Kita tentu masih ingat pepatah “Bersatu kita teguh bercerai kita runtuh”. Pepatah ini juga berlaku saat kita ingin meraih sukses atau tujuan tertentu. Manusia mempunyai pikiran sadar dan pikiran bawah sadar. Sederhananya, semua informasi yang diterima oleh manusia akan direkam dalam pikirannya. Informasi yang sering digunakan/baru didengar masuk ke pikiran sadar, sedangkan informasi yang jarang sekali digunakan/pernah didengar akan direkam dalam pikiran bawah sadar. Nah, untuk mencapai suatu tujuan diperlukan kekompakan antara pikiran sadar dan bawah sadar.
Wah, penjelasannya kok ruwet, ya? Eit… hati-hati dengan perkataan yang digunakan. Menurut pakar teknologi pikiran, kalimat yang negatif menyebabkan hidup jadi lebih negatif (bukan lebih hidup, lho…).
Beberapa alasan mengapa kita tidak dapat menerima diri apa adanya:
1. Persepsi orang di sekeliling kita (misal, karena gender, keturunan, dll)
2. Kondisi fisik
3. Tindakan orang lain yang tidak dapat kita terima (trauma).
Bahkan, anak kecil pun dapat mengalami trauma dari kejadian yang tampaknya sepele. Contoh, anak saya yang baru berumur empat tahun. Kemarin, dia mengalami trauma untuk pergi ke dokter. Selidik punya selidik, ternyata saat ke dokter terakhir kali volume suara dokter cukup tinggi. Dan, nada suaranya pun kurang bersahabat. Meskipun hal itu tidak ditujukan pada anak saya, tapi itu sudah ‘dianggap’ kejadian yang tidak menyenangkan.
Salah satu ciri orang yang tidak dapat menerima diri sendiri adalah suka marah dan memaksakan kehendak. Sebaliknya, ciri-ciri orang yang dapat menerima diri sendiri adalah suka senyum dan mudah mengucapkan terima kasih atau bersyukur.
Mungkin saja kita berkomentar, “Bagaimana kita disuruh bersyukur kalau kita sedang mendapat masalah?” Untuk lebih jelasnya saya kutipkan cerita berikut ini.
Sejak sakitnya menjadi parah, Masaru Emoto bangun tiap pukul empat pagi (meskipun kata dokter hal itu tidak banyak membantu karena umurnya akibat kanker tinggal tiga bulan) Pesan yang diberikan dokternya hanya banyak istirahat, mengurangi pekerjaan, dan berdoa. Siapa tahu Tuhan memberi waktu lebih panjang? Karena pesan ketiga itulah sekarang ia sangat mencintai suasana pagi hari.
Maka, usai mencuci muka, ia keluar dan menaiki atap rumahnya. Ada yang selalu indah ketika ia menatap ke Timur. Udara segar dihirupnya dalam-dalam. Setiap kali dihembuskan napas, tiba-tiba bibirnya terbisik kata “terima kasih”.
Mula-mula ia hanya merasa, kalau pagi hari memang indah. Perasaannya jadi lebih tenang. Mengherankan, lama-kelamaan ia tidak memikirkan lagi sakitnya. Ia hanya merasa Tuhan begitu baik. Tuhan memberinya hari demi hari yang indah. Belum pernah ia mengalami perasaan setenang dan sebahagia itu.
Masaru Emoto akhirnya terbebas dari kanker ganas dan ia menyerukan kepada dunia, “Dengan hati yang dipenuhi syukur dan cinta, Anda akan memiliki kekuatan untuk mengalahkan segalanya!”
Apakah Anda mau menerima diri apa adanya?[soe]
* Soesilowati mengawali kariernya sebagai staf IT di Kasogi. Kecintaannya pada dunia anak, dan apa yang dapat membantu anak dalam belajar mendorongnya mempelajari sempoa dan metode memori, akhirnya mempertemukannya dengan Adi W. Gunawan (pemilik sekolah Anugerah Pekerti). Sekarang, ia menjadi guru di sekolah tersebut. Soesilowati dapat dihubungi di soesi_wati@yahoo.com.
0 komentar:
Posting Komentar