Saya tidak sedang membantah kata-kata Toni Yoyo yang menulis “Rumput Tetangga Tidak Selalu Lebih Hijau” di www.andriewongso.com. Apalagi cerita beliau tentang dua orang anak sang hartawan. Tidak pula sedang membantah pesan moral yang beliau sampaikan tentang hidup dengan kemampuan untuk menerima keadaan diri sendiri apa adanya, mempertahankan apa-apa yang sudah baik.... Bahwa jadi orang harus mudah bersyukur.
Seorang teman saya kalah dalam sebuah kontes. Dia cukup sedih karena kekalahan tersebut dan karena itu seorang rekan lain berusaha meredakan kesedihannya. Dia mengajak teman saya bersenang-senang dengan tujuan melupakan kesedihan akibat kekalahan tersebut. Namun teman saya tidak bersedia ikut bersenang karena tetap saja dia bersedih.
Kemudian sang kawan mengingatkan kepada teman saya bahwa rumput tetangga memang selallu lebih hijau. Jelas bahwa mangsung sang kawan adalah bahwa bila kita memang tidak bisa menang, terima saja kondisi tersebut dan bersyukurlah dengan kondisi yang ada sekarang.
Ketika itulah guru saya datang dan bilang bahwa, justru bagus kalau kita tahu bahwa rumput tetangga lebih hijau. Justru bagus ketika kita sadar bahwa rumput tetangga lebih hijau. Justru bagus bila kita iri dengan pencapaian yang didapatkan oleh orang lain. Tetapi, jangan hanya diam ketika rumput tetangga lebih hijau, karena bila memang rumput tetangga lebih hijau, maka ada yang harus dilakukan untuk rumput di halaman Anda.
Mau apa lagi. Rumput tetangga toh sudah terbukti memang lebih hijau dari rumput Anda, walaupun dari jauh. Sekarang mari kita pastikan apakah dari jarak yang sama, rumput tetangga memang lebih hijau dari rumput Anda. Berusahalah membanding-bandingkan dengan lebih objektif.
Mungkin Anda mendapatkan kesadaran bahwa ternyata rumput di halaman Anda justru yang lebih hijau. Maka, biarkan saja. Berarti apa yang Anda lakukan terhadap rumput di halaman Anda, telah sangat baik. Tetapi bukan tidak mungkin, setelah melakukan pembandingan dengan objektif, ternyata rumput di halaman tetangga memang lebih hijau. Jadi?
Mengapa tidak Anda ketuk pintu rumah tetangga. Tanyakan pupuk apa yang dia pakai untuk rumput yang lebih hijau itu. Berapa kali dia menyiram rumput itu dalam seminggu, dalam sehari?
Mengapa demikian? Bukankah kita sebaiknya bersyukur dengan hal-hal yang telah kita miliki? Anda sangat benar. Tidak ada larangan untuk bersyukur tentang hal-hal yang dimiliki, kondisi yang Anda rasakan saat ini. Tetapi itu saja tidak cukup.
Anda juga perlu meningkat setiap hari. Bukan hanya kuantitas. Tetapi juga kualitas. Mungkin Anda bahkan tidak perlu atau tidak bisa lagi meningkatkan kuantitas, maka ini saat Anda meningkatkan kualitas.
Ketika Anda memiliki satu pohon di halaman Anda yang hanya 5 x 7 meter itu cukup. Tetapi berapa banyak pohon yang bisa Anda tanam di wilayah yang ‘seluas’ itu? Tidak banyak, paling banyak ya sekitar 4 atau 5 pohon saja dengan diameter batang kurang lebih 75 cm. Lebih banyak dari 5 pohon, maka Anda tidak punya tempat untuk melintasi halaman dan berusaha masuk ke dalam bangunan rumah Anda.
Itu berarti saatnya Anda meningkatkan kualitas pohon tersebut. Ketika Anda menanam sebuah pohon buah, maka Anda ingin buah dari masing-masing pohon akan sangat lebat dan sangat baik untuk dimakan. Itulah peningkatan kualitas. Bahkan bila perlu karena sangat banyak buah yang dihasilkan, maka Anda perlu membagi buah-buahan tersebut kepada para tetangga. Bila Anda menanam pohon hias maka target Anda menaikkan kualitas adalah pohon yang berhasil memberikan keindahan dan menyenangkan bagi setiap orang yang memandang pohon tersebut.
Maka, jangan pernah biarkan rumput tetangga menjadi lebih hijau. Ketika rumput tetangga terlihat lebih hijau, itu berarti saat untuk Anda memperhatikan rumput Anda. Jadi bersyukurlah ketika rumput tetangga lebih hijau karena berarti Anda diingatkan untuk melakukan peningkatan yang masih perlu dilakukan.[as]
* Ardian Syam adalah penulis buku bisnis “Kacamata Kuda”.
0 komentar:
Posting Komentar