Gubernur NTB meminta usai Salat Jumat besok, masjid menggalang dana bantuan bencana
Kamis, 28 Oktober 2010, 20:59 WIB
Arfi Bambani Amri
BERITA TERKAIT
- Korban Tewas Tsunami Mentawai Dekati 400
- Hewan Ternak di Lereng Merapi Diobati
- DPR: Rp100 M Tersedia untuk Mentawai-Merapi
- Wedhus Gembel Muncul Lagi dari Puncak Merapi
- Boediono: Bencana Menguji Ke-Indonesiaan Kita
"Sebagai umat beragama kita wajib membantu saudara-saudara kita baik di Mentawai Sumatera Barat maupun korban Gunung Merapi di Jawa Tengah," Kata Zainuddin di Mataram, Kamis 28 Oktober 2010.
Selain mengirim bantuan dana tersebut, pemerintah NTB juga mengimbau semua pihak untuk menggelar penggalangan dana. Bahkan secara khusus dia mengimbau seluruh Masjid di NTB untuk menggalang dana usai menggelar Salat Jum'at. Dana yang berhasil dikumpulkan nantinya akan disalurkan melalui instansi terkait baik Pemda setempat maupun Palang Merah Indonesia.
Korban letusan Gunung Merapi hingga saat mencapai 33 orang. Dari korban tersebut salah seorang diantaranya adalah Redaktur Senior VIVAnews.com Yuniawan Wahyu Nugroho.
Sementara di Kepulauan Mentawai Sumatra Barat jumlah Korban diperkirakan mencapai ratusan orang akibat peristiwa gempa yang disertai tsunami.
Nusa Tenggara Barat yang terdiri dari dua Pulau yakni Sumbawa dan Lombok juga berpotensi terkena musibah. Bahkan beberapa waktu lalu wilayah NTB juga pernah diguncang gempa, diterpa angin puting-beliung dan terkena banjir. Secara geografis NTB juga termasuk sebagai daerah yang rawan terkena musibah.
Doa untuk Wawan
Sementara itu, ratusan wartawan dari berbagai media cetak dan elektronik di Mataram menggelar refleksi dan do'a bersama atas wafatnya wartawan senior VIVAnews.com Yuniawan Wahyu Nugroho. Acara do'a bersama yang digelar di Aula Radio Republik Indonesia Mataram diinisiasi oleh kelompok wartawan yang mengatasnamakan diri sebagai Koalisi Wartawan Mataram.
Koordinator Koalisi Wartawan Mataram Nasruddin menjelaskan kegiatan ini bentuk solidaritas sesama profesi. Menurutnya peristiwa meletusnya Gunung Merapi di Jawa Tengah yang merenggut lebih dari 30 korban jiwa sangat mengejutkan seluruh rakyat Indonesia. "Ini bentuk solidaritas kita terhadap kawan sesama profesi," kata Nasruddin yang juga wartawan senior RRI di Mataram.
Do'a bersama tersebut lanjut Nasruddin juga disampaikan pada seluruh korban bencana alam baik di Wasior Papua, gempa bumi dan tsunami di Mentawai dan letusan Gunung Merapi di Jawa Tengah. Selain membaca do'a dan surat Yasin, wartawan se-Kota Mataram juga menggelar tabur bunga sebagai simbol bela sungkawa atas wafatnya Wawan.
Perasaan duka juga terasa di sekertariat Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Makassar, Komplek Maizonet, Makassar. Para jurnalis dari berbagai media sempat berkumpul dan menggelar tahlilan untuk Wawan. Acara dimulai dengan doa bersama yang dipimpin oleh Ketua AJI Makassar, Mardiana Rusli. Saat pembacaan doa, suasana tampak hening dan semua jurnalis tampak tertunduk. Jurnalis Makassar yang hampir semua mengenakan baju hitam ini mendoakan Wawan. “Semoga almarhum diterima disisi-Nya serta diampuni dosa-dosa-Nya,” kata Mardiana Rusli, mengakhiri doanya.
Setelah doa berakhir, jurnalis ini melanjutkan diskusi sebagai rangkaian tahlilan atas meninggalnya pria berusia 42 tahun itu. Para jurnalis ini mengangkat tema tentang safety dan care seorang jurnalis di wilayah bencana. Mereka menghadirkan dua pembicara, yakni aktifis kemanusiaan, M Nawir dan jurnalis dari SUN TV, Sultan.
Menurut Ketua AJI Makassar, Mardiana Rusli, sebagai satu profesi, meninggalnya Wawan saat menjalankan tugas patut menjadi perhatian. Salah satunya adalah tahlilan yang juga sebagai rasa solidaritas terhadap Wawan. “Ini adalah peringatan bagi siapa saja, khususnya jurnalis, bahwa jurnalis selalu terancam pada setiap kondisi apa saja,” tegas Mardiana Rusli, yang juga wartawan antv Makassar ini.
Untuk itu, ia berharap, para jurnalis bisa mengambil hikmah dari meninggalnya Wawan. Dijelaskan Ana, panggilan Mardiana Rusli ini, wartawan harus bisa menggunakan insting pada setiap kondisi yang dihadapi saat menjalankan tugas jurnalistik. Sebab, para jurnalis sering diperhadapkan pada zona tidak nyaman, utamanya pada saat bencana dan konflik.
(Laporan: Edy Gustan, Mataram | Rahmat Zeena, Makassar, umi)
• VIVAnews Masukkan Data-Data Anda Di Bawah! Dapatkan Petuah Sukses Secara Berkala - Selamanya GRATIS! :-)
0 komentar:
Posting Komentar