toko-delta.blogspot.com

menu

instanx

Sabtu, 29 Januari 2011

Tanggung jawab orang tua kepada anaknya

 
Dan ingatlah ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya :"hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezaliman yang besar" (Luqman : 12)



Setiap orang pasti menginginkan hal-hal yang baik bagi anaknya. Keduanya rela mengeluarkan dana cukup besar untuk kebaikan dan kesuksesan anak-anaknya. Tenaga, pikiran, ototnya, bahkan hingga darahnya rela di korbankan demi kebahagian sang anak. Inilah fitrah.

Hanya saja banyak orang tua tidak paham terhadap posisinya sebagai orang tua. Rata-rata orang tua tidak membekali diri dengan ilmu bagaimana cara mendidik anak yang baik. Mereka tidak tau harus memulai dari mana. Semua terjadi begitu saja. Mereka menjadi orang tua karena didepannya sudah ada anaknya. Sudah terlahir.

Anak ibarat anak panah yang berada dalam genggaman orang tuannya masing masing. Ia siap diarahkan kemana saja oleh orang tuanya. Jika orang tuannya mengerti tujuan tujuan hidup yang di gariskan oleh Allah maka anaknya pun diarahkan sebagaimana apa maunya Allah. Sebaliknya jika orang tua tidak tau arah, tidak mengerti tujuan hidup, tidak tau untuk apa ia hidup dan memiliki anak, maka sungguh sang anak betul betul dalam bahaya besar. Repotnya kebanyakan orang tua pada zaman sekarang adalah model orang tua seperti ini. Sehingga anak tidak terarah dan tidak terkendali.

Anak lebih banyak diarahkan agar dapat bertahan hidup, agar punya pekerjaa tetap dan punya tempat tinggal yang layak. Tanggung jawab orang tua terhadap anaknya telah kehilangan orientasi. Rata-rata hanya siap mengantarkan anak mampu mencari nafkah, mampu berkeluarga dan pemenuhan perkara-perkara duniawi lainnya. Hal ini terlihat jelas dari gaya mendidiknya. Ketika anak berusia tujuh tahun dan belum bisa membaca, mereka menjadi bingung dan kelimpungan. Namun ketika anak belum bisa shalat, mereka merasa biasa-biasa saja. Tidak ada perasaan bersalah. Banyak harta dikeluarkan untuk biaya privat yang macam macam. Mereka bersedia membayar mahal agar anaknya bisa menguasai bahasa Inggris. Matematika, Piano, Balet, dll. Namun merasa kemahalan ketika di minta membayar SPP Rp 20.000,-di TPQ. Naudzubillah !

Apa jadinya anak di kemudian hari adalah hasil didikan orang tua sebelumnya.

Abu Hurairah berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda : "setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah (yaitu suci dan bersih) Kedua orang tuanyalah yang membuat menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi." (HR. Bukhori Muslim)

Jadi jelaslah bahwa pengaruh orang tua sangatlah besar dalam pembentukan pribadi anak-anaknya. Kemudian apa saja tanggung jawab orang tua terhadap anak, agar anak tersebut tidak menjadi musuh bagi orang tua dan musuh bagi Allah.

1. Memberikan pendidikan yang benar.

Anak ibarat kaset kosong. Bisa juga di ibaratkan seperti sebuah buku yang masih putih bersih, belum ada tulisannya sama sekali. Nah orang tuanya lah yang bertanggung jawab untuk menorehkan tinta kebaikkan padanya.

Apakah kita akan menuliskan kalimat yang baik-baik atau sebaliknya justru menuliskan kalimat yang buruk-buruk. Jangan artikan kalimat yang baik jika mengantarkan anak hingga bisa kuliah S1, S2, S3. Atau telah menjadikan mereka orang kaya yang berkecukupan. Salah besar ! Bahkan semua itu adalah perkara nomer dua bila dibandingkan dengan keimanan.

Adapun bagaimana pendidikan yang benar menurut Allah? Allah telah memberi contoh dengan Lukman al Hakim Dalam Al Quraan.

Allah berfirman: Dan ingatlah ketika lukman berkata kepada anaknya. Diwaktu ia memberi pelajaran kepadanya: "hai anakku janganlah kamu mempersekutukan Allah. Sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezaliman yang besar (Lukman : 12)

ya hal pertama yang harus dikenalkan orang tua terhadap anak anaknya adalah mengenalkan mereka kepada Allah. Mendidik mereka agar mentauhidkan Allah. Dan tidak menyekutukan NYA. Mendidiknya menjadi anak yang sholeh. Anak sholeh yang di maksud adalah anak yang mengenal Allah dan agama NYA. Dan segala hal yang wajib ia imani dan amalkan, terkait dengan kewajibannya sebagai hamba Allah. Agar juga mereka menjadi anak yang berbakti kepada orang tuannya. Memberi manfaat bagi orang disekitarnya.

Pendidikan ini tidak bisa diberikan sambil lalu. Ia harus mendapatkan penekanan dan perhatian khusus. Karena itu anak harus mendapatkan nasihat yang berulang-ulang agar mau menoleh dan menurut terhadap apa yang dikatakan orang tua.

Sayangnya orang tua masa kini hanya berorientasi menjadikan anaknya menjadi orang saja. Artinya mempunyai kedudukan, punya pekerjaan tetap, mandiri dll

2. Membiasakan dan memberi contoh yang baik

Anak adalah peniru paling mahir. Apa saja yang ia lihat dan ia dengar dengan cepat akan diadopsi dan ditiru. Kalau kita memberi contoh yang baik maka anak pun akan mencontohnya namun jika kita mencontohkan yang tidak baik maka anak pun akan meniru yang tidak baik tersebut.

Karena itu disamping memberi nasihat yang baik orang tua harus pula mencontohkannya, membiasakannya sehingga menjadi karakter sejati pada diri anak. Orang tua akan kesulitan mentransfer nilai-nilai kebaikan jika tidak ada pembiasan dari orang tua itu sendiri.

Jika kita ingin anak kita rajin shalat maka anak harus sering melihat kita sedang mengerjakan shalat, Jika kita ingin mereka terbiasa membaca Al Quraan maka kita pun harus rajin membaca Al Quraan. Tidak mungkin kita menyuruh anak berangkat kemasjid untuk shalat sedang saat itu kita asyik menonton TV. Mungkin kita bisa memaksanya dengan ancaman. Namun ketika kita tidak ada dan mereka tidak terawasi maka mereka akan meninggalkan apa yang kita perintahkan.

Jika kita ingin mereka bersikap sopan dan santun tutur katanya. Maka kita pun harus mencontohkan dan membiasakan dengan tutur kata yang santun. Kita harus mampu mengendalikan ucapan kita. Jangan sekali kali keluar kata-kata yang kasar. Contohkan kata-kata yang santun di hadapan kakek nenek mereka. (bapak ibu kita) Jika terhadap bapak dan ibu sering berkata kasar maka mereka anak-anak kita pun akan berkata kasar pada kita.

Dalam hal ini Allah telah mengajarkan dalam firmannya. "dan Tuhan mu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain DIa dan hendaklah kamu berbuat baik terhadap ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduannya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali jangan kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan ucapan penuh kesayangan dan ucapkanlah:"Wahai Tuhanku kasihilah mereka keduanya sebagai mana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil" (Al Isro' 23-24)



3. Memberikan lingkungan yang mendukung.
Setelah kita memeberikan pendidikan yang baik. Membiasakan dengan kebiasaan yang baik dan memberi contoh yang baik pula. Maka kita selanjutnya harus memilih bagi mereka lingkungan yang baik pula. Pepatah mengatakan anak adalah anak dari lingkungannya. Jika lingkungan disekitar anak baik maka jadi baiklah anak tersebut. Namun jika lingkungannya buruk maka menjadi buruklah anak tersebut.

Coba kita bayangkan ! Kita telah mendidik mereka dengan didikan yang baik. Juga memberi contoh yang baik. Tetapi kita memilih tinggal di kawasan lokalisasi (pelacuran) Setiap hari terdengar dentuman musik penggoda iman, rinkikan wanita wanita jalang dan lalu lalang lelaki hidung belang. Maka nantinya anak kita tidak akan jauh prilakunya dari lingkungannya.

Karena itu kita harus memilih untuk mereka lingkungan yang mendukung terhadap pertumbuhan keimanannya. Insya Allah jika kita lakukan tiga proses di atas, anak anak kita menjadi anak yang shalih.
 http://klikunic.com

0 komentar:

toko-delta.blogspot.com

Archives

Postingan Populer

linkwithin

Related Posts with Thumbnails

Total Tayangan Halaman

Diberdayakan oleh Blogger.