toko-delta.blogspot.com

menu

instanx

Sabtu, 08 November 2008

MEMBERDAYAKAN DIRI DAN MENJADI MANUSIA PEMBERDAYA

Oleh Sansulung John Sum


Ada hal yang lebih besar daripada yang sekadar berwujud, lebih besar dan melampaui kesuksesan. Orang-orang yang penuh semangat akan hal ini digerakkan oleh suara hati mereka. Mereka mengerjakan apa yang menurut suara hatinya pantas dan esensial untuk dikerjakan.

Selalu ada orang-orang yang lebih sukses daripada mereka, tetapi mereka tidak membiarkannya mempengaruhi panggilan unik yang mereka jalani. Mereka mengejar sesuatu yang lebih bernilai bagi kehidupan mereka. Itulah signifikansi atau kebermaknaan, yang menunjuk pada sifat penting, arti, nilai, esensi, dan relevansi suatu hal.

Istilah Suara yang didengungkan oleh Stephen Covey dalam The 8th Habit, sejatinya adalah Makna Personal Yang Unik—kebermaknaan yang tersingkap ketika kita menghadapi tantangan-tantangan kita yang terbesar, dan yang membuat kita mengimbangi tantangan-tantangan tersebut.

Konsultan pengembangan karier dan kreativitas, Dick Richards mengungkapkan empat sumberdaya energi yang perlu dipadukan untuk menjawab aneka tantangan, yaitu: Fisik, Mental, Emosional, dan Spiritual. Jika Anda sukses menyertakan keempat energi tersebut, maka hasil yang Anda raih akan bertahan dalam jangka panjang. (Artful Work,Metalexia, 2003).

Di dalam diri Anda dan saya terdapat kerinduan yang mendalam, yang ada sejak kita lahir, dan yang hampir tak terucapkan, untuk menemukan panggilan jiwa atau makna kita yang unik dalam hidup ini. Pertanyaan-pertanyaan di bawah ini akan membantu atau mengarahkan radar hati kita untuk menemukan Suara panggilan kita itu. Keempat pertanyaan ini paralel dengan empat perspektif yang saya tampilkan dalam lampiran buku saya, Awaking The Excellent Habit (Gradien Books, 2006).

1. Finansial (Fisik/PQ): Kebutuhan apa yang saya rasakan, dalam keluarga saya, dalam komunitas saya, dalam organisasi tempat kerja saya?

2. Mental (Pikiran/IQ): Apakah saya punya bakat yang bila diterapkan dengan disiplin dapat memenuhi kebutuhan tersebut?

3. Sosial (Hati/EQ): Apakah kesempatan untuk memenuhi kebutuhan tersebut akan membuat saya bergairah?

4. Spiritual (Jiwa/SQ): Apakah sanubari saya menginspirasi saya untuk bertindak dan terlibat di situ?

Jika kita dapat menjawab keempat pertanyaan tersebut secara positif dan bersedia melakukan kebiasaan untuk mengembangkan rencana tindakan, dan kemudian mulai bekerja, Stephen Covey menjamin kita akan mulai menemukan Suara panggilan jiwa kita yang sesungguhnya dalam hidup kita. Hidup kita akan penuh makna, amat memuaskan, dan penuh keagungan.

Keempat dimensi paradigma pribadi lengkap itu, menurut Covey, mencerminkan empat kebutuhan motivasi dasar dari semua orang. Fisik atau ekonomis untuk bertahan hidup, pikiran untuk belajar (tumbuh dan berkembang), hati untuk menyayangi (jalinan hubungan), dan jiwa untuk meninggalkan warisan (makna dan kontribusi).

Segala ketidakpuasan dan ketidakberhasilan mendayagunakan sumberdaya manusia kebanyakan berpangkal dari paradigma mengenai kodrat manusia yang tidak lengkap dan utuh. Apabila kita mengabaikan satu saja dari keempat bagian paradigma pribadi lengkap itu, kita menjadikan manusia sebagai sebuah benda. Sebaliknya, paradigma pribadi lengkap membuat kita cenderung menginspirasi dan memotivasi, ketimbang mengintimidasi dan memanipulasi.

Salah satu hal penting dalam menempuh perjalanan menuju kebermaknaan adalah kemurnian motif kita. John Maxwell secara gamblang memaparkan kegunaan motif yang benar, yaitu: mencegah kita dari memanipulasi sesama, menguatkan kita di masa-masa susah, memberi kita kredibilitas di mata sesama, memungkinkan kita melayani sesama, dan membuat Sang Pencipta berkenan kepada kita.

Semua manfaat kemurnian motif kita akan membuat kita bekerja lebih efisien, karena kita tidak akan terjebak dalam penyesalan akan kelalaian di masa lampau atau kecemasan berlebihan akan masa depan. Efisiensi energi ini selanjutnya membuat kita dapat melampaui diri sendiri untuk mulai memberdayakan orang lain.

Kalau Anda tidak berbuat sesuatu dengan kehidupan Anda, tidaklah menjadi soal berapa lama usia Anda. Kalau Anda berbuat sesuatu dengan kehidupan Anda, juga tidak menjadi soal berapa lama usia Anda. Kehidupan bukanlah terdiri dari tahun-tahun usia Anda, melainkan kebergunaannya. Fokus Anda hendaklah melampaui diri sendiri. Kalau Anda memberi, mengasihi, melayani, menolong, mendorong, dan memberikan nilai tambah bagi sesama, Anda menjalani kehidupan yang berguna. Itulah kebermaknaan. (Perjalanan dari Sukses menuju Kebermaknaan, John C. Maxwell, Interaksara, 2004).

Pengembang kepemimpinan Wayne Cordeiro menjuluki orang yang memberikan nilai tambah bagi sesama atau manusia pemberdaya sebagai pembebas impian. Dalam pandangannya, jutaan impian terbelenggu di dalam diri banyak orang di sekeliling kita. Impian-impian itu tertanam secara ilahi di dalam jiwa mereka. Di dalamnya, terkandung gairah, potensi, dan panggilan jiwa mereka. Tetapi, seperti seekor burung yang terkurung dalam sangkar, impian itu tetap terbelenggu.

Realita dunia ini dipenuhi dengan orang-orang yang membutuhkan pembebasan dari belenggu emotional illiterate, orang-orang yang belum berhasil mengelola emosi dan gagasannya. Banyak orang belum memiliki kemampuan mendayagunakan Akal-penalar dan Budi-pekerti secara melek emosional, untuk menciptakan hubungan serasi antara pengalaman mental dan pengalaman fisis. Kemampuan olah emosi itu sebut Daniel Goleman sebagai kecerdasan emosional.

Wayne menantang, “Maukah Anda menunjukkan tanda sebagai seorang pembebas impian? Maukah Anda meminta Allah untuk mengembangkan hati, mata, dan mulut Anda demi membebaskan impian yang masih terkurung di dalam begitu banyak orang lain? Dunia ini menjerit meminta pembebas impian.”

Pada awal 1990-an, seorang pemimpin berkata kepada saya, “Sum, lima tahun mendatang, kamu bukanlah kamu yang sekarang.” Kata-kata yang keluar dari hati dan mulut Kiman Samiton itu, walaupun kelihatannya wajar saja, telah sangat kuat mempengaruhi saya ketika beranjak dari usia remaja saat itu. Beliau lalu memberi kesempatan kepada saya untuk mengembangkan diri melalui tugas-tugas dalam organisasi yang dipimpinnya.

Suatu ketika, tatkala saya merasa tanggung jawab yang diberikan terlalu berat dan berniat mengundurkan diri, ia pun berkata kira-kira seperti ini, “Saya berikan energi dan waktu saya untuk kamu selama ini karena saya melihat ada potensi kepemimpinan di dalam diri kamu.” Akhirnya, saya menyadari bahwa ia berupaya membebaskan impian yang tersembunyi dalam kehidupan saya.

Apabila kita ingin menghancurkan seseorang, merusak dia sepenuhnya, atau memberikan hukuman yang paling menyakitkan, yang perlu kita lakukan hanyalah memberinya pekerjaan yang tak berguna, sia-sia, dan irasional. (Fyodor Dostoyevsky). Sebaliknya, ketika kita menghargai, menghormati, dan menciptakan cara bagi sesama kita untuk memberi suara pada keempat bagian dari kodrat mereka secara lengkap dan utuh, maka menurut Stephen Covey, kecerdasan manusiawi, kreativitas, gairah hidup, bakat, dan motivasi yang masih tersembunyi dalam diri manusia menjadi merebak ke luar dan berkembang. Impian-impian terbebas dari belenggunya.

Kebiasaan ke-8 yang diperkenalkan oleh Stephen Covey adalah finding our own voice and inspiring others to find theirs (menemukan suara panggilan jiwa kita dan mengilhami orang-orang lain untuk menemukan suara mereka). Kebiasaan ini pantas menjadi latihan sehari-hari yang wajib bagi seorang pembebas impian atau manusia pemberdaya. Kebiasaan ini akan men-transformasi diri kita agar dapat menghadapi realita baru dunia ini.[]

* Sansulung John Sum, Penulis Buku “Awaking The Excellent Habit, Memberdayakan Akal-Budi untuk Sukses bersama: Abdullah Gymnastiar, Andrias Harefa, Andrie Wongso”.

0 komentar:

toko-delta.blogspot.com

Archives

Postingan Populer

linkwithin

Related Posts with Thumbnails

Total Tayangan Halaman

Diberdayakan oleh Blogger.