toko-delta.blogspot.com

menu

instanx

Minggu, 26 Oktober 2008

HIPNOTIS BUKAN KEJAHATAN

Sering diberitakan di media cetak dan elektronik bahwa banyak terjadi tindak kejahatan baik di atas angkutan umum, di pasar, di terminal, bahkan di perumahan, di mana untuk melumpuhkan korbannya, konon para pelaku menggunakan modus operandi hipnotis.

Menjelang mudik Idul Fitri 1428 H, di beberapa sudut kota di Jakarta terpampang spanduk- spanduk, yang berisi himbauan agar para pemudik waspada terhadap tindak kriminal yang menggunakan kejahatan hipnotis.

Sampai saat ini, terutama di Indonesia hipnotisme menjadi korban salah pengertian, sehingga dianggap identik dengan takhayul, ilmu hitam (black magic). Walaupun demikian, banyak orang yang mempelajarinya secara rasional, dan kemudian mempraktikkannya, termasuk mereka yang mempraktekan ilmu ini dalam dunia entertainment.

Sejarah Hipnotis
Pada mulanya hipnotis adalah upaya penyembuhan yang dirintis oleh Paracelcus. Dia mencoba menyembuhan pendarahan dan hysteria dengan magnet. Usaha ini dilanjutkan oleh Anton Mesmer. Mesmer mula-mula menyembuhkan orang-orang sakit dengan usapan magnet dan kemudian meletakkan tangan sambil memindahkan fludium (cairan magnetis), yang menurut Mesmer mengalir dari badannya.

James Braid, penerus aliran ini adalah penyelidik hipnotisme pertama bangsa Inggris. Braid menyatakan bahwa hipnosa disebabkan oleh cara yang menimbulkan keadaan jiwa letih dan kurang wajar. Dalam penelitiannya, Braid menemukan bahwa pemfokusan pandangan mata (eye fixtation) mengakibatkan suatu kondisi kelelahan, misalnya kelopak mata menjadi sangat lelah sehingga tidak bisa dibuka oleh subjek. Ia beranggapan, itu adalah kunci mesmerisme. Setelah itu dia banyak melakukan eksperimen. Kemudian Braid mengembangkan teori tentang perhatian mata. Ia meminta subjek untuk menatap berbagai objek dari berbagai posisi, termasuk memandang matanya dan juga api lilin, dan berhasil membawa subjek masuk ke kondisi trance.

Di samping itu, seorang padri asal Mesir Abbe Faria menemukan cara menyugesti orang dengan kekuatan kata-kata. Memandang sebuah benda tajam-tajam dan diiringi dengan perintah tegas: ”Tidur!” cukup untuk mendatangkan keadaan hipnosa. Ia mengabaikan gerak-gerak tangan dan gerak-gerak lainnya serta adanya fludium atau cairan magnetis dalam hipnotis.

Pada awalnya, Braid menamakan penemuannya sebagai neurypnology. Neurypnology berasal dari bahasa Yunani yang berarti nervous sleep. Di kemudian hari, ia menggunakan kata neuro-hypnotism yang berasal dari kata Hypnos, yaitu dewa tidur dalam mitologi Yunani. Selanjutnya, demi mempermudah ucapan, ia menghilangkan kata neuro. Penemuannya akhirnya diberi nama hypnotism atau hypnosis. Dengan demikian Braid dipandang sebagai “Bapak Hipnosis”.

Sesuai dengan perkembangan zaman dan minat orang mempelajari hipnostis, maka muncul definisi-definisi mengenai hipnotis. Di bawah ini dikutipkan beberapa definisi dari hipnotis. Hipnosis adalah suatu kondisi di mana perhatian menjadi terpusat sehingga tingkat sugestibilitas meningkat tinggi. Hipnosis adalah seni komunikasi untuk memengaruhi seseorang sehingga mengubah tingkat kesadarannya, yang dicapai dengan cara menurunkan gelombang otak.

Gelombang otak dapat diukur dengan alat yang disebut electroencephalograph (EEG) yang ditemukan pada tahun 1968. Manusia mempunyai 4 jenis gelombang otak. Beta (12-40 Hz), alfa (8-12 Hz), theta (4-8 Hz), dan delta (0,1-4 Hz). Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa hipnosis berada pada gelombang alfa dan theta. Semakin dalam seseorang masuk ke dalam kondisi hipnosis (trance), semakin rendah gelombang otaknya, dalam hal ini ia akan masuk ke theta yang dalam.

Kata hipnotis atau juru hipnotis adalah orang yang melakukan hipnosis. Sedangkan seseorang yang dihipnosis disebut subjek atau suyet.

Menurut statistik para ahli hipnotis asal Perancis, Jerman, dan Belanda, ada lima persen orang yang tak bisa dihipnotis, 10 persen bisa dihipnotis tapi hanya bisa sampai pada keadaan mengantuk, 60 persen sampai pada tidur nyenyak yang sedang. Sedangkan 25 persen sampai pada tidur somnabul (jalan-jalan dalam tidur) dengan amnesia (lupa). Anak-anak dan remaja sampai umur 20 tahun, serta orang-orang yang berpendidikan relatif tinggi adalah subjek-subjek yang paling baik.

Praktik gendam (ilmu hitam untuk membuat orang lain tak sadar, sehingga harta bendanya bisa diambil) sering disalahkaprahkan dengan hipnotis. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Braid, hipnosis dapat dijelaskan dalam kerangka ilmiah dan diterima sebagai suatu teknik pengobatan oleh dunia kedokteran Inggris.

Manfaat Hipnotis
Di New York, Amerika Serikat, telah dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh hipnosis terhadap operasi pengangkatan payudara. Operasi ini melibatkan 200 orang perempuan, dan dibagi menjadi dua kelompok. Sebelum dilakukan operasi, kelompok pertama menjalani sesi hipnosis, sedangkan kelompok kedua menjalani sesi konsultasi dengan psikolog terlatih. Seusai operasi, para pasien yang menjalani hipnosis mengaku tidak merasa terlalu kesakitan. Mereka juga tidak banyak mengeluh mual, lelah, tidak nyaman, atau perasaan tertekan seperti yang dikeluhkan pasien yang tidak menjalani hipnosis. Kelompok kedua membutuhkan lebih banyak obat bius. Dengan demikian, hipnosis bisa mengurangi rasa sakit dan ada unsur penghematan (Media Indonesia, 28/10/07).

Terapi hipnosis dapat juga diterapkan untuk mengurangi rasa sakit saat melahirkan, menurunkan berat badan, kecanduan terhadap narkoba, ganja, alkohol, judi, seks, merokok, dan lain-lain.

Salah seorang praktisi hipnotis asal Indonesia, Romy Rafael, membuat terobosan. Ia menawarkan proses hipnosis melalui buku dan compact disk (CD). Jadi, tidak ada pertemuan fisik antara penghipnotis dengan suyet. Kehadiran penghipnotis diwakili oleh buku dan CD. Subjek tinggal membaca buku dan mendengarkan sugesti dari penghipnotis melalui CD. Kemudian diadakan peneletian; 80 persen dari 500 orang perokok yang menggunakan buku dan CD Hypnotherapy menyatakan telah berhenti merokok.

Jelaslah bahwa hipnotis adalah ilmu, yang bisa disejajarkan dengan ilmu-ilmu lain, misalnya ilmu psychology (ilmu jiwa). Selama ini belum ada kajian ilmiah mengenai gendam, sehingga antara hipnotis dan gendam tidak bisa dibandingkan. Sangatlah tidak beralasan kalau ada pihak-pihak yang menyamakan hipnotis dengan kejahatan. Justru yang harus diwaspadai adalah orang-orang yang menawarkan ilmu hipnotis, padahal mereka bukan ahli hipnotis. Mereka ini hanya memanfaatkan ketidaktahuan orang awam untuk mengeruk keuntungan.[m]

* Marsudijono adalah karyawan di PT Pertamina dan alumnus Sekolah Penulis Pembelajar. Ia dapat dihubungi di nomor: 0816935133

0 komentar:

toko-delta.blogspot.com

Archives

Postingan Populer

linkwithin

Related Posts with Thumbnails

Total Tayangan Halaman

Diberdayakan oleh Blogger.