"Kita tidak punya pilihan lain selain bahu-membahu sebagai suatu bangsa, Indonesia."
Kamis, 28 Oktober 2010, 17:52 WIB
Arfi Bambani Amri, Bayu Galih
BERITA TERKAIT
- Sekjen Golkar Sesalkan Pernyataan Marzuki
- Warga Mentawai Protes Marzuki Alie
- Australia Siapkan Bantuan Darurat ke RI
- Aburizal: Pengungsi Merapi Kurang Air Minum
- SBY: Saya Harus Pulang Melihat Mentawai
"Perayaan ini harus menjadi solidaritas yang hidup di rumah besar yang dinamakan Indonesia," kata Boediono dalam pidato memperingati Hari Sumpah Pemuda di Stadion Manahan, Solo, Kamis 28 Oktober 2010.
"Kita senasib sepenanggungan. Perasaan itulah yang membuat pendiri bangsa sepakat mendirikan Indonesia. Pemuda berkumpul 28 Oktober terdorong solidaritas karena bersama-sama di bawah cengkeraman penguasa kolonial. Bangsa Indonesia sampai kini memang masih berdiri kukuh, Sumpah Pemuda tetap kita pegang teguh tapi bukan berarti tak ada tantangan," kata Boediono.
Pertama, tantangan alam. Indonesia mendapat berkah alam secantik mutu manikam. Tapi kecantikan ini bersama tantangan alam karena berada di antara dua lempeng yang bergesekan menimbulkan gempa dari waktu ke waktu.
"Kita harus waspada, tidak ingin itu terjadi. Tantangan harus dijawab kerja keras. Pemerintah tampung semua kritik dan masukan. Itu solidaritas dari semua. Kita tidak punya pilihan lain selain bahu-membahu sebagai suatu bangsa, Indonesia. Tidak boleh menimbang sedetik pun, apakah letusan di Jawa, tsunami di Sumatera, atau banjir bandang di Papua."
Tantang kedua adalah globalisasi. Banyak bangsa lain yang tertatih-tatih, mereka tidak siap. Dalam 12 tahun terakhir dunia mengalami dua krisis yang merombak total tatanan ekonomi, sosial, dan politik.
"Pada Krisis 1998, banyak yang meragukan apa Indonesia mampu tegak berdiri. Indonesia mampu bertahan, kunci suksesnya adalah warisan Sumpah Pemuda. Inilah dasar ke-Indonesiaan yang mengagumkan. Walaupun majemuk dan terserak secara geografis, kita tetap memegang teguh tanah air satu, bangsa satu, bahasa satu."
Dan Sumpah Pemuda, kata Boediono, adalah modal ampuh untuk melakukan itu. Semangat Sumpah Pemuda harus dipupuk terus hingga Indonesia menjadi negara besar, tidak hanya penduduk, tapi juga karakter dan kewibawaan serta kesejahteraan rakyatnya.
"Kita buktikan Indonesia adalah sebuah keajaiban yang nyata," kata Boediono. "Dalam masyarakat yang majemuk bisa berdiri negara yang kokoh dan sejahtera. Insya Allah, Indonesia yang kokoh membawa kesejahteraan untuk bangsanya," kata Boediono. (hs)
• VIVAnews Masukkan Data-Data Anda Di Bawah! Dapatkan Petuah Sukses Secara Berkala - Selamanya GRATIS! :-)
0 komentar:
Posting Komentar