"Akan kuhargai setiap detik,menit,dan jam.
Karena tidak sedikit pun dapat ditarik kembali.
Hari ini tidak akan kusia-siakan seperti waktu lalu,yang terbuang percuma.
Akan kupakai waktuku untuk membuat sesuatu yang kuidamkan terjadi."
Demikian empat kalimat syair yang saya dapatkan di internet beberapa hari sebelum menulis tulisan ini. Saya telah membaca beberapa buku yang bercerita tentang penggunaan waktu. Bermacam-macam judul buku. Ada manajemen waktu, penggunaan waktu, pengendalian waktu, dan lain-lain banyak lagi. Pada buku mereka, para pakar telah banyak mengemukakan pendapatnya tentang waktu. Juga, mereka memiliki bermacam-macam sudut pandang yang berbeda.
Allan Lakein, presiden dari satu-satunya perusahaan di AS yang secara khusus mencurahkan perhatiannya pada masalah manajemen waktu mengatakan, "Umumnya orang tidak berpikir dalam kerangka menit-demi-menit". Lebih lanjut dia mengatakan, ”Banyak orang menghabiskan waktu sisa hidupnya dengan melakukan berbabagi hal yang tidak ada kaitannya dengan sasarannya”.
Sedangkan Declan Treachy mencatat ada 10 pencuri waktu yang paling umum, yaitu: 1) Tak menemukan apa yang dicari. 2) Pertemuan. 3) Telepon. 4) Interupsi. 5) Penangguhan. 6) Kertas kerja yang kecil-kecil. 7) Kemelut. 8) Urutan pelimpahan yang terbalik. 9) Ingin segalanya sempurna. 10) Gangguan. Sepintas kelihatannya sepele, namun pencuri ini dapat merenggut waktu setiap orang. Tanpa disadari menelan milik manusia yang berharga itu. G.C.Robinson menyebutkan 'mengulur-ngulur waktu dan kesibukan tak menentu' sebagai pemborosan waktu.
Ternyata waktu sangat erat hubungannya dengan sasaran hidup seseorang. Masa depan merupakan sasaran setiap orang. Demikian sasaran seseorang itu ada di masa depan. Dengak kata lain, bila kita membicarakan waktu tidak terlepas dari sasaran.Kita tidak dapat membuat rencana ke masa lalu tetapi ke masa depan. Jim Dornan & DR. John C. Maxwell, dalam bukunya Strategi Menuju Sukses mengatakan, "Jika Anda menghargai waktu Anda, rencanakanlah lebih dahulu bagaimana Anda akan menghabiskan waktu Anda."
Lebih lanjut, Allan Lakein menjelaskan bahwa kita sering dengan cara serampangan menjalani sisa kehidupan ini. Bergerak tetapi tidak sampai ke tujuan. Hal ini erat sekali dengan apa yang dikatakan Declan Treacy tentang bagaimana kita menggunakan waktu. Kita harus memeriksa Masdep (masa depan) itu.Yang dimaksudkan adalah rencana ke depan. Peter Drucker, Bapak Manajemen Amerika, menegaskan, "Waktu adalah sumber yang paling langka dan tanpa dikelola dengan benar tidak ada hal apa pun yang bisa dikelola lagi."
Saat kita sedang tidur, duduk, atau sedang istirahat, bermalas-malas, waktu tetap berjalan. Waktu tidak pernah beristirahat. Tidak pernah lelah atau capek. Kehebatan lain dari waktu adalah tidak dapat dibeli dengan harga seberapa pun. Ketika seorang penemu, Thomas Alfa Edison ditanya tentang hal yang paling penting di dunia, dia menjawab," Waktu."
Kalau benar waktu tidak dapat dibeli, berarti waktu itu mahamahal. Dia termasuk keluarga maha, Mahakuasa yang selalu hidup dan bergerak ke depan. Kita mustahil dapat melawan yang memiliki predikat sebagai Mahakuasa. Kalau kita tidak dapat melawannya, apalagi kalahkan, sebaiknya kita jalin pertemanan. Kita berdamai dengannya, menjadikan dia sebagai sekutu untuk rencana masa depan. Kita perlu mengenali dan mempelajari sekutu kita.
Sebagai teman sekutu, kita harus mengenal sifatnya dengan baik. Kita tidak dapat mengabaikan waktu dalam gerak pencapaian tujuan. Kalau kita tidak menjadikan waktu itu sebagai sekutu yang baik, maka kita menjadikan dia sebagai lawan kita. Dia dapat menjadi lawan yang menghancurkan rencana masa depan kita. Sebuah penyelidikan para sarjana, dalam buku Dinamis dan Kreatif karangan Carl G. Goeller Cs, mengumumkan bahwa seorang anak menggunakan 12.000 jam di sekolah sepanjang umur hidupnya. Sedangkan, 15.000 jam untuk menonton televisi.
Wow,luar biasa.Ini suatu penelitian tahun 80-an. Tentu penggunaan waktu ini lebih gila lagi setelah seperempat abad belakangan ini. Hal ini sejajar dengan perkembangan media elektronik yang sudah mewabah di setiap pelosok dunia.
Sekali waktu Benyamin Franklin pernah bertanya kepada seseorang, "Apakah Anda mencintai kehidupan? Kalau jawabannya, "Ya" maka Anda jangan membuang-buang waktu. Karena, waktu adalah inti kehidupan. Kehidupan dalam diri kita adalah citra Allah. Sebagai gambar Allah, diri kita sudah ada komponen dasar yang tetap dan baku untuk mencapai kesuksesan. Dalam pemikiran Yunani pribadi atau diri kita, sebagaimana disebutkan Santo Paul memiliki tiga komponen yang satu padu: tubuh, jiwa, dan roh. Komponen ini merupakan gambaran, sekaligus sebagai sumber bahan dasar kesuksesan. Kita dapat mengkopi gambaran kesusksesan ini menjadi bahan pelajaran kesuksesan bagi diri kita masing-masing.
Kesuksesan atau kehancuran diri kita sangat tergantung bagaimana kita mengelola ketiga komponen itu dalam waktu tertentu. Ketiga komponen ini dapat diibaratkan warna dasar cat seorang pelukis, yaitu merah, biru, kuning, dan hitam. Pelukis yang pintar dan bodoh diukur dari waktu dan kemampuan mereka meracik ragam warna dasar pada kanvas.
Kesuksesan dalam memanfaatkan waktu selalu dengan langkah pertama, langkah kedua, langkah ketiga, dan seterusnya. Seperti urutan langkah, kesuksesan penggunaan waktu secara keseluruhan merupakan gambaran baku yang musti dilalui. Seperti Allan Lakein, Declan Treacy, Phil Murray, dan Santo Paul memiliki gagasan yang hampir sama dalam mencapai kesuksesan. Menurut mereka, minimal ada tiga unsur penggunaan waktu yang penting untuk mencapai kesuksesan.
Pertama, menetapkan tujuan. Apakah tujuan hidup Anda? Berdiamlah sejenak. Pikirkan secara mendalam. Tulis apa pun yang terlintas di dalam pikiran Anda, fisik, keluarga, sosial, keuangan, dan lain-lain. Lakein berkata, "Kekuatan yang besar akan timbul bila kita memiliki tujuan hidup yang jelas." Dalam kehidupan sehari-hari sering sesuatu hal yang sesunggungnya penting kelihatan biasa saja. "Kelihatannya", kata Schuller, "Sebagian besar manusia membiarkan hidupnya mengalir begitu saja. Hanya sedikit saja, sangat sedikit, memutuskan apa yang akan terjadi di dalam kehidupan mereka." Demikian Robert H.Schuller, pakar motivasi dan pendiri The Crystal Cathedral, Garden Grove California itu menambahkan.
Selaku teman sekutu, bersama waktu kita harus bergerak menuju sasaran. John Galsworty berkata, "Kalau Anda tidak memikirkan masa depan, Anda tidak akan mempunyai masa depan." Hampir senada dengan pendapat Galsworty, Hellen Keller, gadis buta yang menjamah dunia dengan dengan kisahnya, mengilhami ribuan orang. Ketika seseorang bertanya, "Menurut Anda, apa yang lebih buruk ketimbang menjadi buta? Dia dengan segera menjawab, "Tidak memiliki visi." Visi adalah sasaran yang jelas terlihat oleh mata pikiran kita. Nampaknya, Keller memahami benar betapa pentingnya memiliki suatu penglihatan ke masa depan yaitu tujuan hidup.
Kedua, memperlengkapi rencana-rencana tindakan atau team work.
Seperti sebuah kesebelasan pemain sepak bola harus memiliki tim yang solid. Memiliki kerja sama yang bagus, terarah, dan siap pakai. Membuat penerapan-penerapan gagasan yang mudah untuk mencapainya. Suatu tim kesebelasan sepak bola harus dapat mengukur jangka waktu pertandingan. Jangan sampai terjadi pemborosan waktu. Demikian dalam mencapai sasaran hidup, kita membutuhkan perencanaan waktu.
Susun rencana per hari, per minggu, per bulan dan seterusnya. Tuliskan janji-janji dan laksanakan dengan setia serta tepat waktu. "Membaca sebuah buku mengenai kesuksesan," kata Phil Murray, "Adalah selingan yang membuang-buang waktu bila Anda tidak mempraktikkan secara bijaksana pengetahuan yang baru saja Anda peroleh." Sangat mengesankan apa yang dituliskan oleh Nido R. Qubein. Dalam bukunya Langkah Praktis Menuju Sukses, dia mengatakan, "Rencana-rencana yang dibuat yang terbaik, rencana yang paling rumit dan teragung dari tujuan, tidak ada artinya kecuali seseorang membuatnya jadi kenyataan." Benar apa yang dia utarakan. Kita dapat membaca buku motivasi dan mendengarkan pidato-pidato yang memberi motivasi, dan mendengarkan kaset-kaset hingga ungkapan dengan nada tinggi keluar dari mulut kita seperti air terjun Siguragura. Tetapi tak ada yang berarti akan terjadi, sampai kita berbuat sesuatu tentang apa yang telah kita baca dan dengar itu.
Kebutuhan yang mendesak saat ini, menurut Qubein, bukanlah pengetahuan yang lebih banyak yang disebut "ledakan pengetahuan" yang telah menjamur begitu pesat. Apa yang dibutuhkan dunia adalah tindakan-tindakan yang membangun dengan orang-orang yang pandai dan kemauan baik. Menarik sekali apa yang dituliskan Johanes Lim, dalam bukunya No Pain No Gain bahwa "Ttidak banyak orang yang berjuang keras untuk merealisasikan tujuan hidupnya selangkah demi selangkah secara sadar. Sayang sekali, karena sedikit sekali." Demikian keluhannya. Dan itulah menurut dia salah satu penyebab mengapa orang sukses begitu sedikit sekali. Sedangkan orang marginal alias pinggirian begitu banyak.
Ketiga, kepemimpinan atau leadership. Gambaran, blue print kepemimpinan sebenarnya sudah tercipta dalam diri kita masing-masing atau kelompok saat bergerak menuju kesuksesan.
Diri kita masing-masing merupakan bagian terkecil dari kelompok. Bercermin dari susunan diri kita, yaitu tubuh, jiwa, dan roh tadi, maka terlihat bahwa posisi jiwa terdapat antara tubuh dan roh. Gambaran ini merupakan gambaranan kesuksesan penggunaan waktu. Roh keberhasilan merupakan tujuan. Dia merupakan cita-cita atau tujuan hidup dengan bermacam-macam bentuk dan ungkapan. Sebelum kita melangkah kepada tujuan, kita membutuhkan pemimpin tangguh. Pemimpin tangguh dalam diri kita adalah jiwa. Posisi dan tugas pemimpin dalam diri kita amat sangat menentukan tercapainya suatu tujuan. "Segala sesuatu berawal dan berakhir pada kepemimpinan," kata Jim Dornan & John C. Maxwell.
Sering kali kita terbalik menapaki waktu kesuksesan. Bertindak, kemudian berpikir. Bukan berpikir selanjutnya bertindak. Dua ribu tahun yang lalu Santo Paul sudah mengajarkan urutan sukses penggunaan waktu, yaitu: percaya dibarengi dengan perbuatan. Thomas sebagai duplikat manusia masa kini yang cenderung melihat dulu baru percaya Nabi Isa (Yesus) menegur Thomas agar berbalik dari kekeliruannya. Dia menghimbau agar kita mengubah cara kita menggunakan waktu menjadi percaya dulu baru melihat alias berpikir sebelum bertindak!
William James, Bapak Psikologi Amerika awal abad 20 mengatakan bahwa penemuan terbesar dunia saat itu bukanlah ilmu fisika, tetapi daya kekuatan pikiran (dalam jiwa). Seseorang dapat mengubah hidupnya dengan mengubah cara berpikirnya.Dalam diri kita,jiwa merupakan pemimpin utama.Jiwa yang memuat di dalamnya rumpun pikiran,kehendak,dan emosi menjadi bahan diskusi yang menarik sekali di abad modern ini juga perlu kita pelajari !
Mengapa kata 'jiwa' ditempatkan di tengah antara kata 'tubuh' dan 'roh'? Itu bukan suatu kebetulan, melainkan mempunyai makna tertentu. Itu suatu gambaran untuk dijadikan sebagai contoh bagi siapa saja berniat dan belajar jadi pemimpin. Pemimpin sukses selalu berada di tengah anggota. Dengan demikian dia mudah berhubungan ke atas dan ke bawah. Antara kepentingan tujuan dan bawahan. Jadi tidak melulu berorientasi ke tujuan, tetapi juga melihat kepentingan bawahan. Ini berlaku bagi pemimpin segala bentuk organisasi, perusahaan, dan negara sekalipun. Sebagai pemimpin yang ditengah dia bertanggungjawab membentuk mindset dan goal setting dalam pencapaian waktu kesuksesan. Dia harus mampu memberi semangat kepada bawahan agar jangan loyo sebelum mencapai cita-cita.
Dalam perjalanan pencapaian tujuan, kita sering cenderung mengabaikan jiwa. Kita mengedepankan kehendak tubuh. Misalnya, kalau melihat makanan yang dikemas dengan bagus dan indah, kita sering langsung mau mencoba menikmatinya. Kita lupa bertanya dalam hati kita, apakah itu berguna untuk kesehatan kita sendiri? Atau, ada apa di balik keindahan itu? Kita cenderung lupa meminta nasihat jiwa sebagai pemimpin. Sembilan puluh persen perkelahian dapat dihindarkan seandainya kita dapat berpikir sebelum berkelahi.
Dari uraian di atas kita dapat menarik suatu kesimpulan bahwa pengendalian waktu dan mengenal unsur penggunaan waktu sangat penting. Tahapan ini sangat penting bagi kita ketika kita membentuk team work dan mengambil tindakan guna mencapai tujuan. Unsur-unsur pencapaian sukses dalam diri kita atau kelompok memiliki suatu tahapan baku. Jiwa sebagai unsur ketiga menduduki tempat sentral, menempati posisi sangat strategis dan penting. Jiwa, sebagai pemimpin dapat mengarahkan kita terus-menerus secara terfokus kepada tujuan, yaitu kesuksesan. Kegiatan ini bergerak dalam waktu. Gambaran ini sederhana dan mudah dimengerti melalui susunan diri kita, sebagai citra Allah. Sudahkah kita menyadarinya dan menerapkannya?[jmg]
* J. Marsello Ginting lahir di Sibolangit Deli Serdang, Sumatera Utara, pada 19 April 1958. Penghobi bacaan, traveling, dan koleksi buku-buku, khusus tentang motivasi dan pengembangan diri. Telah dikaruniai empat anak, hasil perkawinannya dengan Henny Helena. Marsello Ginting memiliki pengalaman kerja yang beragam, mulai dari percetakan di Pangkal Pinang, Bangka, Social Worker for Galang Island Refugees, guru SMA negeri dan swasta di Bandung. Setelah menyelesaikan pendidikan di Fakultas Filsafat Unpar Bandung (1988) ia kemudian hijrah ke Jakarta dan bekerja di Departemen Agama Pusat Jakarta. Karena tidak betah, ia kemudian bekerja sebagai Building Waterproofing Contractor. Ia pernah juga menjabat posisi manajerial di sejumlah perusahaan di Jakarta. Dua tahun terakhir ini ia dan beberapa rekannya telah mendirikan Yayasan Pondok Gede, Great House Management, untuk membantu masyarakat yang terkena PHK dan jobless. Ia dapat dihubungi di email: gintingshow@yahoo.com.
0 komentar:
Posting Komentar