toko-delta.blogspot.com

menu

instanx

Jumat, 10 April 2009

Saber, Santep dan Haji Berkat

Pada suatu ketika, di sebuah pulau yang terpencil, hiduplah dua orang pemuda yang bernama Saber dan Santep. Pekerjaan mereka adalah menangkap ikan dengan cara memancing di tepi pantai.

Namun terdapat perbedaan antara Saber dan Santep. Santep bekerja seperlunya saja, dan ia menangkap ikan secukupnya hanya untuk kebutuhan makan sehari-hari. Walaupun hari masih panjang, ketika Santep sudah mendapatkan ikan yang dia butuhkan, maka Santep akan pulang ke rumah untuk memasak ikan yang sudah ditangkap dan menyantapnya sampai habis sampai tidak bersisa. Setelah itu Santep akan bersantai-santai ditepi laut sambil bercengkrama dengan teman-temannya.


Namun berbeda dengan apa yang Saber lakukan. Saber selalu bekerja keras untuk menangkap ikan yang lebih besar dan lebih banyak dari sekedar apa yang ia butuhkan. Walaupun Saber sudah mendapatkan ikan yang ia butuhkan untuk makan, ia masih terus mencari ikan sampai larut malam. Hal ini dikarenakan Saber mempunyai sebuah impian untuk mengembangkan sumber daya yang ia miliki sehingga dapat menangkap ikan lebih banyak lagi.

Ia hanya menghabiskan sebagian dari hasil tangkapannya untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarganya, sisanya ia jual ke pasar untuk menghasilkan uang. Lama kelamaan uang yang dikumpulkannya telah cukup untuk membeli sampan sehingga dia bisa menangkap ikan di tengah laut.

Suatu hari Saber berbincang-bincang dengan Santep. Saber berkata: “Hai Santep, bagaimana hasil tangkapan kamu belakangan ini?” Santep menjawab: ”Ya, seperti biasa, saya dapatkan satu dua ekor ikan. Tapi cukuplah untuk makan.” Lalu Saber berkata: “Kenapa kamu tidak pakai sampan saja?” Santep menjawab: “Wah, saya tidak ada duit untuk membelinya..” Saber berkata : “Ya kamu harus nabung. Nanti kalau dapat uang banyak kamu juga bisa beli.”

Santep agak menyindir : “Wah, repotlah. Seperti kamu, tiap hari kerja siang malam. Akhirnya bertahun-tahun kemudian baru bisa beli sampan ini. Tapi hasil tangkapan ditengah laut juga tidak terlalu banyak.” Saber menjawab : “Tapi ini kan baru permulaan. Saya masih belajar. Nanti saya yakin setelah saya mahir menggunakan jaring, hasilnya pasti banyak.“ Santep mencibir: “Ya, mungkin saya tidak sesabar kamu. Lagi pula, saya kalau lakukan itu, saya tidak punya waktu untuk bergaul dengan teman-temanku. Belum lagi bahaya yang mengancam jika memancing ditengah laut!”

Saber melanjutkan: “Saya punya impian, saya mau punya kapal ikan besar...” belum selesai Saber cerita, Santep sudah memotong. “Wah, Saber, janganlah kamu bermimpi. Dalam silsilah keturunan dari kakek nenek dan orang tua kita, tidak ada satupun yang bisa punya kapal. Apa lagi kita tidak berpendidikan. Jadi janganlah bermimpi.” Singkat cerita, Santep tetap pada pendiriannya sementara Saber tetap percaya akan impiannya. Kehidupan terus berjalan dan Saber terus berpikir keras bagaimana ia bisa mencapai hasil yang berlipat ganda.

Pada suatu musim, terjadilah bencana. Terjadi perubahan drastis di lingkungan sekitar perairan mereka. Ikan-ikan semakin sedikit. Saber mulai ambil ancang-ancang untuk pindah sementara Santep masih tetap betah disitu. Akhirnya mereka berpisah karena Saber pindah ke desa lain yang terletak lebih jauh.

Saber makin giat bekerja keras siang dan malam karena dia sangat ingin mencapai impiannya. Lambat laun, uang yang dikumpulkan Saber sudah cukup banyak. Dia bukan saja mampu membeli sampan tapi juga bisa membeli kapal kecil. Saber sudah tidak kerja sendiri lagi, dia mempekerjakan beberapa orang lain untuk mengoperasikan kapalnya dan membantunya menangkap ikan.

Bertahun-tahun berlalu ketika Santep sudah sangat kecapekan karena harus kerja semakin keras, ia baru sadar bahwa ikan yang mau ditangkap semakin sulit dari tepi pantai saja sementara dia tidak punya uang untuk membeli sampan. Akhirnya dia pergi ke desa seberang. Ternyata banyak sekali orang yang berprofesi sebagai nelayan didesa tersebut.

Sebagian dari orang tersebut bekerja dengan seorang saudagar yang bernama Haji Berkat. Ia disarankan orang-orang desa agar melamar kerja kepada Haji Berkat. Santep menurut saja karena dia tidak punya pilihan lain. Tapi betapa kagetnya Santep mengetahui ternyata Haji Berkat adalah Si Saber teman sedesanya dulu. Sebaliknya Saber dengan senang hati menerima Santep untuk bekerja kepadanya dengan mengoperasikan salah satu kapalnya yang baru saja ia beli.

Ternyata, beberapa tahun ini Saber telah bekerja keras dan bekerja cerdik sehingga dia menjadi seorang saudagar nelayan pemilik puluhan kapal ikan. Dari hasil yang terkumpul tersebut, Saber bisa pakai untuk beli kapal-kapal. Setelah itu dia baru beli rumah dan naik haji. Itu sebabnya namanya menjadi Haji Berkat, karena dia juga menjadi berkat untuk orang-orang desa sehingga bisa mengubah nasib.

Sekarang Saber sudah bisa bersantai dirumah bersama keluarganya. Sementara armadanya dikendalikan banyak orang-orang desa yang ditolongnya. Anaknya juga sudah tamat dari sekolah tinggi sehingga bisa bantu Pak Saber mengembangkan bisnisnya. Bagaimana dengan Santep? Dia masih bisa bekerja sebagai nelayan di armada Saber tapi seiring dengan usia sekarang hasil kerjanya pun hanyalah cukup untuk dia dan keluarganya. Hanya sedikit uang yang bisa ditabung untuk masa tuanya.

Nah Great Readers, bagaimana dengan anda? Apakah anda adalah orang yang berpola pikir dan bekerja seperti Santep atau sebaliknya anda adalah seorang Saber? Salam sukses luar biasa !

Jika anda ingin tahu bagaimana caranya untuk bekerja keras dan bekerja cerdas seperti Saber bersama kami, anda dapat menghubungi kami di 0815 46060 888/021-7211221

(Cerita ini disadurkan dari inspirasi yang saya ceritakan di acara TV dan majalah Info Kebayoran

0 komentar:

toko-delta.blogspot.com

Archives

Postingan Populer

linkwithin

Related Posts with Thumbnails

Total Tayangan Halaman

Diberdayakan oleh Blogger.