Wawancara pakar gempa ITB Dr Danny Hilman
Jum'at, 23 Juli 2010, 21:28 WIB
Umi Kalsum, Anda Nurlaila
BERITA TERKAIT
- Gempa Jakarta, Siapkah Kita?
- Infografik
- Siaga Skala 9 Richter
Sebetulnya, kata pakar gempa dari Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI Dr Danny Hilman Natawidjaja, tidak ada pola gempa baru dari peta baru dikeluarkan pekan lalu. Hanya saja banyaknya pihak terlibat dalam pembuatan data menjadikan peta makin lengkap. Daerah rawan gempa pun kian mudah dideteksi.
Apakah semua daerah sama bahayanya? Dalam wawancara dengan VIVAnews pada Kamis 22 Juli 2010, Danny membeberkan kondisi terbaru 'dapur' gempa di Indonesia. Berikut petikannya.
Apa arti pentingnya peta baru gempa ini?Peta gempa berisi potensi bahaya gempa yang tersimpan di tiap daerah. Ada wilayah dengan potensi terjadi gempa cukup tinggi, ada juga yang rendah.
Bedanya dengan peta gempa yang lama?Data peta yang baru selesai secara umum lebih baik daripada peta gempa 2002 lalu. Datanya lebih lengkap karena dari berbagai instansi. Sebelumnya data-data hanya berasal dari perorangan. Metode yang digunakan juga lebih bagus.
Lebih spesifik, apa bedanya dengan peta sebelumnya?Berbeda dari sebelumnya, peta gempa saat ini memuat daerah dengan potensi gempa yang lebih luas. Sebelumnya ada beberapa daerah yang belum masuk, sekarang diikutkan. Begitu juga dengan potensinya sekarang lebih tinggi karena datanya lebih lengkap.
Ada pergeseran lempeng dalam peta yang baru dibanding sebelumnya?Tidak ada. Karena dasarnya dari data.
Di mana saja daerah yang berpotensi besar?Semua kota yang berada di wilayah patahan aktif. Misalnya Padang, Banda Aceh, Surabaya, Malang, Semarang. Jumlahnya ratusan kota. Hanya pulau Kalimantan saja yang relatif aman dari gempa.
Bagaimana dengan Jakarta? Apakah termasuk daerah rawan gempa?Jakarta termasuk cukup rawan. Dari data terbaru, tingkat kerentanan Jakarta terhadap gempa bumi naik probabilitasnya (potensi) dari 0,15 pada peta gempa 2002 menjadi 0,20 pada peta saat ini.
Apa artinya?Goncangan gempa yang menimpa bertambah tinggi bisa mencapai 0,2. Intensitasnya kini mencapai 7-8.
Bisakah memprediksi kapan dan besar gempa berdasarkan peta gempa terbaru ini?Peta gempa tidak bisa memprediksi kapan gempa terjadi. Yang dipublikasikan hanya secara umum seperti besaran dan intensitas gempa. Untuk memprediksi gempa harus ada metode yang lebih mendetail.
Belum lama ini ditemukan gunung api bawah laut di Sangihe dan gunung berdiameter 4.600 meter di Sumatera. Seberapa besar potensi gempa bumi dari dua gunung api dibandingkan dengan letusan gunung Krakatau pada 1883?Gunung berapi tidak berpengaruh pada gempa bumi. Tetapi letusannya bisa menyebabkan gempa bumi.
Dari data gempa yang ada, bagaimana sebaiknya antisipasi yang harus dilakukan?Peta gempa digunakan sebagai bahan pertimbangan ketahanan bangunan. Penerapannya dilakukan Departemen Pekerjaan Umum (DPU) untuk kualitas bangunan. Kekuatan bangunan harus disesuaikan dengan besaran yang ada saat ini. Kalau dulunya ketahanan bangunan berdasarkan 0,15 sekarang kekuatannya harus 0,2. Semuanya sudah diperhitungkan dan tiap individual bangunan sangat bervariasi.
Apa yang sebaiknya dilakukan masyarakat?Masyarakat yang tinggal di daerah rawan gempa harus lebih berhati-hati dan memperhatikan kondisi struktur rumah dan bangunan mereka. Penataan bangunan dan rumah harus mempertimbangkan keselamatan apabila terjadi gempa.
• VIVAnews Masukkan Data-Data Anda Di Bawah! Dapatkan Petuah Sukses Secara Berkala - Selamanya GRATIS! :-)
0 komentar:
Posting Komentar