Sosbud / Kamis, 28 Oktober 2010 12:48 WIB
Metrotvnews.com, Yogyakarta: Boleh jadi banyak orang merasa kehilangan sosok Mbah Maridjan, juru kunci Gunung Merapi. Tapi, selain keluarga alharhum, cuma sedikit orang yang benar-benar merasa sangat kehilangan. Surakso Tarwono, kuncen pantai Parangtritis, salah satunya.
Tarwono mengaku mempunyai ikatan batin khusus dengan Mbah Maridjan. Lewat kemampuan khusus itu pula mereka acap berkomunikasi. Secara batin, tentunya.
Berikut wawancara wartawan Metrotvnews.com Satwika dengan Tarwono. Tarwono dan Mbah Maridjan sama-sama diangkat menjadi kuncen oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX.
Seberapa dekat hubungan Bapak dengan Mbah Maridjan?
Sebagai sesama juru kunci, kita cukup dekat. Saling kontak batin mengenai keadaan daerah masing-masing. Saling mendoakan juga.
Sosok Mbah Maridjan di mata Anda?
Orang yang polos. Jujur, sejujur-jujurnya. Patuh perintah raja.
Saat gunung [Merapi] mau meletus apa sempat kontak batin?
Iya. Saya kontak dia (secara batin), tapi tidak dijawab. Tapi saya tahu dia ada di rumahnya. Saya pikir, yah mungkin ini sudah waktunya (kematian Maridjan). Nggak lama kemudian gunung [Merapi] meletus. Orang-orang cari Maridjan. Saya kasih tau mereka. Akhirnya ketemu.
Apakah Sultan Hamengkubuwono IX selalu memerintahkan para juru kunci bertahan, meski dalam bahaya?
Sultan tidak memerintahkan seperti itu. Itu memang sudah konsekuensi sebagai juru kunci. Dalam keadaan apapun harus bertahan. Walaupun harus ditelan gelombang.
Maksudnya bertahan untuk menjaga masyarakat atau apa...
Kita kan juru kunci. Artinya menjaga apa yang sudah diperintahkan Raja: Gunung Merapi dan Parangtritis. Ke masyarakat itu hanya mengayomi. Misalnya menyuruh mereka segera mengungsi. Tapi kebanyakan masyarakat malah ngikutin kita bertahan. Ya gak bisa lah. Mereka kan tidak mengeri rahasia-rahasia yang kita punya.
Artinya Bapak menantang alam?
Bukan menantang...Kita justru menjaga. Dan ini sudah tanggung jawab kami karena Raja yang perintahkan. Raja itu kan turunan. Beda sama Presiden yang siapa saja bisa dipilih.
Ada selentingan. Mbah Maridjan tidak mau turun karena memang disuruh Sultan Hamengkubuwono X. Sementara Sri Sultan pernah berselisih dengan Maridjan saat letusan sebelumnya?
Gak seperti itu. Walaupun Presiden yang memerintakan, Maridjan tak akan turun. Itu sudah keikhlasannya sebagai juru kunci. Bertanggung jawab terhadap yang mengamanahkan, yaitu Sultan IX. Sampai mati pun kami ikhlas.
Sekarang perasaan Bapak bagaiman mengetahui Mbah Marijan meninggal?
Saya bingung. Kepada siapa saya harus kontak batin mengenai lingkungan. Tidak bisa saling mendoakan lagi.
Soal penggantinya...
Secara tradisi harus anak laki-laki. Dia magang dulu selama dua tahun. Kemudian mengajukan kepada Sultan untuk ditetapkan. Setelah itu "Jajar" alias mendapat nama surakso yang artinya penjaga. Kemungkinan besar pengganti Maridjan adalah anaknya yang juga abdi dalem.
Masukkan Data-Data Anda Di Bawah! Dapatkan Petuah Sukses Secara Berkala - Selamanya GRATIS! :-)
0 komentar:
Posting Komentar