toko-delta.blogspot.com

menu

instanx

Kamis, 30 Desember 2010

Woi, Jangan Kayak Orang Indonesia Dong! [Sebuah Renungan Awal Tahun]





Ketika jalan-jalan di Singapura, Malaysia atau di negeri lain, ada sebuah pameo yang agak menohok ulu hati kita sebagai bangsa yang bermartabat. Ketika ada orang yang membuang sampah di jalan, tidak disiplin berlalu-lintas, atau sekedar menyerobot antrian, mereka akan berkata, “Woi, jangan kayak orang Indonesia dong!” Ada ungkapan yang mungkin sangat berarti bagi para jurnalis, fotografer, atau kaum professional yang berkutat dengan lensa, yaitu “Sebuah foto/gambar jauh lebih bermakna dari sejuta kata”. Namun jika ditanyakan kepada penulis Pipiet Senja, tentu jawabannya bisa berbeda.




Dari koleksi perpustakaan abadi bernama google, mari kita buktikan apakah “foto lebih bermakna dari sejuta kata dan benarkah pameo satir yang beredar di negeri manca tentang bangsa kita?”

Mari kita merenung sejenak…


Rupanya budaya antri telah lama kita kenal sejak zaman dulu


Fenomena dukun cilik asal Jombang, Jawa Timur. Sejak dibukanya praktek pengobatan sudah mengambil korban empat nyawa melayang dan 13 luka-luka terinjak-injak rekan seperjuangannya


Antrian warga untuk memperoleh minyak tanah mencapai puluhan meter, bak jamur di musim hujan, menjalar ke seluruh penjuru Nusantara, tidak mengenal kaya atau miskin (tentu lebih banyak yang miskin), terjadi karena kelangkaan gas untuk tabung 3 kg hasil program konversi minyak tanah ke gas.


Tidak mau kalah dengan mereka yang mengantri minyak tanah, kaum berpunya pun rela duduk berjam-jam di atas kendaraannya di depan pompa bensin guna mendapat beberapa liter BBM.


Mereka yang benar-benar miskin dan memiskinkan diri rela bercampur berdesak-desakan demi selembar uang seratus ribu rupiah. Mereka cukup antusias menunggu jatah Bantuan Langsung Tunai (BLT) dari petugas pos yang sudah mereka anggap seperti dewa penolong. Ternyata budaya disiplin tidak hanya dominasi kaum kurang mampu saja, kumpulan foto berikut menggambarkan bagaimana sisi lain kehidupan manusia atas kecintaannya kepada dunia.


Ketakutan manusia akan kehilangan harta terpentingnya membuat mereka rela berdiri berjam-jam di depan sebuah mesin yang bisa mengeluarkan uangnya. Ternyata bangsa kita tidak ingin kalah dengan saudaranya di Inggris Raya sana.


Antrian masyarakat ibukota menantikan HP ESIA Gayaku di EX Plasa pada 25 November 2009.


Tak mau kalah juga dengan saudara sebangsanya di ibukota negara sana, masyarakat Medan, Sumatera Utara rela berpeluh keringat (dalam ruangan ber-AC, mungkinkah?) di Sun Plaza, salah satu pusat perbelanjaan terbesar di Medan karena terbuai pesta diskon di sana.


Kemarin Sabtu, 2 Januari 2010 kehebohan juga melanda warga di depan gerai sepatu Charles and Keith, Jakarta.. Semoga saja foto terakhir ini dapat menyadarkan kita akan pentingnya sebuah kedisiplinan, sehingga mereka rela meregangkan nyawa demi menepis anggapan buruk bangsa ini di mata dunia, “Ini lho kami, bangsa yang sangat disiplin, gemar sekali mengantri!”


Pagi itu pada hari Senin, 15 September 2008 di sebuah kelurahan bernama Purutrejo, Kecamatan Purworejo, Kota Pasuruan, mata dan nurani kita terbelalak oleh tewasnya 21 anak bangsa demi selembar uang dua puluh ribuan yang tentu tidak ada artinya bagi sebagian anak bangsa di bagian lain negeri ini yang sedang mengantri pula di ruangan-ruangan dingin ber-AC, bukan di bawah guyuran rintik hujan dan teriknya matahari.


Saya kira memberi rating “menghibur” bukan suatu langkah yang tepat (kalo yg lain boleh lah), terima kasih
 http://klikunic.com

0 komentar:

toko-delta.blogspot.com

Archives

Postingan Populer

linkwithin

Related Posts with Thumbnails

Total Tayangan Halaman

Diberdayakan oleh Blogger.