair....
Bagi saya, merangkai satu tulisan ibarat membangun jembatan gantung. Kekuatan sangat bertumpu pada lead dan penutup. Lead yang orisinil, nakal, merangsang, dengan kombinasi kalimat panjang dan pendek. Kombinasi kalimat dan frase. Hem..., yam-nyam! Dan, penutup yang paling berhasil adalah yang mampu memaksa pembaca untuk kembali meniti tulisan kita dari awal. Ayo baca lagi, lagi, lagi! Lead dan penutup musti sekokoh baja.
Lantas bagaimana dengan isi tulisan? Seperti layaknya jembatan gantung, pandai-pandailah berayun dan meliuk-liuk namun tetap pada satu garis yang kuat. Pembaca akan senang. Pembaca akan memperoleh sensasi di sana. Jangan biarkan isi tulisan Anda kaku dan sekadar lurus seperti jembatan penyeberangan. Bila hanya sebatas itu kemampuan Anda menulis, ah... apa bedanya Anda dengan penulis lainnya? Bukannya Anda terobsesi menjadi penulis bestseller?
**
Lantas, judul macam apa yang seksi? Ingin rasanya saya menjawab dengan kalimat: Buatlah judul yang search engine friendly! Ah, Otak saya sudah terlalu internet-minded. Tapi benar. Mengapa kita tidak menggunakan logika pengguna Google saat membuat judul? Buatlah judul—baik itu judul buku maupun artikel—dengan kata kunci yang paling sering dipikirkan orang. Keyword yang laku keras di dunia perbukuan Indonesia (dan penerbit tentunya) adalah; cepat kaya, menjadi entrepreneur dengan modal dengkul, ngapain ngelamar kerja, orang dongok pun bisa kaya, dan sebangsanya itu.
Tapi tunggu dulu. Biarpun Anda memakai kata kunci tersebut, belum tentu tulisan Anda bakal mengapung! Ingat, yang tergila-gila dan terobsesi menjadi penulis bestseller bukan cuma Anda. Mereka pun beramai-ramai memakai kata kunci tersebut.
Jadi? Paksa pembaca (atau calon pembeli buku Anda) untuk tidak berpaling dari tulisan Anda. Buatlah juga subjudul untuk mempertinggi kadar rangsangan.
Contoh, bila buku Anda berjudul "Resep Cespleng Mempertahankan Pasangan", jangan lupa untuk melengkapinya dengan subjudul "100 Tips sederhana yang bahkan Maria Eva pun lupa mengamalkannya". Hahaha...
***
Okey. Tip di atas sangat mudah diterapkan. Tidak peduli macam apa gaya tulisan Anda, mendayu-dayu, puitis, atau malahan meledak-ledak tidak karuan. Perkuat selalu lead dan penutup. Perkuat kelincahan anda dalam menuangkan gagasan. Bila ini dipraktikkan, niscaya tulisan Anda tidak sekadar seperti jembatan gantung, tapi bahkan laksana roller coaster. Meliuk-liuk, berguling-guling, merangsang sensasi namun tetap pada alur yang terjaga dan pasti! Selamat menulis.[ayb]
* Anang Y.B. adalah penulis tinggal di Bekasi. Bekerja sehari-hari secara serabutan sebagai geografer. Kegemaran menulis disalurkan lewat blog www.jejakgeografer.com
0 komentar:
Posting Komentar